Ditulis Oleh Elinda Rizkasari (Mahasiswi Unnes)
Panas terik menyengat ubun-ubun Sandra, siang itu terasa panas dan gerah. Keringat mengucur dari pelipis kiri dan kanannya, ia melangkah membeli dua gelas jus jeruk di sekitar lapangan sebagai pelepas dahaga, kemudian ia berjalan ke arah pria gagah, tampan dan berlesung pipit. Ia berikan segelas jus jeruk pada pria itu, Geo namanya. Geo adalah pacar Sandra, mareka resmi jadian lima minggu yang lalu, setelah kelulusan SMA.
Belakangan ini hampir setiap hari Sandra menemaninya lari di lapangan hijau. Setelah kelulusan SMA, Geo ingin menjadi polisi dan berniat mendaftarkan diri menjadi taruna Akademi Kepolisian impiannya sejak kecil. Jauh-jauh hari Geo harus mempersiapkan fisik dan mentalnya. Meskipun tes dilaksanakan masih tiga bulan lagi, Geo tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk selalu berlatih mempersiapkan diri. Setiap hari mereka selalu disibukkan dengan persiapan Geo menjadi taruna Akademi Kepolisian, Geo sangat bersemangat dalam menjalani proses berlatih.
Setelah Sandra diterima di universitas pilihannya melalui jalur undangan yang pengumumannya jauh lebih awal dibandingkan tes masuk AKPOL Geo, Sandra mengisi hari-harinya untuk menemani Geo berlatih sembari menunggu masuk kuliah perdana yang masih lama sekitar empat bulan lagi.
Setiap pagi Sandra selalu menemaninya jogging di taman, siangnya lari lagi di lapangan, kemudian setiap sore berenang di kolam renang yang letaknya tidak jauh dari rumah Sandra. Senang rasanya bisa menemani pacar yang amat ia sayangi, Sandra selalu memberinya semangat di saat Geo mulai lelah dan letih dengan rutinitas berlatihnya. Saat-saat seperti itu terasa sangat berkesan untuk mereka berdua. Terkadang rasa lelah kerap menghampiri Sandra karena seharian dihabiskan hanya untuk menemani Geo, tetapi rasa lelahnya seketika luntur kala melihat Geo yang bercucuran keringat tersenyum manis pada Sandra dan mengucapkan terimakasih dengan tulus padanya, ahh ... hatinya serasa tenang dan nyaman sekali ... terlebih saat Geo berada disampingnya. Sandra ingin selalu menemani kekasihnya dalam suka maupun duka, ia juga ingin melihat Geo sukses, bisa memakai seragam taruna di hadapannya kelak. Sandra sangat berharap Geo adalah jodoh yang dikirimkan Tuhan untuknya, sehingga kelak mereka bisa membangun rumah tangga bersama, menjadi sepasang suami istri, memiliki anak-anak yang lucu dan membanggakan, serta menjadi keluarga kecil yang bahagia selamanya.
***
Weekend tiba, setelah menjalani rutinitas berlatih yang sangat menguras tenaga, saatnya mereka refreshing dan istirahat, jalan-jalan ke mall, piknik, ke pantai, dan tempat hiburan lainnya. Sabtu pagi ini Sandra dan Geo pergi ke salon untuk perawatan kulit, bukan bermaksud centil atau apa namun sebagai calon taruna, Geo dituntut untuk selalu tampil perfect, bersih dan rapi. Tidak boleh ada jerawat satupun. Ini adalah momen yang paling Sandra suka, memanjakan diri ke salon bersamanya.
***
Terkadang Sandra merasa minder dan takut jika keluarganya tahu mengenai hubungannya dengan Geo, pasalnya orang tua Geo adalah orang terpandang. Ayahnya adalah seorang Jenderal berpangkat Letnan di Kapolda pusat, sedangkan ayah Sandra hanyalah pegawai biasa yang hidup sederhana. Namun, ia bangga dengan keluarganya yang sederhana itu, ia merasa utuh mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Berbeda dengan Geo yang selalu kesepian jika di rumah karena orangtuanya yang selalu sibuk setiap hari, jarang sekali di rumah, kini hanya Sandra satu-satunya tempat curhat, menemaninya saat Geo kesepian dan hanya Sandra seorang yang selalu setia mendampingi Geo setiap hari.
