-->

PENTINGNYA MENULIS CATATAN HIDUP DAN KEHIDUPAN

| 2:16 PM |

 

Dua Bulan Penuh Kejutan

Oleh: Atty Malula

Penulis itu bukan dilahirkan, tetapi diciptakan. Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis." (Imam Al-Ghazali)

             Sekitar dua bulan yang lalu, saya baru menggeluti dunia tulis. Luar biasa, saya menemukan bakat justru di bidang penulisan. Pertama kali mengirim naskah cerpen di sebuah grup jejaring sosial (facebook), cerpen saya langsung dibedah dan mendapat like serta komentar terbanyak. Oleh admin saya diberi hadiah buku. Betapa senangnya karena itu karya perdana saya  yang mendapat kesempatan untuk dibedah.

Semenjak itu, saya semakin menyukai dunia tulis dan bergabung di berbagai grup. Di salah satu grup lainnya saat itu ada pemilihan KP (Koordinator Program). Saya mengikuti dan mencalonkan diri. Alhamdulillah, saya diterima. Sampai saat ini saya masih menjadi KP.

Pada kegiatan yang lain, saya mengikuti berbagai event yang diadakan melalui on line. Menggali dan mengasah kemampuan yang tak pernah terbayangkan, naskah FTS saya lolos dan menjadi salah satu kontributor pada event tersebut. Ini adalah karya perdana saya yang diterbitkan dalam sebuah buku. Saya berbaur dengan para penulis, baik senior maupun pemula. Setiap kegiatan yang bersangkutan dengan menulis saya ikuti. Kejutan lagi buat saya mendapatkan hadiah pulsa ketika mengikuti acara bedah cerpen.

Lebih mengejutkan lagi, banyak teman yang mengirim pesan pada inbox saya. Bertanya dan sharing tentang menulis. Indah, indah, dan sangat indah. Kita saling bertukar pengalaman dan berbagi ilmu. Luar biasa, dalam waktu yang singkat saya bisa mengenal mereka dan menjadikan saya semakin percaya diri bahwa saya bisa.

Seminggu yang lalu saya juga ditawari oleh seorang teman untuk berkolaborasi menulis buku. Bagi saya ini semua adalah anugerah yang luar biasa yang Allah berikan. Puji syukur kupanjatkan kepada-Mu, Ya Allah, dua bulan yang penuh dengan kejutan.

***

Biodata Penulis

Nama Pena penulis adalah: Atty Malula. Dapat dihubungi melalui facebook: Chilix’s Chilik’s

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ada Keajaiban di Sana

Allah SWT memberikan setiap individu kelebihan dan kekurangan yang berlainan satu sama lain. Yang membedakan tersebut adalah terletak pada kegigihan seseorang, niat, kemauan, serta hasrat yang menggebu disertai dengan sebuah motto: pantang menyerah.

Semula aku tak pernah mengira bahwa di kedalaman jiwaku ada sedikit talenta tersembunyi yang tidak pernah aku asah. Aku selalu bersandarkan pada ketidak-mampuanku menemukan ide untuk ditulis, padahal sejak bulan Maret 2009, aku telah mulai menggeluti sebuah bisnis on line. Dalam bisnis on line ini, aku diharuskan memiliki sebuah blog. Blog yang dengan sendirinya harus berisi posting-an. Tanpa posting-an, maka kepemilikan blog akan sia-sia belaka.

Aku tidak tahu bagaimana mencetuskan dengan manis dan teratur ide yang telah terkumpul dalam benakku. Aku tidak menemukan titik awal untuk mulai menulis. Aku bingung. Namun the show must go on. Kalau tidak mau menulis, close saja blog itu, begitu kata hatiku.

Pada awal aku mulai menulis, aku hanya mencurahkan apa yang sedang ada dalam pikiranku. Semua yang bergayut dalam benakku, kutorehkan di atas keyboard komputerku.  Setelah selesai aku simpan. Sengaja tidak aku publish di blog. Keesokan harinya baru aku baca dan aku tempatkan diriku sebagai orang lain. Di sanalah keajaiban itu kurasakan.

Aku bisa mengkritik tulisanku sendiri. Aku mampu mengeditnya sehingga susunan kalimatnya lebih tertata. Aku menjadi takjub sendiri. Ada keajaiban di sana. Keberanianku muncul untuk menulis lagi, lagi, dan lagi. Ada suatu keajaiban yang terasa olehku dalam menulis.

Ideku berkembang. Imajinasiku berjalan. Tanpa ragu aku mengirimkan tulisanku untuk berpartisipasi dalam ajang audisi menulis. Hasilnya? Aku keluar sebagai penulis cerpen terbaik. Keajaiban itu terus menyeruak ke dalam sanubariku. Aku jadi addicted untuk menulis dan mengikuti berbagai audisi menulis. Kenapa? Karena dengan begitu aku bisa tahu sampai di mana kualitas hasil tulisanku. Tanpa berkiprah, aku akan tetap terpuruk, terpasung, dan terbelenggu. Berkat percaya diri dan semangat yang menggebu, hingga September 2012 aku telah menghasilkan kurang lebih dua belas buku antologi. Alhamdulillah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Menulis itu Ajaib!

Oleh: Hanna Kristina

 

Dulu, saya memiliki perasaan yang tidak menyenangkan di hati saya, baik kecewa, kesal, marah, dan lain-lain. Tetapi saya lampiaskan emosi saya itu dengan menulis. Saya menulis sesuai dengan apa yang saya rasakan pada saat itu. Ya, layaknya menulis curahan hati saya, mirip seperti diary.

