“Pim pim piiiiiim......”
Terdengar gemboran klakson truk gede tepat di belakang
Ifay yang cukup memekakkan telinganya. Ifay adalah seorang gadis remaja berusia
18 tahun yang sedang menikmati masa liburannya setelah lulus dari SMA pinggiran
di Kota Malang. Dia bersama kakaknya yang bernama Vhio berencana mengisi
liburan kali ini dengan mencari sesuatu yang baru. Mereka akan menempuh
perjalanan Jawa – Bali dengan menggunakan sepeda motor. Kakak beradik yang beda
usianya 5 tahun itu memang suka melakukan aksi nekat. Pada liburan semester
yang lalu mereka sempat mendaki Gunung Semeru tanpa perbekalan.
“Woooi, kenapa harus pas di telingaaa...” Ifay
menimpali suara klakson.
“Sudahlah fay, namanya juga truk. Emang kaya gitu
suara klaksonnya. Enggak usah sok asing deh dengan klakson. Suara kamu aja
kayak klakson gitu. Hehehe ...“ Vhio mencoba meredakan amarah Ifay.
Mereka berdua memang sangat akrab
sejak kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan. Saat itu, Juli 2003
mereka sekeluarga pergi ke rumah saudaranya yang ada di Jawa Barat. Entah
karena kurang tidur atau kelelahan, mobil yang dinaikinya menabrak bus yang
sedang parkir di tepi jalan. Ayah dan ibu mereka tidak sempat di larikan ke
rumah sakit dan seketika meninggal dunia. Vhio dan Ifay masih diberi kesempatan
untuk menghirup udara oleh sang Pemberi hidup, yang terjadi pada mereka hanya
luka ringan di kepala. Hingga sekarang mereka hidup berdua di bawah satu atap.
Hanya saja, terkadang diramaikan bersama dengan seorang kaki kanan ayahnya yang
bernama lek Diman. Beruntungnya, ayah mereka meninggalkan usaha Kripik Tempe
yang cukup laris di pasaran. Sehingga dapat membantu mereka untuk menyambung
hidup.
“Kak, kapan kita jadi ke Bali ?“
Ifay menagih janji pada Vhio, karena sebelumnya dia
menjanjikan untuk mengajak Ifay ke Bali hanya dengan menggunakan sepeda motor
jika dia mendapat peringkat pertama pada kelulusan SMA.
“Kapan ya dek, pesanan kripik kita cukup banyak.
Kasian lek Diman kalau harus mengelolanya sendirian”
“Yah, ketunda lagi deh“ Ifay memasang muka melas
banget, biar Vhio bisa secepatnya nepati janjinya.
“Ya udah minggu depan ya dek,, tapi kamu juga harus
janji untuk bantu lek Diman buat kripik yang buanyak biar minggu depan gak
terlalu kehabisan stok”
“Yeyeye....ssssiiap boooos“ Ifay kegirangan setelah
kakaknya akan secepatnya menepati janji.
“Lagi pada ngapain ini ? kok tadi ada yang nyebut lek
Diman lek Diman gitu.“ Tiba – tiba lek Diman menghampiri mereka dengan seulas
senyum di teras rumah dan ikut nimbrung.
“Ini lho lek, mulai besok ada yang mau jadi kuli
barunya lek Diman, hehehe...” Vhio menjelaskan serta secara tidak langsung
mengejek Ifay.
“Eh eh enggak lek, aku cuma bantuin doang lho ya.
Enggak minta upah“ Ifay mencoba menjelaskan, tapi lek Diman sudah mengerti
maksudnya dan Vhio serta lek Diman tertawa barengan karena lihat Ifay yang
manyun.
Hari-hari berikutnya Ifay bangun lebih pagi dari
biasanya. Dia ikut membantu lek Diman dan karyawannya dari menghaluskan bumbu
keripik, membuat adonan tepungnya, menggoreng kripik, hingga mengemasi kripik
tempe sesuai harga. Kripik tempe mereka gurih dan renyah, cocok sekali buat
cemilan bahkan lauk pauk. Apalagi kandungan protein yang ada pada kedelai
sebagai bahan utama. Membuat kripik tempe tersebut banyak mengandung protein
sehingga kripik tempe baik untuk dikonsumsi. Hasil produksi mereka di
distribusikan di tempat – tempat wisata hingga toko oleh – oleh. Selain itu
juga dipasarkan di warung – warung hingga pasar tradisional. Harganya pun
terjangkau untuk semua kalangan. Sampai saat ini mereka mempunyai 15 orang
karyawan yang di dominasi oleh ibu – ibu rumah tangga. Industri rumahan mereka
cukup sukses dan dapat memberikan lapangan pekerjaan untuk warga sekitar.
