Di siang hari hari yang cerah meskipun dengan udara yang panas handphone ku berbunyi “kriinng kriingg...” bunyi pertanda ada pesan masuk, tak berapa lama aku membuka pesan tersebut ternyata itu pesan dari pipit yang sebelumnya aku belum mengenal no handphone tersebut.
yaa berawal dari itulah perkenalanku dengan
pipit yang masih terekam di memoriku.
Namaku cici, kini aku adalah mahasiswa di salah
satu universitas negeri di kota semarang, aku baru memasuki semester 2, aku
mengikuti berbagai unit kegiatan mahasiswa kegiatan tersebut yang dapat membuat
aku mempunyai banyak teman termasuk dari angkatan sebelumnya. Kata temanku aku
adalah orang yang supel , ramah, mudah bergaul dan murah senyum itu menurut
teman-temanku. Nahh pipit adalah teman sejurusan ku yang lama kelamaan kami
mulai dekat dan menjalin sebuah hubungan spesial.
Di taman pinggiran yang elok pemandangannya,
pipit mengajak ku duduk di taman.
“Cici, aku pengen ngomong sesuatu ke kamu.”
Ucap pipit
“jadi kamu jauh-jauh ngajak aku kesini Cuma mau
ngomong sesuatu? Kenapa nggak dikampus aja tadi?” sahutku.
“sepertinya dikampus bukan tempaat yang tepat
untuk aku ngomong hal seperti ini?”
“yaudah mau ngomong apa aku dengerin?”
pipit mengungkapkan persaannya kepada ku
setelah sekian lama kedekatan kami.
“ci, sepertinya aku suka sama kamu, kamu mau
nggak jadi pacar aku?”
aku pun menjawab
“ha? Aku nggak salah denger?”
“serius, aku suka sama kamu? Kamu mau kan jadi
pacar ku?” pipit berkata sambil memegang tangan ku
“emmm gimana yaaa … kayaknya aku nggak bias deh
pit.”
Sontak pipit pun kaget mendengar jawabanku yang
berkata seperti itu
“beneran nggak bias?” kata pipit meyakinkan
jawaban yang dia dengar
“iya, nggak bias maaf yaa.” Sekali lagi aku
menjawab
Seketika wajah pipit menunduk dan paras
wajahnya berubah jadi sedih
Kemudian aku pun berkata,
“iya aku nggak bisa nolak ajakanmu pipit.”
Seketika itu juga wajah pipit melihat ke arah
wajahku yang tersenyum jahil.
“bener kamu nggak bohong?” Tanya pipit lagi
memastukan
“iya, masa aku bohong sih.”
“makasih ya ci udah mau nerima aku jadi pacar
kamu.”
“iya sama-sama pipit.”
Kami berduapun tersenyum malu.
“udah sore nih, pulang yuk.” Ajakku kepada
pipit
“yaudah yuk, kasihan kamu capek tadi habis
kuliah kan.” Kemudian kami langsung pulang
Dan
akhirnya sejak saat itu kami menjalin sebuah hubungan, yahh pacaran itu nama
lain yang sering di pakai anak-anak muda jaman sekarang.
Aku tinggal di asrama yang sudah di sediakan
kampus dengan berbagai fasilitas yang cukup baik, di asrama tersebut bias di
katakana nyaman dengan tempat yang layak dan teman-teman yang dekat dengan aku.
Sedangkan pipit tingal di kost cowok. Kampus ku hanya menyediakan asrama khusus
untuk perempuan karena menurut perbincangan dari kampus seorang perempuan agar
tidak salah dalam pergaulan sebaiknya di asrama kan terlebih dahulu selama 1 tahun,
maka dari itulah kami mahsiswa baru harus asrama terlebih dahulu 1 tahun.
Pipit adalah orang yang sangat baik, tampan,
berkulit putih dan setia kawan, rajin sholat calon imam yang baik sekali. Dia
adalah orang yang pendiam tidak banyak kata di setiap harinya yang dia
keluarkan dari bibirnya tersebut, kecuali dengan teman satu kamarnya yaitu
bernama didi. Sifat pipit sangat berbeda sekali denganku yang suka bicara
kesana kemari tak tahu arah, tapi sifat pipit yang kata orang bias melengkapi
perbedaan kami. Menurut teman-teman ku kami adalah pasangan yang serasi,
dilihat dari berbagai sudut mungkin aku merasa biasa saja tapi mungkin karena
kedekatan kami yang selalu bersama di saat berangkat dan pulang kuliah yang
bisa di katakan romantis itu yang membuat teman-teman ku iri akan hubungan
kami.