Lama-kelamaan, saya merasa menjadi orang yang bebas setelah menulis curahan hati saya sepuas-puasnya. Wow! Inilah keajaiban menulis! Setelah menulis curahan hati, saya berubah menjadi orang yang lebih baik, lebih dewasa, serta mampu belajar senantiasa berpikir dan bersikap positif. Dari menulis juga, saya bisa belajar menginstropeksi diri. Selain itu, mampu menghilangkan rasa stres. Luar biasa khasiatnya.

            Saya semakin cinta menulis. Karena bagi saya, kegiatan menulis itu sangat menyenangkan. Bayangkan, kita bisa bebas berekspresi melalui tulisan-tulisan yang kita buat sendiri. Sehingga tak heran, saya selalu meluangkan waktu untuk menulis, walaupun ternyata ada waktu sedikit yang tersedia, itu tidaklah menjadi masalah. Dengan kata lain, menulis adalah seorang teman yang setia bagi saya.

Di kala saya sedang emosi, menulis bisa membantu menenangkan emosi saya menjadi lebih baik. Juga menulis bisa menjadi teman di kala saya sedang tidak ada kegiatan atau sedang mengganggur. Itu jauh lebih baik daripada main games atau menonton TV dengan tayangan yang tidak mendidik.

            Lama-kelamaan juga, saya tertarik untuk belajar menulis artikel, cerita pendek (cerpen), dan lain-lain dengan baik. Dan puji Tuhan, tulisan saya berhasil dimuat di berbagai media. Padahal tadinya saya hanya iseng-iseng menulis dan kemudian memberanikan diri mengirimkan tulisannya ke media tertentu, baik ke buletin sekolah, buletin ke gereja, koran, dan lain-lain.

Dari hasil menulis ini, ternyata bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Nah, ini juga keajaiban menulis! Berkat menulis, selain menjadi pribadi yang lebih dewasa dan positif, juga ternyata mampu membiayai kebutuhan hidup kita.

Oleh karena itulah, saya mulai terus mengembangkan kemampuan saya dalam menulis, karena saya menyadari inilah potensi luar biasa yang ada dalam diri saya.

***

Biodata Penulis

 

Penulis bernama Hanna Kristina. Tinggal di Bandung. Bisa dihubungi melalui e-mail di hannakristinaz@gmail.com

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tulisanku adalah Ayah

Oleh: Dian Santika

Jemariku masih menari lincah di atas keyboard berwarna hitam milik pamanku. Sebuah event di akun facebook menjadwalkan esok adalah hari terakhir pengumpulan naskah cerpen bertema ayah. Satu jam berlalu, aku baru menyelesaikan sepertiga naskahku. Untuk menghilangkan jenuh, aku membuka file musik di komputer pamanku.

Kutemukan sebuah lagu berjudul ayah yang dinyanyikan oleh grup Peterpan. Aku putar lagu itu agar aku bisa lebih menghayati naskah yang kubuat. Sekali, dua kali, hingga pada putaran ketiga, aku tak kuasa menahan hujan yang turun di kedua mataku. Aku rindu ayah.

Aku menyandarkan tubuhku di tembok. Kusapu seluruh penjuru kamar dengan pandanganku. Di tempat ini, dulu ayah sering menceritakan dongeng kancil yang mencuri ketimun, di tempat ini pula ayah sering meninabobokanku dengan suaranya yang tak semerdu ibu. Tapi setelah ayah meninggal saat aku berusia empat tahun, aku merasa kesepian dan kedinginan.

Ah, fokus. Aku menyeka lelehan bening yang terurai di pipiku. Jika aku terus menangis, naskahku pasti terabaikan. Kumatikan suara Ariel yang menggema memenuhi kamar ini. Hampir dua jam jemariku tak menari selincah tadi. Write Block! Aku tak bisa meneruskan naskah yang kubuat, sedari tadi yang kulakukan hanya mengetik lalu menghapus, begitu seterusnya.

Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku, kubiarkan pikiranku tenang agar ide kembali datang. Hening. Lalu entah halusinasiku atau bukan, aku mendengar lagu ayah yang dinyanyikan oleh Peterpan itu menggema lagi di kamar ini. Aku mengangkat wajahku dan kutemukan kedua tanganku masih menutupi wajahku sedari tadi. Itu berarti bukan aku yang menghidupkan lagu itu, lalu siapa? Tak ada orang di rumah ini selain aku sendiri. Aneh.

Lagu itu berputar berulang-ulang tanpa berpindah pada lagu-lagu yang lain. Mulai kuketik lagi ide yang berangsur beterbangan di kepalaku tanpa memedulikan lagi pertanyaan siapa yang menghidupkan lagu itu. Empat jam berlalu, akhirnya selesai juga naskah yang kubuat. Lagu ayah masih berdendang menyayat kesunyian di tempat ini. Aku klik option stop dan kuakhiri nyanyian itu. Ayah memang selalu bisa aku andalkan, ayah selalu menjadi tempat sandaranku, dan aku tahu ayah ada di sini, di hatiku.

***

Semenjak ayah pergi, rumah ini menjadi sepi. Ah, mungkin bukan rumah ini yang sesungguhnya sepi, tapi hatiku. Aku mulai sering menuliskan semua yang aku rasa melalui sebuah cerpen atau sekadar puisi. Dengan menulis, aku tak pernah merasa kesepian. Dan ayahlah yang pertama kali mengajariku menulis. Tulisanku adalah ayah.

***

Biodata Penulis

Nama: Dian Santika. Nama Pena: Dian Santika. Alamat: Kp. Nyalindung RT/RW 02/03, Kec. Nyalindung, Desa. Nyalindung, Kab. Sukabumi. Jawa barat. Dapat dihubungi melalui FB: Dian Khayliza dan nomor handphone: 08977566070         

GENDAM NUSANTARA 919

Back to Top