Untuk kesekian kalinya ina mendapat kabar tentang agenda besok, dan setiap menerimanya ia hanya bisa tersenyum seiring dengan terurainya kisah masa lalu. Cerita indah yang menyenangkan dan juga terdapat kisah dimana ina sempat tersesat dimanakah jalan yang seharusnya ia tuju. Sudah banyak kisah yang menggantikan masa itu dan sudah terlalu jauh untuk disesali, dan yang harus ina lakukan saat ini adalah bersyukur atas jalan yang berhasil ia lalui sekarang.
~ ~ ~ ~
Sepanjang
koridor sekolah ina hanya bisa mendengar langkah kaki dan detak jantungnya yang
cepat. Senyum terlihat jelas diwajah manis ina, menyiratkan kebahagiaan yang tiada
tara sampai setiap teman yang menyapa hanya mendapat balasan senyum tanpa arti
begitulah ina jika perasaannya sedang berada diatas awan.
“ indah,,aku mau ke jakarta!” seru ina begitu sampai di kelas
sambil memberikan pelukan erat pada sahabatnya.
“ maksut kamu apa sih? Aduh, nggak bisa nafas ini,” tanya indah
sambil berusaha melepaskan pelukan ina.
“ indah sayang,, rencanaku sama ayang tian bisa jadi perfect, kamu
tau kenapa? Karena sensei sudah bersedia untuk membantuku supaya bisa kuliah
bahasa jepang di jakarta. Jadi aku sama ayang tian bisa bareng terus nantinya,
pasti seru!” jelas ina dengan wajah yang sumringah.
“ wah,,selamat ya, tapi yakin mau ke jakarta? Emang orang tua kamu
bakal setuju?” tanya indah dengan ragu.
Pertanyaan indah sempat membuat senyum ina memudar sejenak, tapi
kemudian “ emm, masalah itu dipikir entar aja deh yang penting sekarang sensei
sudah mau membantu jadi lahkahku untuk bersama dengan ayang tian dapat
terwujud. Hehehe.” Jawab ina dengan nada
dan senyum khasnya.
“ tian,tian,tian,,,emang nggak ada yang lain ya di otak kamu?”
tanya indah dengan nada sindiran.
“ yaelah say, nggak usah cemburu gitu deh, kamu tetap ada dihatiku
kok.” Jawab ina dengan jurus centilnya.
“ hiih jadi mrinding nih,,huss sana cara tianmu tersayang, kamu
belum kasih tau dia kan?” ucap indah memastikan dengan cara mengusirnya.
“ o iya, aku sampai lupa belum kasih tau dia. Thanks ya say
udah ngingetin, kalau gitu aku cari ayang tian dulu yak,” ucap ina sambil
melambaikan tangan dan beranjak dari tempat duduknya.
Indah hanya
mengiringi kepergian sahabatnya dengan senyum dan gelengan kepala. “ dasar,
untung kamu sahabat aku, kalau enggak udah tak masukin museum. Jadi orang kok
tingkahnya aneh banget.” Gumamnya sambil kembali pada novel yang sempat ia
tinggalkan karena kehadiran ina. Indah memang sangat menyukai novel dan
koleksinya tidaklah sedikit. Bahkan indah berencana untuk memilki rumah baca
sendiri. Tidak heran jika dia terpilih sebagai ketua redaksi majalah sekolah.
Hobinya membaca membuatnya pintar dalam hal tulis menulis.
Di sisi lain ina berhasil menemukan sang pujaan hati di lapangan
basket bersama dengan timnya. Ina menunjukkan senyum manisnya begitu tian
melambaikan tangan kepadanya.
“ hei tumben jam segini kesini say,” sapa tian begitu sampai
dihadapan ina.
“ soalnya aku punya kabar gembira say, jadi aku cari kamu deh,”
jawab ina dengan bersemangat.
“ kabar gembira apa sih sampai kamu kelihatan seneng banget, eh
duduk situ yuk,” tanya tian sambil mengajak ina duduk di bangku dekat lapangan.
