-->

MENULIS MENYEHATKAN MENTAL

| 2:06 PM |

 

Kebutuhan yang Menyehatkan

Oleh: Naelil

Bagiku, menulis bukanlah suatu keharusan ataupun kewajiban. Menulis adalah kebutuhan untuk hidup selayakanya makanan yang amat dibutuhkan demi menunjang kebutuhan tubuh. Seperti juga siraman rohani yang dapat menembus ulu hati dan menyampaikan suatu pendidikan nurani ke dalam jiwa menjadi terdidik.

Seharian tanpa menulis membuat tanganku terasa gatal. Kepalaku seolah nyaris pecah lantaran ide-ide yang membuncah tak kunjung disalurkan. Ada suatu kelegaan tersendiri ketika curahan hati keluar sebelum malam larut dan memelukku ke dalam hawa dingin melenakan hingga kuterlelap.

Suatu keajaiban yang timbul dari kegiatan menulis pada diriku sendiri sebetulnya tak terbatas, sejauh mata memandang ke luar jendela dunia. Apalagi ketika karya dibaca oleh orang lain dan mampu memotivasi pembaca tersebut. Optimisme sudah pasti menggurat sekuntum senyuman untuk menjadi lebih baik dan semakin bersemangat dalam berkarya, memberikan kisah inspiratif yang didasari pada pengalaman nyata kehidupan sehari-hari.

Menyinggung keajaiban menulis itu sendiri, percaya tidak percaya, kegiatan menulis mampu menyembuhkan rasa sakit. Ketika batuk dan pilek menyerang, aku menulis seluruh perasaan tidak enak yang mungkin disebabkan oleh sikapku yang kurang mensyukuri anugerah kesehatan dariAllah SWT.

Dalam proses menulis, batukku sama sekali tidak mencuat berkeliaran. Pilekku seolah amblas ditelan rajutan kata-kata. Ketika aku menyatakan setiap konflik, penyelesaian, ataupun urutan peristiwa lainnya melalui kisah yang kusulam, selalu ada pembelajaran autodidak yang merasuk ke pikiran hingga mungkin secara psikologi telah membantuku menyelesaikan persoalan nyata yang telah bersangkar dalam lorong kenyataan yang sebenarnya.

Menulis, ah, indahnya. Keajaiban datang tanpa ditunggu dan dinanti. Keajaiban datang dengan sendirinya pada jiwa-jiwa yang menulis dengan segenap ketulusan jiwa yang jujur. Sesungguhnya keajaiban dan menulis memang dekat jaraknya, seperti saudara yang telah diikat oleh pertalian silaturahmi yang amat erat.

***

Biodata Penulis

Nama: Naelil. Alamat: Banyuwangi. E-mail: naelilsastra@yahoo.co.id. Facebook: Naelil Ixa. Twitter: @Finn_Nell13

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ini Ceritaku

Oleh: Rahel Simbolon

Ada begitu banyak orang yang menganggap kegiatan menulis sebagai kegiatan yang menjenuhkan, tidak ada gunanya, dan membuang-buang waktu saja. Sering mereka berpikir bahwa isi hati seharusnya diungkapkan secara langsung, bukan ditulis dan dipendam hanya untuk diri sendiri. Banyak juga dari mereka menganggap orang-orang yang suka menulis adalah pribadi introvert yang tertutup, pendiam, misterius, dan sulit bergaul. Aku tidak bisa menyanggah pendapat itu, karena aku juga merasa diriku adalah pribadi yang introvert, namun aku tetap bisa bergaul dan tetap bisa terbuka dengan sesamaku.

Sejujurnya semua ini berawal dari kesukaanku membaca buku. Sejak kecil aku telah mengenal buku-buku dongeng dan cerita rakyat yang sangat menggugah imajinasiku. Sering aku berkhayal dapat mengalami apa yang dialami oleh tokoh dalam cerita tersebut. Sering juga aku terkagum-kagum dengan isi cerita yang dibuat oleh sang pengarang. Menjelang remaja, aku mengenal dunia teenlit. Di masa itu novel-novel teenlit menjadi bacaan sehari-hariku. Bisa dibilang membaca novel teenlit lebih menjadi prioritas dibanding belajar saat aku masih duduk di bangku SMP.

