Kebutuhan
yang Menyehatkan
Oleh:
Naelil
Bagiku, menulis
bukanlah suatu keharusan ataupun kewajiban. Menulis adalah kebutuhan untuk
hidup selayakanya makanan yang amat dibutuhkan demi menunjang kebutuhan tubuh.
Seperti juga siraman rohani yang dapat menembus ulu hati dan menyampaikan suatu
pendidikan nurani ke dalam jiwa menjadi terdidik.
Seharian tanpa
menulis membuat tanganku terasa gatal. Kepalaku seolah nyaris pecah lantaran
ide-ide yang membuncah tak kunjung disalurkan. Ada suatu kelegaan tersendiri
ketika curahan hati keluar sebelum malam larut dan memelukku ke dalam hawa
dingin melenakan hingga kuterlelap.
Suatu keajaiban
yang timbul dari kegiatan menulis pada diriku sendiri sebetulnya tak terbatas,
sejauh mata memandang ke luar jendela dunia. Apalagi ketika karya dibaca oleh
orang lain dan mampu memotivasi pembaca tersebut. Optimisme sudah pasti
menggurat sekuntum senyuman untuk menjadi lebih baik dan semakin bersemangat
dalam berkarya, memberikan kisah inspiratif yang didasari pada pengalaman nyata
kehidupan sehari-hari.
Menyinggung
keajaiban menulis itu sendiri, percaya tidak percaya, kegiatan menulis mampu
menyembuhkan rasa sakit. Ketika batuk dan pilek menyerang, aku menulis seluruh
perasaan tidak enak yang mungkin disebabkan oleh sikapku yang kurang mensyukuri
anugerah kesehatan dariAllah SWT.
Dalam proses
menulis, batukku sama sekali tidak mencuat berkeliaran. Pilekku seolah amblas
ditelan rajutan kata-kata. Ketika aku menyatakan setiap konflik, penyelesaian,
ataupun urutan peristiwa lainnya melalui kisah yang kusulam, selalu ada
pembelajaran autodidak yang merasuk ke pikiran hingga mungkin secara psikologi
telah membantuku menyelesaikan persoalan nyata yang telah bersangkar dalam
lorong kenyataan yang sebenarnya.
Menulis, ah,
indahnya. Keajaiban datang tanpa ditunggu dan dinanti. Keajaiban datang dengan
sendirinya pada jiwa-jiwa yang menulis dengan segenap ketulusan jiwa yang
jujur. Sesungguhnya keajaiban dan menulis memang dekat jaraknya, seperti saudara
yang telah diikat oleh pertalian silaturahmi yang amat erat.
***
Biodata Penulis
Nama: Naelil. Alamat: Banyuwangi. E-mail: naelilsastra@yahoo.co.id.
Facebook: Naelil Ixa. Twitter: @Finn_Nell13
Ini Ceritaku
Oleh: Rahel Simbolon
Ada begitu
banyak orang yang menganggap kegiatan menulis sebagai kegiatan yang
menjenuhkan, tidak ada gunanya, dan membuang-buang waktu saja. Sering mereka
berpikir bahwa isi hati seharusnya diungkapkan secara langsung, bukan ditulis
dan dipendam hanya untuk diri sendiri. Banyak juga dari mereka menganggap
orang-orang yang suka menulis adalah pribadi introvert yang tertutup, pendiam, misterius, dan sulit bergaul. Aku
tidak bisa menyanggah pendapat itu, karena aku juga merasa diriku adalah
pribadi yang introvert, namun aku
tetap bisa bergaul dan tetap bisa terbuka dengan sesamaku.
Sejujurnya semua
ini berawal dari kesukaanku membaca buku. Sejak kecil aku telah mengenal
buku-buku dongeng dan cerita rakyat yang sangat menggugah imajinasiku. Sering
aku berkhayal dapat mengalami apa yang dialami oleh tokoh dalam cerita
tersebut. Sering juga aku terkagum-kagum dengan isi cerita yang dibuat oleh
sang pengarang. Menjelang remaja, aku mengenal dunia teenlit. Di masa itu novel-novel teenlit menjadi bacaan sehari-hariku. Bisa dibilang membaca novel teenlit lebih menjadi prioritas
dibanding belajar saat aku masih duduk di bangku SMP.