Setelah duduk,
ina menceritakan tentang kesediaan sensei yudit dalam membantunya untuk
mendapatkan universitas yang sempat ia cita-citakan dan tentang rencana mereka
untuk bersama-sama kuliah di jakarta. Ina bercerita dengan semangat dan tian
tidak kalah semangat dalam merencanakan kebersamaan yang telah mereka idamkan.
Keduanya begitu asyik sampai tidak menyadari waktu istirahat mereka habiskan di
pinggir lapangan tersebut. Banyak teman mengatakan bahwa mereka adalah pasangan
yang serasi, si cewek manis dan pintar bersosialisasi sedangkan si cowok pemain
basket keren dan bertampang manis pula. Awalnya banyak yang mengira tian adalah
pacar dari seorang anggota cherleaders bernama mega, dia cantik dan sering
terlihat mendekati tian. Tapi semua akhirnya tahu bahwa tian jatuh hati pada
seorang gadis manis yang bahkan tidak mengikuti suatu organisasi apapun tapi
terkenal karna kebaikan serta sikapnya yang ceria dan mudah bergaul, gadis itu
adalah ina. Disisi lain ina juga terkenal tidak hanya dikalangan teman cewek
tetapi dia cukup populer juga untuk kalangan anak cowok, banyak yang berusaha
mendekati ina dan berakhir pada hubungan sebatas teman. Walaupun tian dan ina
sama-sama banyak penggemar keduanya tidak pernah menjadi pasangan yang sombong
karena popularitas, karena memang tidak ada yang perlu disombongkan.
Kembali kepada
masalah rencana mereka untuk kuliah bersama di jakarta, ina berkeinginan untuk
segera memberitahukan keputusan itu kepada kedua orang tuanya sedangkan tian
yang sudah mendapat izin dari orang tuanya hanya bisa berharap agar semua
rencana yang telah mereka susun dapat berjalan dengan baik. Semua ada di tangan
ina dan orang tuanya, apakah mereka dapat bersama atau tidak.
~ ~ ~ ~
Siang itu ina
merasa sangat lelah begitu sampai di rumah dia langsung tertidur tanpa sempat
mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Ina terbangun karena hari sudah sore dan
menemukan kedua orang tuanya yang sudah pulang dari pekerjaan masing-masing.
Ayah ina adalah seorang kepala sekolah disebuah sekolah dasar sedangkan ibu ina
cukup sibuk dengan pekerjaannya sebagai penjahit. Awalnya ibu ina hanyalah
seorang ibu runah tangga yang tidak mempunyai kesibukan kemudian ditawari oleh
temannya untuk ikut bekerja sambilan disebuah butik sebagai penjahit. Sudah
menjadi kebiasaan dirumah ina untuk melaksanakan sholat berjama’ah jadi sebisa
mungkin sore hari setelah semua pekerjaan selesai orang tua ina akan segera
pulang dan menjalankan kewajiban mereka bersama.
“ bu, aku kan sudah kelas tiga dan tidak lama lagi ujian,,,” kata
ina sambil membantu ibunya memasak untuk makan malam.
“ iya ibu tau, terus kenapa? Kan memang seharusnya begitu,” tanya
ibu keheranan.
“ gini lo bu, ina pengen nentuin sendiri dimana ina akan kuliah
nanti.” Jawab ina
“ boleh kan bu?” tanya ina memastikan. Ibu hanya tersenyum
mendengar pertanyaan ina, dia sadar bahwa anaknya tersebut sudah mulai beranjak
dewasa dan mempunyai jalan pikirannya sendiri.
“ kok ibu malah senyum-senyum gitu sih, boleh ya bu, kan nantinya
aku yang kuliah walaupun dengan biaya dari ayah dan ibu.” Kata ina melihat
reaksi ibunya yang hanya tersenyum lembut.