Sehingga industri mereka secara tidak langsung nimbrung dalam pemasukan warga
di sekitarnya.
“Lek Dimaaaaan, aku capek ni...“
Gadis yang emang dasarnya agak manja ini berteriak –
teriak karena kecapean dan lek Diman pun hanya tersenyum melihat tubuh Ifay
yang banyak kena tepung dan belepotan. Lek Diman sudah hafal tabiat anak itu,
kalau sudah capek mesti teriak – teriak. Padahal jarak lek Diman dengan Ifay
hanya dua meter.
“Sudah nduk, istirahat dulu sana kalau kamu sudah
capek “
“Yes, makasih lek Diman...“ Ifay kegirangan.
“Eh siapa suruh
berhenti bantuin ? ini kerjaan masih banyak lho ya“ Tiba – tiba Vhio datang dari
arah yang berlawanan.
“Itu tadi lek Diman yang nyuruh kak,“
“biarkan Ifay istirahat saja Vhio, dia sudah bantuin
lek Diman dari abis subuh kok. Kasian dia belum istirahat sama sekali sampai
tengah hari kaya gini“
“Iya nak Vhio, dia juga tadi sudah bantuin ibu buat
adonan tepungnya kok, sampai – sampai kaya pakai bedak tepung gitu.“ Salah satu
karyawannya ikut nimbrung. Tanpa dipandu, seluruh karyawan maupun lek Diman
serta Vhio pun tertawa bersamaan karena pernyataan ibu tadi. Akhirnya Vhio
mengijinkan Ifay untuk beristirahat.
“Kakak dari mana saja sih, pergi pagi – pagi buta dan
baru pulang tengah hari gini“
“Kasih tahu enggak ya ...“
“Ih, kok jahat gitu. Kasih tahu dong kak ...“
“Kapan – kapan aja kasih tahunya ah, aku mau mandi
dulu“
Ifay manyun dibarengi dengan langkah Vhio menuju kamar
mandi. Sebenarnya Ifay masih sangat penasaran Vhio abis dari mana. Tapi apa
boleh dikata, dia tidak mendapat jawaban yang pasti dari kakaknya itu.
Detik demi detik berganti menjadi menit. Menit demi menit
berganti menjadi jam. Jam demi jam berganti dengan hari. Hari demi hari pun
berlalu hingga tiba saatnya Ifay dan Vhio mempersiapkan segala sesuatu untuk
menuju pulau Dewata. Akan tetapi tiba – tiba Ifay duduk dan termenung. Tanpa
terasa, air matanya pun meluncur. Saat itu juga Vhio memergokinya.
“Dek, kenapa nangis ?“ Vhio mendekati Ifay dengan
perlahan dan mencoba mencari penyebab
Ifay menangis.
“Enggak kok, cuma kelilipan doang. Emang sejak kapan
aku jadi cewek cengeng ?“
“Jangan bohong deh fay,“ Vhio tetap bersikukuh untuk
menyelidik.
“Iya kak, Ifay gak apa – apa kok“
“Baguslah kalau kaya gitu“
Akhirnya Vhio pun menyerah. Kemudian Ifay meninggalkan
Vhio seorang diri dan masuk kamar untuk beristirahat. Tidak sengaja Vhio yang
melewati kamar Ifay dan serta merta mendengar lagu yang sama diputar berulang –
ulang. Sehingga membuatnya penasaran dan bertahan di depan pintu Ifay beberapa
saat.
... Kata
mereka diriku slalu dimanja
Kata mereka
diriku slalu dtimang
Oh bunda ada
dan tiada dirimu
Kan slalu
ada di dalam hatiku ...
