-->

TIPS BELAJAR MENULIS UNTUK ANAK, REMAJA DAN DEWASA

| 1:58 PM |


Sebuah Perpisahan

 

Oleh: Andalusiana Cordoba

 

            Menulis adalah impianku sejak lama yang beku dalam pelukan catatan harianku. Mimpi yang menghiasi deretan pertama baris harapan-harapan dan mimpi-mimpi saat detik akhir malam, di awal tahun usiaku baruku. Ia menjadi impian yang membuatku hampir putus asa untuk mengejarnya, yang hanya tertulis dalam proposalku untuk Tuhan, yang aku ajukan untuk kesekian kalinya. Hampir putus asa aku meraihnya, karena aku tak tahu cara mendapatkan perhatiannya.

            Hingga episode perpisahan itu terjadi. Berpisah dengan seseorang yang pernah menghiasi hari-hari seindah pelangi, membuat suasana hati kian terpuruk, tertimbun takdir yang tak berpihak. Seolah ia mencibir, mempermainkan aku dengan segala kisah dukaku. Aku yang mengiba, mengharap setitik bahagia menyapa dengan senyum ceria. Tapi apalah daya, aku tak kuasa melawan kehendak takdir. Biarlah kucoba berdamai dengannya.

Kucoba untuk bangkit. Aku tak mau kalah oleh waktu yang akan menghanguskan masaku tanpa belas kasih, waktu yang akan merenggut banyak peluang kesuksesanku, peluang meraih mimpi dan harapanku. Aku tak ingin kalah untuk yang kesekian kalinya. Ingin kutaklukkan waktu, agar ia tak menebas urat leherku. Akan kutuliskan sebuah karya, puluhan karya, ratusan, ribuan, bahkan jutaan karya yang akan terukir namaku sebagai penciptanya.

Biar kubuktikan pada semua. Kegagalan bukanlah alasan untuk tetap dalam keterpurukan. Perpisahan dengan seseorang yang pernah mendapat posisi yang istimewa di hati, adalah titik awal pertemuan dengan seseorang yang akan senantiasa ada menemani, menggapai mimpi yang telah lama terpatri.

Kini, telah kutanggalkan segala kisah suram. Telah kudamaikan takdirku, kususuri lorong waktu, mencari secercah kedamaian dalam dunia tulisan. Bersama-sama berpacu, bergandengan tangan, saling mendukung, dan berbagi kekuatan. Dalam tulisan, aku bisa luapkan semua masalah, semua kesedihan, semua impian dalam bait-bait karya, dalam paragraf-paragraf harapan, demi meraih masa depan yang gemilang.

“Maka; lakukanlah sesuatu yang layak untuk ditulis, atau tulislah sesuatu yang layak untuk dibaca. Agar banyak orang yang mengambil manfaat darimu, dan kamu akan menjadi barisan orang-orang yang terbaik. Karena sebaik-baik kamu adalah yang lebih bermanfaat bagi manusia lainnya.”

***

Biodata Penulis

 

Andalusiana Cordoba adalah nama pena dari Marfuatus Zulvia Wilujeng yang tinggal di Kabupaten Trenggalek. Dapat dihubungi di nomor: 085735259179 atau lewat e-mail: andalusianacordoba@yahoo.com

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Urip Iku Mung Mampir Ngombe

Oleh: Tomy M Saragih

Bagi sebagian orang, menulis merupakan siksa batin tersendiri, karena menulis dianalogikan sebagai karya-karya yang bermakna. Memang betul seharusnya demikian. Namun bagi saya sendiri, menulis adalah suatu karunia dari Tuhan yang harus dikuliti hingga biji-bijinya. Biar pun pada mulanya saya kerap kali mengalami penolakan oleh berbagai media cetak terkait isi tulisan yang menurut mereka tidak berbobot, hal itu tidak menyebabkan saya menjadi putus asa.