“ ina, kalau masalah biaya itu memang sudah kewajiban kami sebagai
orang tua kamu untuk menjamin pendidikan kamu sayang, tapi kalau masalah dimana
dan apa yang cocok untuk kuliahmu nanti, bukankah lebih baik kita rundingkan
bersama? Nanti siapa tau ayah tidak setuju dengan pilihan kamu atau malah ibu
yang tidak setuju.” Jawab ibu dengan selembut mungkin.
Hal inilah yang
membuat ina sering mati gaya kalau berbicara serius dengan ibunya. Ina tidak
pernah berani membantah perkataan orang tuanya karena takut kualat dan dosa,
walaupun ina tergolong anak yang keras kepala tapi ia tidak pernah mau jadi
anak durhaka, jadi untuk saat ini ina memilih mengalah dan menuruti saran
ibunya untuk merundingkan bersama kemanakah ia akan melangkah setelah lulus sma
nanti. Walaupun dalam hatinya dia ingin sekali berkata bahwa ia telah memilih
jalannya sendiri dan berharap orang tuanya untuk segera menyetujui rencananya.
“ pada ngobrolin apa sih sampai ayah nggak diajak,” ucap ayah ina
yang muncul secara tiba-tiba dibelakang ina.
“ ayah, untung ina nggak jantungan kenapa nongol tiba-tiba sih,,?”
protes ina sambil mengelus dadanya sedangkan ibu yang sudah tau kedatangan
suaminya hanya tertawa kecil melihat reaksi ina.
“ justru karna ayah tau kamu nggak punya penyakit jantung makanya
ayah nongol tiba-tiba, tadi ngobrol tentang apa?” ayah bertanya sambil menuju
kursi diruang makan.
“ ini si ina, katanya pengen milih sendiri mau daftar universitas
dimana, mungkin takut dimasukin pesantren yah,” jawab ibu sambil menyindir ina.
Dulu setelah lulus smp ina pernah ditawari untuk masuk pesantren dan hasilnya
ina menagis dan tidak mau keluar kamar seharian penuh karena merasa diasingkan
karena harus pisah dengan kedua orang tuanya.
“ hi-ih, ibu sukanya nyindir sekarang kan nggak mungkin masuk
pesantren, kan aku udah mau lulus sma,” ucap ina dengan gaya centilnya.
“ lho,,lulus sma kan masih bisa diterima, belajar agama itu tidak
mengenal umur,” sambung ayah, “ memangnya kamu sudah punya pilihan mau daftar
kemana?” tanya ayah kemudian.
“ pokoknya ina nggak mau masuk pesantren. Pake jilbab aja nggak
mahir mau masuk pesantren, nggak mau.” Sahut ina dengan tegas. “Iya yah, aku
udah punya incaran, jadi jangan harap ina mau masuk pesantren.” jawab ina
sambil duduk bersebelahan dengan ayahnya. Ibu mengikuti ina dan kini mereka
bertiga sudah berkumpul diruang makan.
“ berundingnya nanti lagi aja, sekarang kita makan malam dulu aja
yuk,” kata ibu mengajak ina dan ayah. Ina dan ayah meniyakan dengan mengangguk
secara bersamaan. Selama makan tidak ada percakapan hanya terdengar dengan
samar-samar suara dentingan sendok yang menghantam piring, untuk sesaat ina
menahan diri untuk tidak terburu-buru menyampaikan keinginannya kepada ayah.
Yang ada dipikirannya sekarang, bagaimana supaya ayah mau menyetujui rencananya
untuk kuliah di jakarta.
~ ~ ~ ~
Pagi-pagi sekali
indah sudah berangkat ke sekolah, dia sengaja berangkat lebih awal supaya tidak
harus menunggu ayahnya untuk mengantar seperti biasanya. Sekolah kali ini
dilalui ina tanpa semangat, yang terlihat justru wajah yang selalu murung dan
membuat indah sebagai teman sebangkun ya penasaran.