Pada akhirnya
Vhio menemukan jawaban atas curahan air mata adeknya sedari tadi. Lagu Melly
Goeslaw yang berjudul “Bunda” itu memang menjadi lagu favorit Ifay ketika ia
merindukan sosok seorang ibu di sampingnya. Ternyata Ifay
merindukan ibunya yang lama tlah tiada. Sebelum ibunya meninggal, Ifay memang
sangat dekat dengan ibunya. Apalagi saat – saat seperti ini. Ketika dia akan
menempuh suatu perjalanan bersama kakaknya. Mengingatkan dia pada kejadian beberapa
tahun lalu yang bisa merenggut nyawa kedua orang tuanya. Vhio pun berinisiatif
untuk membahagiakan Ifay sebisa dia. Karena hanya Ifay, satu – satunya anggota
keluarga yang ia punyai.
Sabtu malam pun larut dalam kesunyian. Semua kripik
tempe sudah rapi terbungkus dan siap untuk dipasarkan esok hari. Namun, baik
Vhio maupun Ifay tidak bisa membantu lek Diman untuk memasarkan, karena mereka
akan memulai perjalanan dari Malang menuju pulau Dewata minggu pagi. Lek Diman
yang biasanya pulang ke rumah di sore hari, malam ini dia tidur di rumah mereka
agar keesokan harinya bisa langsung memasarkan kripik tempe di tempat wisata
yang letaknya agak jauh dari rumah mereka.
Tak disangka, di tengah malam yang sunyi si jago merah
menit demi menit merenggut rumah mereka. Tepatnya di gudang tempat kripik tempe
yang akan dipasarkan. Sekitar dua jam berlalu, baru terdengar suara warga yang
berteriak – teriak karena melihat kepulan asap yang bersumber dari gudang rumah
Ifay.
“Kebakaraaan... Kebakaraaan...“
Vhio dan Ifay yang sedang tidur nyenyak kaget secara
tiba – tiba. Sontak mereka langsung keluar dari kamar masing – masing karena
rumah mereka sudah terisi penuh dengan kepulan asap. Hingga di luar rumah,
mereka melihat warga sekitar tlah membantunya untuk menyiram api dengan
menggunakan air seadanya. Vhio baru ingat kalau ada lek Diman tidur di gudang.
Dilihatnya sekeliling, ternyata belum ada lek Diman di sekitarnya. Hingga
akhirnya Vhio menerobos masuk ke dalam gudang untuk mencari lek Diman.
“Lek Dimaaan... lek Diman...“
Vhio berteriak – teriak sambil celingukan mencari lek
Diman. Vhio menemukan lek Diman sudah dalam keadaan tertimpa sebuah runtuhan
kayu besar. Seketika itu juga Vhio membopong lek Diman keluar gudang. Kemudian
membawa lek Diman ke rumah sakit terdekat. Kaki kiri lek Diman terluka cukup
parah. Di sisi lain, Ifay hanya bisa menangis lemah melihat gudangnya terbakar.
Sebab, gudang tersebut adalah sesuatu yang sangat bisa untuk membantunya dalam
menyambung hidup.
Selang beberapa hari, kondisi agak membaik. Lek Diman
di bolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Namun, kaki kirinya tidak dapat
berjalan dengan sempurna. Sehingga lek Diman berjalan menggunakan bantuan
tongkat. Sementara itu, produksi kripik tempe mereka tutup untuk beberapa bulan
ke depan.
“Vhio, lek Diman mau bicara sebentar sama kamu“ lek
Diman menghampiri Vhio yang sedang membersihkan gudang sisa kebakaran.
“Tentang apa lek Diman ?”
“Tentang...emm...”
“Tentang apa lek Diman ?” Vhio mengulangi
pertanyaannya
“Tentang kebakaran kemarin. Sebenarnya waktu itu lek
Diman kan tidur di gudang. Nah,
berhubung banyak nyamuk lek Diman nyalain obat nyamuk. Mungkin tidak sengaja
obat nyamuk tersebut mengenai salah satu bungkus kripik tempe dan menjalar ke
bungkus yang lain. Hingga terjadi kebakaran seperti itu. Maafkan saya ya
Vhio...”
“O...jadi ini
semua gara – gara lek Diman ?” tanpa sepengetahuan Vhio dan lek Diman,
Ifay mendengarkan cerita lek Diman dari awal higga akhir.