Hubungan kami berjalan baik selama 3 bulan
sampai pada akhirnya aku mengetahui bahwa pipit mempunyai mantan kekasih yang
sekarang kuliah di salah satu universutas kedokteran di bandung. Pikir ku hebat
sekali pipit punya mantan pacar yang sekarang kuliah di jurusan kedokteran di
bandung, sampai pada akhirnya aku yang unya sifat ingin tahu alias kepo
bertanya sama pipit,
“kamu kok bias punya mantan di bandung?”
“iya dulu dia temen SMA ku, sekarang kuliah di
bandung.”
Aku masih pengen banyak Tanya,
“ohhh, jadi itu mantan waktu SMA?”
“enggak sih, putusnya waktu kuliah semester 1
kalo nggak salah.”
Aku malah jadi heran “la terus? Kenapa putus?”
Tanpa heran pipit selalu menjawab pertanyyank
“dulu itu ceritanya kami LDR, dia kuliah di
bandung dan aku di semarang awalnya sih baik-baik aja tapi setelah sekian lama
mungkin dia jenuh karena LDR jadi dia minta putus.”
Aku langsung kaget mendengar cerita dari pipit
“semudah itu dia minta putus sama kamu?”
“iya, mau gimana lagi? Dulu sih sering banget
SMS tapi yaa lama kelamaan jadi jarang SMS, bales SMS juga Cuma dikit-dikit.”
“terus alasan dia buat mutusin kamu apa?”
“dia bilangnya sih pengen focus kuliah gitu.”
“terus kamu percaya aja gitu?”
“dia pengennya kayak gitu, aku mesti gimana?
Yaudah aku turutin aja maunya dia.”
“kasihan banget yaa kamu.”
“padahal dulu setiap pulang dari bandung aku
pasti jemput dia dari jarak rumahku sampe stasiun kereta itu hamper satu jam
perjalanan dan aku nggak pernah ngeluh akan semua itu.”
“kamu hebat banget yaa.”
Aku masih terheran-heran sama cerita dari pipit
tadi
“terus sekarang kabar mantan kamu gimana? Masih
sering SMS?”
“kadang sih, terakhir dia SMS katanya nyesel
banget udah mutusin aku.”
“maksutnya dia nyesel setelah tahu kamu udah punya
pacar lagi?”
“ya mungkin kayak gitu.”
dalam hati aku rasanya pengen tahu secantik apa sih mantan pipit sampe bisa
kayak gitu,
“tapi sekarang kamu masih suka sama mantan kamu?” tanyaku belum
berhenti
“ ya enggak dong sayang, masa iya aku masih suka sama mantan aku
kan sekarang udah ada kamu yang selalu nemenin aku.”
Kata pipit menenangkan ku
“tapi aku penasaran pengen tahu kayak apa mantan mu itu.”
Kemudian pipit berkata “buka aja facebook ku, nanti disana pasti
ada.”
Sepulang dari aku bertemu pipit, aku langsung
buka facebook dan melihat mantan pipit rasanya perempuan itu biasa aja, ya
memang cantik aku akui pintar mungkin yaa karena kuliahnya aja di kedokteran di
bandung di bandingkan denganku yang hanya kuliah di semarang. Namanya lala, ya
mantan dari pipit itu bernama lala dia cantik, tinggi berkulit sawo matang dan
yang jelas lala masih suka dengan pipit yang sekarang sudah pacaran denganku,
mungkin nama lainnya Cinta Lama Bersemi Kembali.
Liburan semester pun tiba memasuki semester 3
dari perkuliahan ku, aku dan pipit untuk sementara waktu tidak bertemu karena
kami pulang ke kampong masing-masing. Suatu ketika pipit bilang bahwa dia sama
teman-temannya sedang pergi jalan-jalan ke salah satu tempat wisata sebut saja
“Dieng”. Karena aku tahu pipit orang yang jujur maka aku percaya saja dengan
apa yang dia katakana, setelah beberapa hari aku melihat facebook, setelah aku
melihat beranda ada postingan foto yang menandai pipit dengan mantannya, dan
setelah itu aku tahu bahwa kemarin pipit pergi bersama teman-temannya ke Dieng
bersama mantannya yang bernama lala, dan yang paling aku bikin kesel adalah
foto itu kelihatan banget lala lagi gandeng tangan pipit meskipun dia juga
gandeng temennya tapi sama aja dia gandeng tangan pipit deket banget yang
jelas-jelas pipit udah punya pacar yaitu aku. Pada saat itu lah aku merasa
bahwa pipit udah bohong sama aku dan pada saat itu juga aku langsung bertanya
sama pipit.
