Energi itu Mengalir
Oleh:
Maya Lupita
Manusia terlahir dengan
panca indra yang dianugerahkan Tuhan padanya.
Dengan serangkaian proses belajar, manusia dapat mengenali dunia. Dapat
menyimpan memori tentang hal-hal di luar tubuhnya. Juga dapat mengeluarkan apa pun yang ada dalam pikiran dan
perasaannya, mengekspresikannya!
Banyak cara yang
dapat dilakukan manusia untuk berekspresi.
Kadang cara itu efektif, namun tak jarang juga cara yang digunakan
justru membuat keadaan yang disfungsional. Maka mulailah menulis. Dan kau akan
memiliki energi untuk mengungkap apa pun yang ada di otakmu. Jangan biarkan
dirimu bungkam.
Energi itu akan mengalir. Seperti sambaran
listrik yang dengan cepat berpindah dari tempat satu ke tempat lainnya. Alami
begitu saja. Ketika jemari menari di atas keyboard,
di atas kertas, di mana saja. Semua tahu, secara fisik hubungan otak dan tangan
itu berjauhan. Dibatasi oleh bagian-bagian tubuh seperti kerangka kepala
beserta isinya, leher, dada, lengan atas, lengan bawah, dan barulah jari-jari
tangan. Namun semua orang juga tahu,
bahwa otak dan tangan memiliki kabel penghubung, yaitu saraf. Saraf akan
menghantarkan apa yang ingin kaulakukan dengan sangat cepat, bahkan lebih cepat
dari kecepatan cahaya.
Menulis sebenarnya
bukan hal rumit. Tak serumit menghitung persamaan linear dan aljabar, pelajaran sekolah dulu. Bahkan dengan
menulis, kau akan merasa senang dan ringan. Menemukan akses untuk membebaskan dirimu. Dan yang penting untuk kita ingat bahwa, energi tersebut hanyalah sebagian kecil dari
keajaiban yang diberikan Tuhan untuk kehidupan kita. Dan jangan pernah berhenti
untuk mengungkap lebih banyak keajaiban-keajaiban dari Tuhan.
Menulis: Mesin Waktu dan
Motivator Handal
Oleh: Khatarina Meldawati
Pasaribu
Menulis, hmmm... Aku ingat betul, mulai menulis sejak
kelas dua SMP. Sejak aku mengenal yang
namanya puisi,
aku sangat menyukai puisi. Kesukaanku
terhadap puisi berawal karena
aku tak suka menceritakan kisah kehidupanku kepada orang lain melalui kata-kata.
Ya, rasanya sulit sekali menggerakkan lidah untuk memulai berbicara tentang
hari-hariku.
Aku
sebagai manusia biasa tentunya juga tak bisa menyimpan perasaan bahagia ataupun
sedih hanya untukku sendiri. Sejak aku mengenal puisi, aku mengabadikan
kisah-kisah istimewaku ke dalam
tulisan berbentuk puisi. Sampai kini,
puisi yang kutulis masih ada dan sesekali kubaca. Senyuman, tawa, bahkan rasa sedih
kembali terputar jelas di ingatanku
dan mulai dipertontonkan saat aku membuka kisah yang kubingkai melalui puisi. Walaupun
ada beberapa puisi yang ketika kubaca, aku lupa apa maknanya. Wajar saja, waktu itu aku masih SMP, sehingga terkadang
penggunaan katanya berlebih-lebihan agar
terkesan lebih mendramatisir.
Setelah duduk di bangku SMA, aku mulai mendalami
dunia kepenulisan lewat ekstrakuriler
menulis, kemudian aku juga tergabung dalam pelatihan jurnalistik. Hingga
akhirnya karya pertamaku terbit di media cetak lokal. Karya inilah yang terus
menerus membuatku tak tidur nyenyak, menghantui, dan terus memaksaku
untuk menyulam untaian kata yang layak dibaca. Akhirnya aku mengaku kalah pada
karya yang terus menghantuiku ini dan mulai mengikuti kemauannya dengan rajin
menulis. Hingga akhirnya aku mengirimkan sebuah cerpen untuk dilombakan di
media cetak provinsi Jambi.
Kabar membahagiakannya, cerpenku
terpilih menjadi pemenang terbaik kategori lingkungan. Kemenangan ini juga
terus menerus memaksaku untuk memenangkan pertandingan yang lain. Inilah
keajaiban menulis yang aku rasakan. Melalui menulis, aku
dapat kembali ke masa lalu. Hal mustahil, tapi berhasil aku lakukan saat
membaca kembali tulisanku. Dengan membaca tulisanku, aku dapat melihat masa
lalu dengan jelas, mencium aromanya,
dan menyentuhnya. Di dalam
menulis juga aku merasakan ada motivasi yang terus memaksaku untuk sukses dalam
hidup.
***
Biodata Penulis
Nama:
Khatarina Meldawati Pasaribu. Nomor HP:
085664352566. Nama
FB: Khatarina Meldawati
Menjadi Manusia Baru melalui Tangkai
Pena
Oleh:
Melly Wati
Aku
tidak pernah bermimpi untuk punya banyak teman di seluruh Indonesia, tapi aku
pernah bermimpi untuk menjadi penulis yang karyaku dimuat di berbagai media. Sejak aku masuk dalam
sebuah grup penulis, aku
seperti menjadi manusia baru. Manusia dengan sejuta cerita, manusia dengan sejuta
impian dan motivasi, serta manusia
dengan sejuta teman di seluruh Indonesia.
Awal menulisku adalah dari media on line. Aku bergabung dalam grup
penulis di mana aku dipercaya sebagai koordinator kisah inspiratif. Ada rasa bangga
dalam diriku. Sejak itu banyak yang meng-addku
untuk jadi teman. Aku senang sekali. Walaupun
kami belum pernah bertemu,
tapi keakraban sudah menyelimuti pertemanan kami. Semakin banyak ilmu yang
kudapat dari hari ke hari. Aku benar-benar menjadi manusia baru yang terlahir
dari tangkai pena. Kreativitasku
juga bertambah, dari
yang sekadar
coba-coba,
lalu sekarang aku benar-benar ingin menekuni dunia penulis.
Sepertinya
impianku akan jadi kenyataan,
karena jalan sudah membentang di hadapanku. Pastilah banyak rintangan, tapi aku yakin Allah
akan menuntun jemariku untuk menulis yang indah dan bermanfaat. Aku pun bisa
belajar berdakwah melalui tulisanku. Sungguh keajaiban yang luar biasa untuk
menjadi manusia baru dengan sejuta impian melalui tangkai pena.