“Aku gagal ke
Bali, gudang kebakar, udah enggak ada apa – apa lagi buat hidup” Ifay
terus nyerocos.
“Udah deh fay, jangan begitu. Semua ini sudah taqdir
Tuhan,” Vhio mencoba menenangkan Ifay.
“Taqdir –taqdir
gimana kak? Sudah jelas ini semua salah lek Diman. Coba saja kalau saat itu lek
Diman tidak nyalain obat nyamuk. Pasti hari ini kita sudah sampai di Bali kak”
Ifay masih saja ngotot.
“Mungkin saat
ini Tuhan belum mengijinkan kita untuk bersenang – senang Fay,” Vhio
menambahkan. Lek Diman hanya bisa duduk dan menundukkan kepalanya.
“Ya sudah kalau
begitu, kakak pecat lek Diman atau aku yang pergi dari rumah ini?” Ifay
semakin marah enggak karuan. Belum sempat Vhio menjawab pilihan yang
dilontarkan Ifay, seketika itu juga lek Diman berdiri dengan bantuan tongkat di
dekatnya.
“Vhio, Ifay lek Diman minta maaf ya kalau selama ini
lek Diman tidak bisa merawat kalian dengan baik dan menyebabkan kekacauan
kemarin.” Dengan segera lek Diman beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.
“Ifay, kamu apa – apaan sih. Lek Diman itu sudah
merawat kita, membantu kita setelah ayah dan ibu tiada. Balasanmu apa ke lek
Diman? Mengusirnya begitu saja? Ingat Ifay, dia juga punya keluarga yang harus
dinafkahi. Anaknya masih kecil – kecil. Hanya dari usaha kripik kita mereka
bisa menyambung hidup. Kamu tidak kasihan dengan keadaan mereka?” Vhio memarahi
Ifay yang bertindak gegabah. Ifay tak memedulikan ceramah kakaknya dan langsung
masuk kamar.
Hingga beberapa hari Vhio dan Ifay mengacuhkan satu
sama lain. Suatu pagi buta Ifay meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan
kakaknya. Ia hanya membawa beberapa baju dan sedikit tabungannya. Ia berencana
pergi ke Bali seorang diri.
Malang, Juni 2013 ...
Vhio enggak tinggal diam begitu saja. Dia mencoba
mencari kabar dimana keberadaan adeknya. Walaupun pada akhirnya tidak mendapat
informasi apapun, alias nihil. Kemudian Vhio beralih untuk merintis kripik
tempenya mulai dari nol. Dia tidak sendirian sebab setelah Ifay pergi dari
rumah, dia membujuk lek Diman untuk kembali lagi membantunya dalam memproduksi
kripik tempe itu.
“Lek Diman bersedia kan, seandainya
bekerja sama – sama lagi bareng saya?” Vhio mendatangi rumah lek Diman untuk
menjenguknya dan menanyai kesediaannya.
“Nanti kalau tiba – tiba Ifay
kembali, kemudian pergi lagi hanya gara – gara melihat lek Diman bekerja disini
lagi bagaimana?” lek Diman masih merasa sangat bersalah atas kejadian kebakaran
waktu itu.
“Sudah, lek Diman tidak usah
memikirkan omongan Ifay waktu itu. Yang penting kita memperbaiki keadaan saja
biar menjadi lebih baik. Entah nanti hasilnya memuaskan atau tidak, yang
penting kita sudah berusaha dan berdoa. Masalah berhasil enggaknya kita
serahkan saja sama yang Kuasa.” Vhio mencoba menjelaskan
“Iya Vhio, terima kasih kamu masih
memperhatikan keadaan keluarga saya,”
“Sama – sama lek. Semua ini
pemberian Tuhan yang harus kita syukuri. Kalaupun kita sedang dalam keadaan
sulit, itu tandanya Dia menguji kesabaran kita dan Dia masih sayang kepada kita
lek,”
Vhio dan lek Diman akhirnya memulai
usaha kripik tempe yang sementara waktu lalu sempat terhenti. Vhio mencari
pinjaman untuk modal awal dalam produksinya. Meskipun lek Diman dalam berjalan
masih dengan bantuan tongkat, ia tetap berusaha sekuat tenaga untuk bisa
melanjutkan usaha yang telah dirintis sahabat karibnya yang tlah tiada. Kalau
dulu dalam memasarkan kripik tempe lek Diman menggunakan sepeda motor dengan
roda dua, kini dia menggunakan sepeda motor dengan roda tiga. Supaya lek Diman
tidak terlalu kewalahan dalam berkendara. Sepeda motor roda tiga itu
didapatkannya dari teman Vhio yang memang hobi dalam memodifikasi motor maupun
mobil.