Saya tetap memiliki kobaran semangat, entah bagaimana caranya tulisan saya dapat dimuat dalam media cetak. Karena bagi penulis pemula seperti saya, melihat hasil pemikiran dimuat dalam media cetak adalah pencapaian besar. Tulisan-tulisan kita dapat dibaca oleh banyak orang dan tentu saja kita menjadi lebih dikenal.

Sejujurnya, pada saat tulisan pertama dimuat salah satu surat kabar di Surabaya, hati saya merasa sombong, karena penantian selama berbulan-bulan menghasilkan buah yang nikmat. Di titik tertentu, saya menjadi terlena dan larut dalam kesenangan sesaat. Hingga kejadian matinya burung tekukur milik saya. Dari peristiwa itu, saya menyadari bahwa kita di bumi ini urip iku mung mampir ngombe, adagium kebijaksanaan khas Jawa, yaitu hidup itu sekadar singgah untuk minum, benar-benar menjadikan saya untuk segera berubah.

Dengan semangat yang tersisa, akhirnya saya berusaha membuang prestasi awal mula tulisan dimuat. Saya mencambuk diri sendiri agar tetap mampu bersemangat menghasilkan karya tulis lainnya dalam bentuk opini yang lebih berbobot. Setelah beberapa waktu yang lama, saya menyajikan tulisan yang kekinian (mengikuti arus informasi yang sedang terjadi) dan inilah hadiah kedua dalam hidup yakni dimuatnya lagi tulisan tersebut dalam media cetak.

Dari inilah rasanya jalan menulis bagi saya terbuka lebar. Setidaknya dalam satu bulan, saya wajib mengirimkan minimal dua tulisan ke dalam media cetak berbeda. Semakin hari, menulis menjadi lebih mudah dan yang terpenting kita wajib selalu rendah hati serta lebih giat untuk belajar. Itulah iota keajaiban menulis dalam hidup saya.

***

Biodata Penulis

Tomy M Saragih, seorang penggemar film. Ia bertempat tinggal di a_los_tesalonicenses@yahoo.com dan www.jii-ces.biz. Terima kasih Bapak Afsoh.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lima menit

Oleh: Fuatuttaqwiyah El-Adiba

               Ketika itu menjelang morning circle, agenda wajib guru, kepala sekolah, dan direktur untuk bertemu untuk membicarakan program dan kegiatan. Sengaja aku datang lebih awal. Tak lupa membawa notes kecil dan pulpen. Tak lama penaku pun menari. Terciptalah puisi indah bertema guru. Ide begitu cepat menyapa hingga tulisan itu pun jadi bermakna. Jujur, aku bukan ahli menulis puisi, tapi sedang belajar tentang hal itu. Bukan hal mudah, karena terbiasa menulis kisah inspiratif.

            Menulis puisi membuatku harus membaca banyak buku terutama buku-buku puisi. Namun sejak serius belajar, aku menemukan keasyikan tersendiri. Tidak seperti cerpen yang harus memikirkan alur, tokoh, ataupun setting. Membuat puisi cukup duduk manis lima sampai sepuluh menit selesai.

            Aku pun melatih diksiku dengan mencari sinonim atau antonim dari sebuah kata. Sesekali membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia, terutama untuk kata-kata baru hasil serapan dari kosa kata asing. Seperti pagi ini dengan waktu yang hanya lima menit, aku bisa menyelesaikan sebuah puisi. Sebuah prestasi yang patut kusyukuri. Tentu dengan berlatih lebih giat lagi.

            Dulu aku sempat hopeless bila ikut lomba puisi. Ujungnya pasti kalah. Tapi sekarang tidak. Sejak sering membaca dan karyaku menang dalam salah satu event menulis puisi, hasratku pun menggebu. One day, aku pasti punya buku kumpulan puisi. Amin.