Setelah beberapa kali membaca, aku mulai belajar untuk menulis. Paling tidak apa yang kualami sehari-hari kutuangkan dalam bentuk goresan pena. Semua kata-kata itu terangkai begitu saja dan aku sangat suka membacanya. Aku merasakan suatu kelegaan yang luar biasa saat selesai menuliskannya, terlebih saat aku sedang dirundung masalah.

Sulit rasanya untuk bercerita dan berbagi kepada orang lain. Ada tiga hal yang dapat membuatku tenang saat masalah datang ke hadapanku. Pertama ialah berdoa, kedua ialah menangis, dan ketiga ialah menulis. Suatu kombinasi sempurna yang membuatku semakin tegar dan tenang menikmati hidup.

Pada akhirnya, aku semakin merasa bahwa aku tak dapat terlepas dari menulis. Menulis membuatku merasa senang, menulis membuatku merasa nyaman, menulis membuatku mengenal diriku sendiri, menulis membuatku tidak merasa kesepian sekali pun aku menulis dalam kesendirian, dan yang pasti menulis membuatku mampu mengembangkan apa yang sudah Tuhan beri dan aku meyakini hal ini sebagai berkat dari Tuhan. Pada akhirnya aku hanya bisa berharap, semoga semangat ini akan terus ada dan setiap tulisanku dapat menjadi berkat bagi setiap pembacanya.

***

Biodata Penulis

            Rahel Simbolon, mahasiswi S1 yang dapat dikatakan sebagai pendatang baru. Memulai mimpinya dengan mengikuti berbagai event kepenulisan sejak awal Februari 2012 dan telah berhasil membuat tulisannya tergabung dalam beberapa antologi yang telah terbit, di antaranya Memory in Love, Rotasi Kehidupan, Palingan Wajah Garuda, Aksi Para Hantu, dan Pijar Heroik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berbicara melalui Rangkaian Huruf

Oleh: Vita Ayu Kusuma Dewi

 

   Menulis, banyak yang menganggapnya sulit, termasuk aku yang harus memutar otak untuk mencari ide menulis. Tapi itu dulu saat aku belum mencoba keluar ke dunia yang lebih luas. Sejak aku bertemu dengan kawan-kawan yang juga mempunyai hobi menulis semuanya berbeda. Mereka banyak menginspirasi dan pastinya menambah teman. Banyak perubahan pula ketika aku mulai menuliskan huruf demi huruf, mulai dari terbata-bata merangkainya hingga menjadi sedikit demi sedikit lebih baik.

Selain itu, dengan tulisanku aku berharap akan menginspirasi dan memotivasi orang lain, intinya dapat bermanfaat. Aku juga senang dengan kawan-kawanku yang mendukung dan mulai menyukai menulis sejak membaca atau kuperkenalkan dengan menulis yang sebenarnya. Menulis tidaklah sesulit yang kubayangkan sebelumnya. Yang menjadikan sulit adalah diriku sendiri, karena mungkin takut atau berorientasi pada tulisanku ini banyak dibaca orang tidak, ya? Ini bagus atau tidak, ya? Atau nanti bakal dihina orang tulisanku?

Melalui menulis pula aku bercerita, melantunkan curahan–curahan hati yang mungkin tak bisa kuungkapkan di dunia nyata, berharap beban sedikit berkurang ketika kubagikan kepada orang lain. Melalui menulis pula aku menjadi lebih bisa mengekspresikan diriku. Ajaibnya, melalui menulis pula aku dapat mewujudkan satu per satu mimpiku.

Aku juga mempunyai mimpi bersama sahabatku melalui menulis. Semoga rencana kami bisa terealisasi akhir tahun ini. Aku berharap aku tidak akan berhenti menulis, menuliskan setiap kebaikan yang akan menjadi sebuah pembelajaran yang bermanfaat bagi orang lain dan terkenang sampai aku tiada.

Aku yang tidak terbiasa dengan bercerita kepada orang–orang terdekatku, sekarang bisa kulampiaskan dengan tulisan. Melalui tulisan itu mereka membacanya. Aku senang karena aku lebih dekat dengan keluargaku dengan menulis. Keajaiban menulis memang tidak ada yang tahu. Awalnya memang terasa berat, namun jika terbiasa akan menjadikan makna tersendiri. Ternyata menulis itu menyenangkan dan memberikan kesan tersendiri. Semangat menulis untuk masa depan yang lebih baik.