Bali, Juni 2013...
“Hey,
you come here...” salah satu bule yang ada di pantai Kuta memanggil Ifay.
“Yes
sir, What can
I do for you?” Ifay mendekat.
“Please braid
my hair
like
girls Bali,” si bule meminta Ifay untuk mengepang rambutnya
seperti gadis bali yang dilihatnya di sepanjang jalan.
“ready sir,
please sit here...”
Ifay membuka tikar yang
dibawanya kesana kemari dan mempersilakan si bule untuk duduk sebelum rambutnya
dikepang.
Sesampainya di pulau Dewata, Ifay
menjadi tukang kepang rambut bule – bule di tempat – tempat wisata. Dia hidup
di sebuah losmen yang harganya sangat miring. Tidak lama menjadi tukang kepang,
Ifay beralih menjadi waitress di resort ternama. Berjalan hingga beberapa
hari, dia semakin betah saja di resort
itu.
Malang, September 2013...
Beberapa bulan kemudian, kripik
tempe Vhio semakin hari semakin meningkat dalam produksinya. Pesanan kripik
tempe membludak. Apalagi sempat vakum beberapa saat, membuat para kripikers
(penggemar kripik) sangat merindukan gurih dan renyahnya kripik tempe buatan
Vhio dan lek Diman itu.
“Lek Diman, andai saja Ifay bisa
melihat apa yang kita hasilkan sekarang. Pasti dia seneng banget ya lek “
Setelah bekerja seharian, Vhio dan lek Diman ngobrol di teras depan.
“Iya ya, kalau saja waktu itu tidak
ada kebakaran gudang. Pasti Ifay masih bercanda tawa bersama kita.”Lek Diman
menunduk.
“Sudahlah lek, yang lalu biarlah
berlalu. Diambil hikmahnya saja.”
“ Siap Vhio...” lek Diman berseru.
Sejak sore itu, Vhio mulai kepikiran
lagi sama Ifay. Beberapa hari ini, nafsu makannya agak berkurang. Hingga
tubuhnya kelihatan sekali kalau kurusan.
Bali, September 2013...
“Ifaaay...”
Seorang pria tampan memanggil Ifay dari kejauhan. Pria tersebut adalah
keponakan dari pemilik resort dimana
Ifay bekerja. Mereka bertemu ketika anak dari pemilik resort mengajak sepupunya itu singgah di resortnya. Mereka terjebak cinta dalam pandangan pertama. Kini
mereka telah menjalin hubungan asmara yang telah berjalan beberapa bulan dan
berencana untuk melangsungkan pernikahannya pada September di kota kelahiran
Ifay.
“Iya Yoga, ada apa?” Ifay mendekati
Yoga
“Semua barang sudah siap buat di
bawa ke Malang nih,” Yoga yang keturunan Jawa juga sudah mengetahui apa saja
yang harus dipersiapkan untuk acara nikahan.”
“Terima kasih sayangku,”
Mereka memang akan meluncur ke
Malang keesokan harinya bersama dengan segenap keluarga Yoga yang sempat hidup
di pulau Bali untuk menjalankan bisnis resort
keluarga besarnya.
Malang, September 2013...
Akibat kurang makan, Vhio
menjadi sakit keras berkepanjangan. Sehingga produksi kripik tempenya
dikurangi, karena lek Diman hanya dibantu beberapa gelintir orang karyawannya.
Tiba – tiba terdengar suara yang familiar di telinga lek Diman.
“Kak Vhiooo, aku kembaliii...” Suara
Ifay memecahkan keheningan di kamar Vhio yang sudah berjubel dengan tetangga
sekitar yang menjenguk Vhio. Tetangganya memang sangat peduli terhadap warga
lain yang sedang dalam keadaan sulit. Setelah melihat keadaan itu, Ifay diam
seketika.
“Kak, Ifay minta maaf kak, Ifay
enggak bisa merawat kakak dengan baik,” Ifay berkata – kata sambil nangis
sesenggukan.
