Menulis, sebuah Komunikasi dan
Ekspresi
Oleh: Murni Oktarina
Rinai
hujan menemani langkah rindu ini yang tertatih. Kala malam kelam membisikkan
kepedihan pada jiwa rapuh yang terpaku. Masihkah kemampuan mendalih menguntai
setiap tetesan bulir bening yang kian letih? Tercampak menyandarkan keraguan
dalam guratan wajah malam yang tengah merintih mengadu. Malam kini telah
berganti dengan kesejukan embun pada dedaunan. Kelopak mawar melebar, menyambut
mentari pagi yang berjanji mengoyakkan kepedihan. Tapi, lagi-lagi yang didapat
hanyalah kekosongan mengelabui setiap desah penantian. Makin melebarkan luka
yang menganga, membanjiri dengan lelehan panas lilin-lilin kematian.
Cukup….
Cukup…. Kukatakan sudah cukup pada terpaan angin yang membelai menghibur.
Biarlah kurasakan terik matahari siang yang seolah menggugurkan segenap susunan
harapan. Tak berani lagi membuka mata mencari pengharapan pada setiap inci
jalan setapak yang berjamur. Kesadaran diri ini sudah sangat cukup melukiskan
betapa dia di sana telah melupakan.
Sedikit tulisan di atas merupakan
contoh lantunan sebuah perasaan yang dituangkan ke dalam sebuah tulisan. Tak
banyak orang yang mampu meluapkan perasaannya secara langsung lewat lisan dan
berkata pada seseorang. Tapi, hampir semua orang memiliki kemampuan menuliskan
setiap hal yang dirasakannya. Kenapa begitu? Karena menulis adalah ekspresi
jiwa yang dapat dengan bebas dituangkan tanpa merasa akan bersalah atau tanpa
ada rasa takut akan mendapat marah. Menulis, mencairkan kebekuan hati.
Menenangkan pikiran kalut yang tengah bersarang. Juga tempat berkeluh kesah
mengeluarkan setiap beban pikiran sekali pun itu yang terberat.
Bagi yang berprofesi sebagai penulis,
menulis merupakan pintu rezeki. Bagi pendakwah, tulisannya dapat menjadi salah
satu wadah untuk menjalankan dakwahnya. Bagi seorang motivator, tulisannya akan
menjadi ajang yang dapat memotivasi para pembacanya, dan bagi saya, menulis
adalah laksana komunikasi dengan diri saya sendiri tanpa takut diketahui oleh
orang lain jika komunikasi itu mengganggu atau menimbulkan amarah. Dengan kata
lain, keajaiban menulis bagi saya adalah saya dapat berbicara, berkomunikasi
dan berekspresi dengan bebas hanya dengan kegiatan sederhana namun menghasilkan
kepuasan yang dasyat, yaitu menulis.
***
Biodata Penulis
Nama: Murni Oktarina. Tempat, tanggal lahir:
Palembang, 27 Oktober 1990.
Berstatus mahasiswi dan administrasi
bimbel kampus. Alamat di Jl.
A. Yani Lr. Manggis No.
85 Palembang 30252. Dapat
dihubungi melalui nomor HP: 08994455499, facebook:
http://www.facebook.com/murni.dudidam.7?ref=tn_tnmn, dan e-mail: murnioktarina@ymail.com
Pelangi Aksara
Oleh: Nurul Rina Budiarti
Huruf demi huruf kurangkai menjadi sebuah kata. Kata
demi kata kusulam menjadi sebuah kalimat. Kalimat demi kalimat kusatukan dalam
peraduan paragraf. Mengalir begitu saja. Semuanya berkeliaran di luar kepalaku.
Mencoba menggodaku untuk kutangkap,
walau tak serapi keramik yang ditata di lantai rumah
tetangga,
walau tak seperti tatanan batu bata yang ditumpuk oleh
tukang, namun
kata-kataku tetap menjadi pelangi dalam imajinasiku. Imajinasi yang ingin
selalu kutuang agar mereka bisa menikmatinya. Apa pun rasanya. Dengan
menuangkan ide dalam bentuk menulis, semua serasa lepas dan bebas. Semua terasa
ringan untuk dipikul. Seberat apa pun
beban itu, semua akan kubagikan dengan yang lain. Seindah apa pun masaku, akan kubagikan, agar
mereka bisa berbagi sepertiku, walau berupa tulisan.