***

Biodata Penulis

Vita Ayu Kusuma Dewi atau Rescue Iffah, calon enginner, tinggal sementara di Jalan Sumbersari 239B, Malang. FB: Rescue Iffah, e-mail: dr.vita15@yahoo.com

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Riry’s My Diary Book

Oleh: Ifanthy Alunaa Cheszha

            Riry’s My Diary Book, awalnya aku mencurahkan segala apa yang ada di hatiku ke dalamnya. Ke mana pun, di mana pun, dan dalam keadaan apa pun aku selalu mencurahkannya di buku kecil mungilku itu. Lambat laun, keinginan menjadi seorang penulis yang namanya akan tercantum di sampul bagian belakang pun menjadi sebuah obsesi bagiku. Mendapatkan uang yang terus mengalir ketika buku itu laris manis terjual, hmm..., senangnya.

            Berulang kali aku mencoba membuat satu cerita yang sebenarnya sangat ingin untuk aku terbitkan ke percetakan atau penerbit di sekitar rumahku, tapi selalu saja gagal. Aku terus mencoba dan mengalami kegagalan selama enam tahun lamanya. Mungkin belum waktunya aku terjun ke dunia literasi, atau bahkan mungkin karena obsesiku yang terlalu dekat dengan rasa hura-hura yang tiada manfaat secuil pun.

Jika memang sudah menjadi orang yang terkenal dan banyak uang, apakah menjamin akan masuk surga Allah? Pertanyaan itulah yang selalu terbesit dalam pikiranku. Dan untuk kesekian kalinya, aku mencoba untuk bersabar dan memperbaiki niatanku untuk menjadi seorang penulis. Harus menyebut nama Allah, harus mengingat Allah selama hidupku ini berlangsung. Selipkan Allah di setiap hembusan napasku, setiap langkahan kakiku, dan setiap degupan jantungku. Allah, Allah, Allah...! Itulah tekadku selama satu tahun ke belakang.

            Di samping itu, pamanku selalu memintaku untuk membuatkan tulisan untuk dijadikan sebuah lagu. Meskipun hanya tulisan, jika tulisan itu datangnya dari dalam hati, mungkin semuanya seolah menjadi sebuah doa atau mantra yang akan di acc oleh Allah SWT. Dan ketika aku menuliskan suatu curahan di buku diary-ku, semuanya itu seperti sebuah mimpi yang perlahan akan menjadi sebuah kenyataan.

            Beberapa kali aku menulis, aku ingin menjadi penulis, aku ingin menjadi novelis, aku ingin menjadi pebisnis. Great! Inilah jawaban dari Allah. Di tahun ini semua jawaban dari doaku sedikit terkabul. Aku berhasil menerobos ke dunia literasi, mengenal banyak orang yang berkecimpung jua di dalamnya. Subhanallah.

            Tak usah ragu untuk menulis. Ketika senang, sedih, duka, lara, gelisah, berharap, atau takut sekali pun, tuliskanlah jika tak mampu untuk berkata. Dan ketika gelisah untuk melangkah, tuliskanlah dalam hatimu guratan-guratan cinta-Nya menggunakan pena keimananan yang jarang dimiliki oleh kebanyakan orang. Ketika semua impian itu terwujud, pertahankanlah dan tingkatkanlah.

            Semoga sepenggal kisah perjalanan hidupku dalam menggapai sebuah mimpi ini dapat menginspirasi dan memotivasi. Majulah, atau mundur yang tiada akan pernah bisa menemukan siapa diri kita sebenarnya.

***

Biodata Penulis

            Gadis berusia sembilan belas tahun yang lahir pada tanggal 3 Juli 1993 ini bernama Reisha Fadhilah Hadianty Achadiat. Baru menjalani dunia literasi yang salah satu cita-cita dan kegemarannya dalam tulis menulis. Antologi pertamanya yang ditulis bersama dengan 31 penulis lainnya berjudul Kebelet BBM (Buru-Buru Move On). Aktivitasnya saat ini adalah menjadi seorang mahasiswi di Universitas Bina Sarana Informatika Bandung, program Diploma 3, jurusan komputerisasi akuntansi.

Nama penanya adalah Ifanthy Alunaa Cheszha, dan alamat rumahnya di Kampung Pangauban RT 05 RW 11, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung-40971. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang si penulis, silahkan klik: https://www.facebook.com/eiichazhufairra dan http://allahismydestination.blogspot.com/. Sekian dan terima kasih.

GENDAM NUSANTARA 919

Back to Top