Setelah beberapa
kali membaca, aku mulai belajar untuk menulis. Paling tidak apa yang kualami
sehari-hari kutuangkan dalam bentuk goresan pena. Semua kata-kata itu terangkai
begitu saja dan aku sangat suka membacanya. Aku merasakan suatu kelegaan yang
luar biasa saat selesai menuliskannya, terlebih saat aku sedang dirundung
masalah.
Sulit rasanya
untuk bercerita dan berbagi kepada orang lain. Ada tiga hal yang dapat
membuatku tenang saat masalah datang ke hadapanku. Pertama ialah berdoa, kedua
ialah menangis, dan ketiga ialah menulis. Suatu kombinasi sempurna yang
membuatku semakin tegar dan tenang menikmati hidup.
Pada akhirnya,
aku semakin merasa bahwa aku tak dapat terlepas dari menulis. Menulis membuatku
merasa senang, menulis membuatku merasa nyaman, menulis membuatku mengenal
diriku sendiri, menulis membuatku tidak merasa kesepian sekali pun aku menulis dalam
kesendirian, dan yang pasti menulis membuatku mampu mengembangkan apa yang
sudah Tuhan beri dan aku meyakini hal ini sebagai berkat dari Tuhan. Pada
akhirnya aku hanya bisa berharap, semoga semangat ini akan terus ada dan setiap
tulisanku dapat menjadi berkat bagi setiap pembacanya.
***
Biodata Penulis
Rahel Simbolon, mahasiswi S1 yang dapat dikatakan sebagai
pendatang baru. Memulai mimpinya dengan mengikuti berbagai event kepenulisan sejak awal Februari 2012 dan telah berhasil
membuat tulisannya tergabung dalam beberapa antologi yang telah terbit, di antaranya
Memory in Love, Rotasi Kehidupan, Palingan Wajah Garuda, Aksi Para Hantu, dan
Pijar Heroik.
Berbicara melalui Rangkaian Huruf
Oleh: Vita Ayu Kusuma
Dewi
Menulis, banyak
yang menganggapnya sulit, termasuk aku yang harus memutar otak untuk mencari ide menulis. Tapi itu
dulu saat aku belum mencoba keluar ke dunia yang lebih luas.
Sejak aku bertemu dengan kawan-kawan yang juga mempunyai hobi menulis semuanya
berbeda. Mereka banyak menginspirasi dan pastinya menambah teman. Banyak
perubahan pula ketika aku mulai menuliskan huruf demi huruf, mulai dari terbata-bata merangkainya hingga menjadi sedikit demi sedikit lebih baik.
Selain itu, dengan tulisanku aku berharap akan
menginspirasi dan memotivasi orang lain, intinya dapat
bermanfaat. Aku juga senang dengan kawan-kawanku yang mendukung dan mulai
menyukai menulis sejak membaca atau kuperkenalkan dengan menulis yang
sebenarnya. Menulis tidaklah sesulit yang kubayangkan sebelumnya. Yang
menjadikan sulit adalah diriku sendiri, karena mungkin takut
atau berorientasi pada tulisanku
ini banyak dibaca orang tidak, ya? Ini bagus atau tidak,
ya? Atau nanti bakal dihina orang tulisanku?
Melalui menulis pula aku bercerita, melantunkan curahan–curahan hati yang mungkin tak bisa kuungkapkan di dunia nyata, berharap beban sedikit berkurang
ketika kubagikan kepada orang lain. Melalui menulis pula aku menjadi lebih bisa
mengekspresikan diriku. Ajaibnya, melalui menulis
pula aku dapat mewujudkan satu per satu mimpiku.
Aku juga mempunyai mimpi bersama sahabatku melalui
menulis. Semoga rencana kami bisa terealisasi akhir tahun ini. Aku
berharap aku tidak akan berhenti menulis, menuliskan setiap kebaikan yang akan
menjadi sebuah pembelajaran yang bermanfaat bagi orang lain dan terkenang
sampai aku tiada.
Aku yang tidak terbiasa dengan bercerita kepada orang–orang terdekatku, sekarang bisa kulampiaskan dengan tulisan. Melalui tulisan itu
mereka membacanya. Aku senang karena aku lebih dekat
dengan keluargaku dengan menulis. Keajaiban menulis memang tidak ada yang tahu. Awalnya memang terasa
berat, namun jika terbiasa akan menjadikan makna
tersendiri. Ternyata menulis itu menyenangkan dan memberikan kesan tersendiri.
Semangat menulis untuk masa depan yang lebih baik.