“ na, kamu kenapa? Kok kelihatan lesu gitu,” tanya indah setelah
bel istirahat berbunyi. Bukannya mendapat jawaban, indah justru mendapat pelukan
dari sahabatnya dan kaget dengan sikap ina itu.
“ aku semalam udah ngomong sama ayah dan ibu ndah, tapi,,hiks hiks”
belum sempat ina menyelesaikan kalimatnya ia justru terisak perlahan dalam
pelukan indah.
Sebagai teman
sebangku dan sahabatnya indah tau bahwa ina sedang ada masalah tentang
rencananya untuk kuliah dijakarta, “mungkin ayah ina tidak menyetujui” tebaknya
dalam hati. Indah tidak memaksa ina untuk meneruskan ceritanya, yang indah
lakukan hanya membalas pelukan ina dan menepuknya dengan perlahan. Setelah ina
berhenti menangis barulah ia bertanya lagi “ gimana, udah mendingan?” dan
dijawab dengan anggukan kepala ina. Ina menhela nafas kemudian mulia
menceritakan kejadian semalam yang membuatnya lesu untuk berangkat sekolah hari
ini. Sesuai dengan tebakan indah bahwa orang tua ina terutama ayahnya menolak
rencana ina untuk melanjutkan kuliah di ibukota jakarta. indah sudah paham
betul dengan keluarga ina termasuk bagaimana sikap orang tua ina. Ayah ina
adalah tipe orang yang sayang pada keluarga tapi sangat tegas dalam mendidik
anaknya, makanya ina menjadi anak yang patuh dan indahpun merasa kagum dengan
ayah ina. Indah pernah beberapa kali menginap dirumah ina dan merasa nyaman
karena perlakuan keluarga ina yang menganggap indah sebagai keluarga sendiri
dan indahpun menggap bahwa orang tua ina adalah orang tuanya juga. Untuk saat ini yang dapat indah lakukan hanya
sebagai pendengar dan penenang hati ina, karena ia juga tidak tau harus berbuat
dan berkata apa, takutnya justru akan memperburuk masalah yang sudah ada. Jam
istirahat sudah selesai dan mulailah mereka dengan pelajaran yang lain hari
ini. Walaupun muka ina masih terlihat kusut tapi sekarang sudah menunjukkan
semangat untuk mengikuti pelajaran dengan baik. Ina tidak mau masalah ini menhambatnya
untuk menghadapi ujian yang sebentar lagi menyusul, walaupun dalam hatinya
masih merasakan sakit karena rencana yang sudah ia bangun dengan tian akan
hancur berantakan. Setelah hari itu ina mulai berusaha untuk melupakan masalah
kuliah, ia mulai mencurahkan pikirannya pada ujian.
Hari berganti
bulan semua murid kelas tiga sma mulai serius dalam mengikuti les dan segala
macam buku pelajaran yang tadinya mereka acuhkan karena ujian segera menyusul.
Begitu juga dengan ina, indah, dan tian. Bahkan ina mulai melupakan tentang
kemanakah ia akan melanjutkan impiannya, yang ada hanya belajar untuk
mendapatkan ijazah dengan nilai yang memuaskan. Hingga akhirnya ujian berlalu
dan hasilpun diketahui bahwa ina dan teman-teman berhasil lulus. Ina sudah
memutuskan untuk mengikuti kata hati kecilnya, bersama dengan harapan ina
akhirnya pergi memilih universitas yang disarankan oleh orang tuanya, walaupun
dengan resiko berpisah dengan tian. Indah juga telah memilih jurusan sesuai
dengan cita-citanya, tian yang kabarnya pindah bersama seluruh keluarganya ke
jakarta memilih untuk kuliah bidang olahraga.
Semua yang kita
lakukan di dunia ini akan menjadi berarti ketika kita berhasil membuat orang
lain dan diri sendiri bahagia, begitulah kata ayah sebelum ina berangkat meninggalkan
tenpat kelahirannya.