“Iya fay, kakak ngerti kok. Kamu
pulang dengan siapa?”
“Ifay pulang dengan Yoga serta
keluarganya kak. Dia akan melamar Ifay dan segera menikahi Ifay,”
“Uhuk – uhuk... kapan kalian akan
melangsungkan pernikahannya?” Vhio berbicara sambil terbatuk – batuk.
“Secepatnya kak. Kenapa kakak sakit
sampai kaya gini enggak dibawa ke rumah sakit saja?” Ifay tampak sangat cemas.
“Cuma sakit seperti ini kok dek,
nanti juga cepet sembuh.” Vhio tidak mau adeknya terlalu mencemaskan dia.
“Aku ke belakang sebentar ya kak,”
Ifay terpaksa membohongi kakaknya karena dia akan berembug bersama dengan Yoga
beserta keluarga agar pernikahan bisa dilangsungkan besok pagi. Ifay berencana
setelah upacara pernikahan selesai, dia akan membawa kakaknya ke rumah sakit.
Yoga beserta keluarga pun menyetujui ide Ifay.
Malam harinya Vhio terbatuk hingga
tak karuan. Sepertinya penyakit Vhio sudah akut. Ifay cemas sekali mendengar
kondisi kakaknya yang seperti itu. Dia ingin memutar jarum jamnya agar pagi
hari tiba dengan cepat. Namun, hal itu sangat mustahil. Dia hanya bisa berdoa
akan kesembuhan kakaknya.
Saat – saat yang di tunggu Ifay pun
tiba. Ia memakai gaun pengantian. Ia terlihat sangat cantik. Pesta pernikahan
diadakan sesederhana mungkin. Sebelum Yoga mengucapkan janji setianya, Vhio
berpesan kepada kedua mempelai.
“Ifay, Yoga nanti setelah kalian
menikah, kalian lanjutkan usaha kripik tempe ayah ya?”
“Iya kak, kami akan melanjutkannya.
Kakak cepat sembuh ya,”Ifay serta Yoga pun mengiyakan permintaan kakaknya.
Upacara pernikahan pun dimulai. Yoga
dengan tegas mengucap janji setianya dengan lancar. Semua kerabat baik dari
keluarga besar Yoga maupun dari keluarga Ifay tampak sangat bahagia. Namun
kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Karena selang beberapa menit terdengar
kabar bahwa Vhio menghembuskan nafas terakhirnya. Ifay menangis histeris dan
pingsan. Ternyata permintaan dari Vhio tadi adalah permintaannya yang terakhir.
Setelah Ifay bangun, warga sekitar meminta ijin kepadanya untuk mengurus
pemakaman Vhio.
Malang, Desember 2014...
“Ibu.....” Suara mungil
yang keluar dari bibirnya membuat kebhagiaan Ifay yang kini telah dikaruniai
seorang anak perempuan yang manis.
Kasih Tuhan yang tidak pernah pudar
pun ia rasakan. Dari mulai suksesnya usaha kripik tempe yang ia kerjakan bareng
– bareng dengan suami tercinta, lek Diman dan warga sekitar hingga
dikaruniainya seorang anak yang manis. Kini mereka hidup bahagia dengan tanpa
melupakan kasih yang diberikan oleh Tuhannya.
Nama :
Jumi’ati
TTL :
Kudus, 11 Juni 1993
Alamat :
Ds. Pladen RT 01 / 02 Kec. Jekulo
Kab.
Kudus
Motto :
Menikmati saat ini, selalu belajar
dari
masa lalu dan merencanakan masa depan
E-mail :
jumicstupid@yahoo.co.id
Tulisan Terbit dalam Antologi Buku : Goresan Pena Melukis Rasa
terbit di Afsoh Publisher 2013
Peserta Workshop Menulis dan Menerbitkan Buku untuk Mahasiswa PGSD Unnes
Isi Buku
* Hati Kardus Untuk Omen
* Kasih Tak Pudar
* Keabadian Cinta Tuk Selamanya
* Jarak
* Lorong Impian si Kecil Clara
* Ceritaku Ceritamu
* CInta Tidak Harus dipaksa
* Kupilih Jalan Terbaik
* Malam ini ...