“itu maksud foto di facebook apaan?” isi SMS
yang aku kirim ke pipit.
“foto yang mana si say?”
“yang mana? Coba lihat facebook mu!” kataku
masih geram
“yaudah habis ini aku lihat sayang.”
Beberapa lama aku menunggu balesan SMS dari
pipit
“itu foto waktu aku pergi sama temen-temenku ke
Dieng sayang.”
“la itu foto apaan? Kenapa mantan kamu mesti
gandeng-gandeng segala? Kamu juga nggak bilang kalo kamu pergi sama mantan kamu
kan!” aku mulai marah di SMS
“aku juga nggak tau kalo ternyata mantan aku
itu ikut say, aku juga nggak tau kenapa dia gandeng aku waktu kita foto-foto.”
“terus kamu mau aja di gandeng kayak gitu!”
“la gimana? Orang dia yang gandeng bukan aku
lagian aku juga nggak ngapa-ngapain sama dia.”
“jangan-jangan kamu juga boncengan sama dia?”
aku masih pengen marah
“nggak sayang, aku nggak boncengan sama dia aku
sendirian dia boncengan sama temen ku, awalnya sih dia mau bonceng aku tapi aku
nggak mau terus dia bonceng temenku.”
“tuhh kan mantan kamu jelas masih suka banget
sama kamu!”
“iya tapi aku udah nggak suka sama dia sayang.”
Kata pipit masih membela diri
“yang jelas kamu udah bohongin aku!”
“bohong yang mana?”
“kamu masih nanya bohong yang mana? Kamu
katanya pergi sama teman-teman kamu tapi ternyata kamu juga pergi sama mantan
kamu!”
“aku kan udah bilang aku nggak tau kalo dia
juga ikut ke Dieng say.”
“udah lah aku kecewa sama kamu, kamu nggak bisa
di percaya.”
“yaudah aku minta maaf ya sayang.”
Aku malas membalas SMS terakhir dari pipit
“aku janji nggak akan ngulangin itu lagi
sayang.” Isi SMS pipit lagi
Aku masih membiarkan Handphone ku tergeletak,
mulai saat itu lah ada rasa malas ketika bertemu maupun menerima SMS dari
pipit.
Sampai pada akhirnya libur semester selesai dan
kami mulai masuk kuliah lagi, pada saat itu aku masih meras kesal dengan pipit
dengan tragedi postingan foto yang menjengkelkan dunia hidup ku itu.
Pernah suatu ketika pipit mengajak ku makan
diluar dengan malas dan rasa kasihan aku hanya mengiyakan ajakan pipit itu,
seperti biasa pipit menjemputku lalu kami pergi ke suatu tempat makan,
“kamu kenapa kok diem?” Tanya pipit
“nggak papa kok cuma lagi males ngomong
mungkin.”
“ohh yaudah itu makannya di makan dong.”
“iyaa habis ini aku makan kok.”
Sifat yang seperti itu udah berjalan kurang
lebih satu minggu dan aku mulai jenuh dengan hubungan yang hampir 4 bulan aku
jalanin sama pipit, pipit bukan orang yang humoris yang bisa mencairkan suasana
disaat aku lagi mulai bête, jenuh atau malas dia nggak bisa ngebuat aku
tersenyum atau setidaknya membuat hal-hal yang bikin aku ketawa, sempat
terlintas aku berpikir untuk mengakhiri hubunganku dengan pipit sampai aku
curhat dengan sahabat ku bernama Riri.
“Ri, aku udah bosen deh sama pipit.”
“la kenapa? Bukannya pipit itu baik banget?
Kalian juga udah cocok kok kelihatan romantis.” Kata riri meyakinkan ku
“iya tapi kan kamu tahu sendiri, kejadian yang
kemarin aku berantem gara-gara mantannya aku masih nggak bisa terima dengan
semua itu, terus sifat pipit yang nggak bisa di ajak humor itu aku nggak suka
banget ri, aku itu pengennya cowok yang humoris yang bisa ngebuat tertawa, bisa
nuntun aku ngasih tau biar jadi wanita soleh gitu.”
“emang pipit nggak pernah kayak gitu yaa?”
“nggak pernah lah, kalo nggak aku yang ngomong
pasti dia diem ngomong aja seperlunya kalo nggak gitu yang di omongin pasti
basi banget nggak bisa buat lucu-lucuan.”
“iya aku ngerti apa yang kamu pengenin.”
“terus gimana dong ri?”