Sigli, 10 Oktober 2012

Biodata Penulis

Fuatuttaqwiyah El-Adiba adalah nama pena sekaligus nama FB dari Fuatuttaqwiyah. Beralamat di Jalan Tengiri 6 No. 114 Kel. Karawaci Baru, Kec. Karawaci, Kota Tangerang, Banten-15116. Prestasinya Juara II Lomba Menulis Cerpen Guru Se-Aceh 2012, Juara I Lomba Menulis Surat Cinta Last Moment 2012. E-mail: taqwiyah@yahoo.co.id



Dukun Surat Cinta

Oleh: Wita Rosmalia

Waktu itu aku masih SMP, dan aku sangat suka menulis dan membuat puisi. Lalu, teman-temanku yang mengetahui hal itu, memanfaatkan keahlianku untuk mengarangkan puisi dan membuat surat cinta pada orang yang mereka suka. Awalnya aku menolak, karena rasanya kerjaan seperti itu sungguh 'kurang kerjaan'. Aku berpikir dan berkata pada mereka, "Ngomong langsung aja, apa susahnya?" Tapi sebagian besar dari mereka, menggelengkan kepala dan tetap kukuh menyuruhku membuatkan surat atau puisi tersebut, bahkan di antaranya memberiku upah. Dari situlah aku memulai bisnisku sebagai 'dukun surat cinta'.

Hari berlalu dan orderan semakin banyak. Namaku pun semakin terkenal di kalangan anak-anak di sekolah. Pada suatu ketika, aku mendapat deadline sembilan lembar surat dalam sehari harus jadi! Wow! Dan kerjaan itu membuatku harus lembur sampai malam, hingga aku mengantuk dan aku tak sadar kalau ada tulisanku yang salah ketik.

Esok harinya, seluruh pengorder datang dan memberiku upah. Tak lupa kuucapkan pada mereka, “Dicek dulu dalemnya!

Ada seorang teman lelakiku yang mengabaikan pesan tersebut. Singkat cerita, lusanya ketika istirahat dia marah padaku karena gadis yang dikiriminya surat tak kunjung membalas surat tersebut. Malah ketika pulang sekolah, gadis itu mendatangiku dan tertawa, katanya aku ini lesbian. What? Lalu dia menyerahkan sebuah amplop padaku, lalu kubaca suratnya. Oh my God! Ini surat buatanku, tapi kenapa di tertandanya ada namaku, ya? Perasaan nggak begini deh! Batinku kebingungan.

Tiba-tiba aku teringat teman yang marah padaku sewaktu istirahat tadi. Pasti harusnya nama dia ada di sini, gumamku. Lalu kujelaskan duduk perkaranya pada gadis tersebut. Awalnya dia sempat kaget, namun dia bisa memaklumi hal tersebut.

Esoknya harinya, temanku yang kemarin sempat marah kepadaku, mendatangi kelasku dan menjabat tanganku berkali-kali sambil berterima kasih dan memberi 'salam tempel' padaku.

"Lho? Apa-apaan ini?" tanyaku bingung. Dia pun bercerita kalau dia baru saja jadian tadi pagi.

Hmm..., begitu ya? Aku turut senang deh,” tambahku.

Aku bersyukur masalah kemarin cepat selesai, dan yang penting, aku dapat uang tambahan hari itu! Kalau ingat masa-masa itu, aku merasa bak miliarder, he-he.

Tak berapa lama kemudian, bisnis itu kututup, karena aku harus konsentrasi  pada try out dan UN yang sudah di depan mata. Itu tadi segelintir keajaiban dalam dunia kepenulisanku. Sebenarnya ada banyak, tapi menurutku, inilah yang paling menarik, karena aku dapat mengasah kemampuanku sambil menghasilkan uang.

***

Biodata Penulis

Wita Rosmalia, nama pena dari seorang siswa kelas XI RSMABI di Kota Semarang yang menggeluti kegiatan jurnalistik, kepenulisan, dan fotografi. Kontak dia di twitter: @OFFICIALWITA, e-mail: witaunyuu@gmail.com, atau kunjungi website-nya di http://witaciril.co.cc/ untuk berkenalan lebih lanjut.

GENDAM NUSANTARA 919

Back to Top