Sidoarjo, 14 oktober 2012
Menulis
Membuat Bangkit
Oleh: Irka Maharani
Seberapa
berartikah menulis bagimu? Kalau bagiku, menulis
adalah hal yang amat luar biasa. Ketika aku memiliki banyak permasalahan yang
rumit, ketika aku merasa otak ini rasanya penuh sesak, aku selalu menulis.
Menulis semua yang terasa membebani hidup, aku menuliskannya dalam selembar
kertas.
Percaya atau
tidak, permasalahanku terasa berkurang. Kalian mungkin tak akan percaya jika
tak membuktikannya sendiri. Coba buktikan sekarang juga! Ambil selembar kertas
dan sebuah pulpen. Sekarang, tuliskan semua
hal yang menjadi permasalahanmu! Mulai dari permasalahan yang besar hingga
permasalahan yang amat sepele. Setelah itu, coba lihat kembali seluruh daftar permasalahanmu. Terkadang saat itu aku merasa bodoh,
karena hal yang terlalu sepele pun bisa menjadi beban buatku.
Setelah kalian
menemukan hal-hal yang sebenarnya tidak pantas mengisi daftar permasalahanmu,
segera coret dengan pulpen, rasakan perbedaannya pada dirimu. Aku yakin hatimu akan selangkah lebih
baik. Dengan hati yang semakin yakin, teruskan langkah-langkah berikut ini. Urutkan semua daftar permasalahanmu mulai
dari yang menurut kalian paling ringan hingga yang paling berat. Kemudian tuliskan permasalahan apa yang
ingin kalian selesaikan terlebih dahulu dan jangan lupa menulis tahap-tahap
kemungkinan penyelesaiannya.
Aku yakin,
meskipun kalian belum bertindak apa pun
terhadap permasalahan kalian, hati kalian pasti akan terasa lebih baik dan
memiliki arah atas permasalahan itu. Kalian tidak akan merasa kebingungan lagi
dengan apa yang akan kalian lakukan. Oh iya, buat kalian yang suka menulis diary,
itu merupakan kebiasaan yang baik juga, mengungkapkan perasaan dengan menulis
dapat membuat hati akan lebih tenang. Sebenarnya apa yang menjadi permasalahan
kita kadang bukanlah sebuah masalah, yang menjadi permasalahan adalah reaksi
kita terhadap masalah itu. Jadikan itu semua sebagai tantangan hidup. Ayo kita
bangkit lagi dengan menulis!
***
Biodata Penulis
Nama saya Irka Maharani. Saya tinggal di Ds. Sawentar
RT 03 RW 01 Kanigoro-Blitar, Jawa Timur. Nomor HP saya 085645791689. Terimakasih.
Rencana yang Indah
Oleh:
Veronica Gouw
Tak terbayangkan menjadi seorang
penulis sebelumnya,
bahkan saat pertama kali aktif di facebook.
Hanya semata mengusir rasa
jenuh yang kian menggelora. Ya,
rasa bosan yang tak dapat kubendung.
Satu-satunya tempat untuk mengusir rasa jenuh itu dengan bermain internet, browsing, atau sekedar update status via facebook.
Perjalanan pun dimulai dengan
bergabung di dalam grup-grup kepenulisan. Mencoba menulis dan mengikuti event demi event. Walau sepertinya jalan terasa buntu. Tak satu pun tulisanku lolos, bahkan untuk masuk dalam
antologi. Rasa
putus asa mulai menggelayut. Menyerang tiada henti. Apakah aku memang tidak
berbakat? Atau aku terlalu bermimpi besar? Rasanya tak mungkin menjadi penulis.
Sampai ternyata sebuah kejadian
keajaiban menulis terjadi. Bergabung dalam grup kepenulisan Cendol Jakarta
Universal Nikko. Aku mendapat tawaran menarik yaitu menulis novel komedi Bab 6.
Karena itu merupakan novel estafet yang
ditulis oleh sembilan
orang perempuan
dan seorang
laki-laki.
Keajaiban menulis pun terjadi, novel
estafet pertamaku sudah beredar. Betapa
aku senang sekali rasanya.
Kini aku berhasil menjadi seorang penulis.
***
Nama asli: Veronica. Nama pena: Vera. Nomor HP: 08569873605. E-mail: v3ron1ca78@ymail.com