~ ~ ~ ~
Ina bergegas memberesi mejanya, entah kenapa perasaannya saat ini
senang dan merasa berdebar-debar. Saat hendak meninggalkan ruangnya terdengar
ketukan pintu.
“ sensei, boleh saya masuk?” terdengar suara ragu-ragu dari luar.
“ hai. Tentu saya,”
Begitu dibuka munculah seorang gadis kecil dengan paras putih dan
mata sipitnya berjalan mendekati ina dengan perlahan setelah membungkuk
memberikan salam.
“ ayo duduk, ada masalah apa sayang?” tanya ina dengan lembut.
“ sensei, aku mau minta tolong, tapi,,,” jawab anak itu tanpa
menyelesaikan kalimatnya.
“ tapi kenapa? Kalau sensei bisa pasti sensei bantu, ada apa yuki?”
tanya ina dengan sabar.
“yuki mau, sensei datang kerumah yuki besok malam, karena yuki
ulang tahun dan sensei harus datang.” Jawab yuki dengan tegas. Ina tersenyum
dan menerima undangan mungil yang diberikan anak itu. “siap!” ucap ina dengan
memberikan hormat kepada gadis yang duduk didepannya dan membuat gadis itu
tertawa dengan riang.
“ sekarang, kamu pulang dulu ya, itu kasihan yang jemput nunggu
kelamaan, sensei pasti datang ke ulang tahun yuki,”
“ baiklah, sensei janji ya,” ucap yuki sambil memberikan pelukan
kecil pada ian dan meninggalkan ruangan dengan wajah gembira.
Ina ingat dulu anak itu sangat pendiam dan selalu menyendiri
dikelas. Kemudian ina berusaha untuk mendekatinya dengan perlahan dan sekarang
ia mulai bisa beradaptasi di kelas walaupun dengan pangucapan kata yang kurang
jelas. Yuki adalah salah satu murid ina yang baru beberapa bulan pindah dari
jepang karena mengikuti orang tuanya yang mempunyai bisnis di indonesia. Yuki
menganggap ina sebagai ibunya sendiri walaupun ia tetap menghormatinya sebagai
guru, ina selalu bisa membuat yuki tersenyum dan ina selalu penuh dengan kasih
sayang ketika bersama dengan anak-anak dikelasnya. Walaupun tidak jarang ina
membuat takut yuki dan teman sekelasnya merasa takut karena kedisiplinan dan
tidak mentolerir anak yang berbuat kesalahan disekolah.
Sekarang ina sudah
paham dengan apa maksud dari pesan ayah dulu sebelum ia akhirnya berangkat
menimba ilmu yang lebih tinggi. Ina yang akhirnya memilih meneruskan perjuangan
ayahnya dalam memberikan pendidikan bagi para calon penerus generasi bangsa
merasa bangga dan senang, karena ia telah menjadi orang yang berguna. Sebelum
berangkat menemui teman-teman masa lalunya ina menyempatkan diri untuk melihat
foto dirinya dan kedua orang tua yang tersenyum bangga dihari kelulusan sma dan
foto saat ina wisuda.
Selesai.
Biodata Penulis
Nama : Rochmatul Ngumri
Tempat/tgl lahir: Magelang, 20 Januari 1993,
Alamat : Parakan, Bumiayu,
Kajoran, Magelang
Motto : berjuang untuk selalu
memberikan yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain.
Email : riedolphin32@yahoo.com
Fb: https://www.facebook.com/rie.granger
Tulisan Terbit dalam Antologi Buku : Goresan Pena Melukis Rasa
terbit di Afsoh Publisher 2013
Peserta Workshop Menulis dan Menerbitkan Buku untuk Mahasiswa PGSD Unnes
Isi Buku
* Hati Kardus Untuk Omen
* Kasih Tak Pudar
* Keabadian Cinta Tuk Selamanya
* Jarak
* Lorong Impian si Kecil Clara
* Ceritaku Ceritamu
* CInta Tidak Harus dipaksa
* Kupilih Jalan Terbaik
* Malam ini ...