***
Biodata Penulis
Vita Ayu Kusuma Dewi atau Rescue Iffah, calon enginner, tinggal sementara di Jalan
Sumbersari 239B, Malang. FB: Rescue Iffah, e-mail: dr.vita15@yahoo.com
Riry’s My Diary Book
Oleh: Ifanthy Alunaa Cheszha
Riry’s
My Diary Book, awalnya aku mencurahkan segala apa yang ada di hatiku ke dalamnya.
Ke mana pun, di mana pun, dan dalam keadaan apa pun aku selalu mencurahkannya
di buku kecil mungilku itu. Lambat laun, keinginan menjadi seorang penulis yang
namanya akan tercantum di sampul bagian belakang pun menjadi sebuah obsesi
bagiku. Mendapatkan uang yang terus mengalir ketika buku itu laris manis
terjual, hmm..., senangnya.
Berulang kali aku mencoba membuat
satu cerita yang sebenarnya sangat ingin untuk aku terbitkan ke percetakan atau
penerbit di sekitar rumahku, tapi selalu saja gagal. Aku terus mencoba dan
mengalami kegagalan selama enam tahun lamanya. Mungkin belum waktunya aku
terjun ke dunia literasi, atau bahkan mungkin karena obsesiku yang terlalu
dekat dengan rasa hura-hura yang tiada manfaat secuil pun.
Jika memang sudah menjadi orang
yang terkenal dan banyak uang, apakah menjamin akan masuk surga Allah? Pertanyaan itulah
yang selalu terbesit dalam pikiranku. Dan untuk kesekian kalinya, aku mencoba
untuk bersabar dan memperbaiki niatanku untuk menjadi seorang penulis. Harus menyebut nama Allah, harus mengingat
Allah selama hidupku ini berlangsung. Selipkan Allah di setiap hembusan napasku,
setiap langkahan kakiku, dan setiap degupan jantungku. Allah, Allah, Allah...!
Itulah tekadku selama satu tahun ke belakang.
Di samping itu, pamanku selalu
memintaku untuk membuatkan tulisan untuk dijadikan sebuah lagu. Meskipun hanya
tulisan, jika tulisan itu datangnya dari dalam hati, mungkin semuanya seolah
menjadi sebuah doa atau mantra yang akan di acc
oleh Allah SWT. Dan ketika aku menuliskan suatu curahan di buku diary-ku, semuanya itu seperti sebuah
mimpi yang perlahan akan menjadi sebuah kenyataan.
Beberapa kali aku menulis, aku ingin menjadi penulis, aku ingin menjadi
novelis, aku ingin menjadi pebisnis. Great!
Inilah jawaban dari Allah. Di tahun ini semua jawaban dari doaku sedikit
terkabul. Aku berhasil menerobos ke dunia literasi, mengenal banyak orang yang
berkecimpung jua di dalamnya. Subhanallah.
Tak usah ragu untuk menulis. Ketika
senang, sedih, duka, lara, gelisah, berharap, atau takut sekali pun, tuliskanlah
jika tak mampu untuk berkata. Dan ketika gelisah untuk melangkah, tuliskanlah
dalam hatimu guratan-guratan cinta-Nya menggunakan pena keimananan yang jarang
dimiliki oleh kebanyakan orang. Ketika semua impian itu terwujud,
pertahankanlah dan tingkatkanlah.
Semoga sepenggal kisah perjalanan
hidupku dalam menggapai sebuah mimpi ini dapat menginspirasi dan memotivasi.
Majulah, atau mundur yang tiada akan pernah bisa menemukan siapa diri kita
sebenarnya.
***
Biodata Penulis
Gadis berusia sembilan belas tahun
yang lahir pada tanggal 3 Juli 1993 ini bernama Reisha Fadhilah Hadianty
Achadiat. Baru menjalani dunia literasi yang salah satu cita-cita dan
kegemarannya dalam tulis menulis. Antologi pertamanya yang ditulis bersama
dengan 31 penulis lainnya berjudul Kebelet BBM (Buru-Buru Move On). Aktivitasnya saat ini adalah menjadi seorang
mahasiswi di Universitas Bina Sarana Informatika Bandung, program Diploma 3,
jurusan komputerisasi akuntansi.
Nama
penanya adalah Ifanthy Alunaa Cheszha, dan alamat rumahnya di Kampung Pangauban
RT 05 RW 11, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung-40971. Untuk mengetahui
lebih lanjut tentang si penulis, silahkan klik: https://www.facebook.com/eiichazhufairra
dan http://allahismydestination.blogspot.com/.
Sekian dan terima kasih.