“pipit itu baik banget loh, masa iya kamu mau
mutusin dia?”
“la terus mau gimana lagi? Aku udah bosen,
lagian aku juga nggak yakin kalo dia bisa jadi imam yang cocok buat aku.”
“yaudah putusin aja kalo kamu nggak suka, tapi
kamu mau pakai alasan apa buat mutusin dia?”
“la itu yang lagi aku pikirin ri.”
Setelah itu aku berpikir mencari cara bagaimana
caranya untuk memutuskan hubungan ku dengan pipit yang aku rasa berjalan
monoton.
Dan saat itu ada postingan foto di facebook
yang menandai aku dan pipit tapi yang memposting adalah teman pipit, aku heran
sekaligus kaget kenapa ada teman pipit yang punya fotoku berdua sama pipit,
langsung aja kau Tanya sama pipit.
“ini siapa kok bisa punya fotoku sama kamu?”
“ohh itu temenku say,”
“la kok punya fotoku sama kamu? Apa temenmu ini
juga suka sama kamu?” celetuk ku nggak berhenti.
“enggak sayang itu kemarin handphone ku
dibenerin sama mas nya aku nggak tau kalo dia ambil foto itu di hape ku.”
“la kamu kok diem aja dia buka-buka foto mu,
seharusnya dia ngehargai privasi orang dong!” aku mulai geram dan memulai topic
kemarahan ku.
“aku juga nggak tau say kenapa dia ambil foto
itu, aku juga nggak tau kenapa dia posting foto itu say.”
“seharusnya kamu marah dong sama temenmu nggak
usah buka-buka privasi orang, itu kan foto aku seenaknya aja di share ke
facebok tanpa ijin yang punya.”
“iya nanti aku bilang ke temen ku itu deh biar
di hapus fotonya.”
“udah lah, aku capek berantem mulu.”
“kok gitu sih ngomongnya.” Pipit bicara dengan
nada halus
“pit, kayanya hubungan kita sampai sini aja
deh, aku nggak suka sama kelakuan temen-temen kamu itu, aku juga pengen fokus
kuliah dulu nggak mau pacaran dulu.”
“kenapa kayak gitu?” Tanya pipit dengan wajah
yang mulai sedih.
“ya iya, aku nggak suka dengan mantan kamu
dengan sifat temen-temen kamu yang seenaknya kayak gitu lagi pula mantan kamu
masih suka kan sama kamu.”
“tapi aku udah nggak suka sama mantan aku.”
Kata pipit membela diri masih berusaha menolak keputusanku
“tapi aku nggak bisa pit meneruskan hubungan ini,
aku udah capek.”
“yaudah kalo itu mau kamu, aku masih sayang
sama kamu ci.”
“maafin aku pit, kamu orang yang baik mungkin
mantan kamu lebih baik dari pada aku.”
Aku bergegas meninggalkan pipit yang masih
tertegun menundukkan kepalanya, sedangkan aku berlari meninggalkan pipit dengan
air mata yang menetes perlahan.
Maafkan aku pipit, aku nggak bisa maksain hati
aku buat suka sama kamu, aku memang suka sama kamu tapi perasaan ini nggak bisa
bertahan lama, semenjak itu aku selalu mendengar kabar pipit bahwa dia sedih
setelah putusnya aku dengan dia, aku mencoba tidak peduli dengan kabar itu tapi
apa daya aku tidak mekasakan persaanku untuk terus menyukainya, cinta tidak
hanya berasal dari rasa kasihan, tidak dengan rasa iba, cinta tidak membutuhkan
alasan mengapa aku mencintainya, semoga ada orang yang benar tulus mencintaimu,
semoga kamu mendapat pengganti yang lebih baik dari aku pipit
Biodata Penulis
Nama : Rahma Noor Alifah
TTL : Kudus, 30 Oktober 1993
Alamat : Jl. Kudus-Purwodadi KM 13 RT 03
RW 01
NIM : 1401411052
No.Hp : 085727456967
FB : Rahma Ama SLalu Biintang
Tulisan Terbit dalam Antologi Buku : Goresan Pena Melukis Rasa
terbit di Afsoh Publisher 2013
Peserta Workshop Menulis dan Menerbitkan Buku untuk Mahasiswa PGSD Unnes
Isi Buku
* Hati Kardus Untuk Omen
* Kasih Tak Pudar
* Keabadian Cinta Tuk Selamanya
* Jarak
* Lorong Impian si Kecil Clara
* Ceritaku Ceritamu
* CInta Tidak Harus dipaksa
* Kupilih Jalan Terbaik
* Malam ini ...