***
Tak jarang Geo sering mampir ke rumah Sandra, ia bersahabat dan akrab dengan keluarganya. Kedua orangtunya sayang sekali dengan Geo, terlebih ibunya, beliau selalu membuatkan masakan kesukaanya. Ayah dan ibu memperlakukan Geo ibarat menantunya sendiri. Mereka menyetujui hubungan mereka, bukan karena Geo anak orang kaya melainkan Geo merupakan anak yang memiliki kepribadian baik, tanggung jawab dan sopan. Meski dia anak orang kaya namun ia tidak seperti kebanyakan orang kaya lainnya yang sombong dan manja, itulah yang membuat Sandra kagum dan salut padanya. Ayah dan ibunya memberi kepercayaan pada Geo untuk menjaga Sandra. Tidak sembarang pria yang dapat menaklukkan hati ayahnya, bukan bermaksud apa-apa, itu persyaratan yang diberikan pada ayahnya, jika ingin berpacaran maka lebih baik dikenalkan terlebih dahulu dengan ayahnya, maklum Sandra adalah putri tunggal ayah, wajar saja bila ayah dan ibunya sangat protektif padanya.
Paras yang cantik, tutur kata yang sopan serta tingkah laku Sandra yang lemah lembut membuat banyak laki-laki yang mendekatinya sebelumnya. Namun, setiap kali Sandra mengenalkannya pada ayah, mereka selalu kapok datang ke rumahnya lagi. Itu berarti ayahnya kurang menyukainya, sangat berbeda sikap ayahnya dengan Geo sekarang ini.
***
Tak terasa tiga bulan sudah berlalu, pendaftaran Secaba POLRI sudah dibuka. Geo mengajak Sandra ke Semarang untuk melakukan pendaftaran. Setelah mendaftar, tes dilaksanakan secara bertahap, dan prosesnya pun panjang. Pertama Geo harus tes administrasi, setelah lolos kemudian tes kesehatan. Beberapa hari kemudian, Sandra menemani Geo menuju Rumah Sakit Bhayangkara untuk melakukan tes kesehatan. Di situ Geo di-chek-up oleh dokter ahli yang biasa mengecek kesehatan calon taruna dan taruni.
***
Geo lolos tes kesehatan, senang rasanya dua tahap tes telah terlampaui dengan hasil yang tidak sia-sia. Tetapi masih ada empat tahap tes lagi yang harus Geo jalani. Tes berikutnya adalah tes jasmani atau biasanya disebut tes fisik. Seminggu sebelum tes fisik Sandra bak suster yang sedang merawat pasiennya, ia selalu memberikan susu dan vitamin agar Geo selalu fit serta bugar. Tes fisik dilaksanakan di kampus pusat Semarang, Geo mengajak Sandra dan dengan senang hati Sandra menemaninya.
***
“Yes!!!” teriak Geo saat melihat pengumuman tes fisik, Geo lolos tes fisik. Tes berikutnya lebih mudah dibandingkan tes fisik. Tiga tes telah Geo lakukan dengan baik, hanya menunggu pengumuman inti dari keseluruhan tes. Sandra sangat optimis Geo dapat diterima di AKPOL.
***
Hati berdebar ketika hari dimana pengumuman final tes telah dibuka, Geo ke rumah Sandra dan mengajaknya bersama untuk melihat hasil pengumuman tesnya di website. Ayah dan ibunya tidak mau kehilangan moment mendebarkan itu. Mereka berempat berkumpul di rung tamu dan memantangi laptop Geo.
“Yes ... aku diterima!!!” teriak Geo girang.
“Alhamdulillah ...” ucap ayah dan ibu Sandra.
Kemudian Sandra reflek sujud syukur, dan sangat terharu. Akhirnya perjuangan Geo tidak sia-sia, ia dapat masuk AKPOL murni dari hasil kerja kerasnya sendiri. Kemudian gerakan reflek Geo tunjukkan pada Sandra, ia memeluknya sangat erat, sampai ia merasa sesak. “Geo, aku tidak bisa bernafas,” Sandra berkata lirih. “Oh iya, Sayang, maaf maaf aku terlalu senang soalnya, hehehe,” jawab Geo yang mulai melepaskan dekapannya. Mereka berempat larut dalam kegembiraan karena Geo dinyatakan diterima di AKPOL impiannya.
***
Masuk AKPOL dengan jalur tes murni merupakan suatu kebanggaan tersendiri untuk Geo, apalagi ayahnya. Ini merupakan langkah awal untuk membahagiakan ayahnya. Walaupun ayah dan ibunya sibuk dan kurang memberikan waktu untuk Geo, ia tetap berbakti dan bersikap baik pada ayah ibunya. Sandra teramat salut dengan Geo.
***
Empat bulan telah berlalu, Sandra mulai memasuki kuliah perdana. Siang itu merupakan moment terberat, Sandra berpamitan dengan ayah ibunya dan juga Geo pacar yang amat ia cintai. Sandra harus pergi melanjutkan belajarnya ke Bandung. Berat sekali rasanya setelah hampir setiap hari selama empat bulan Sandra selalu bersama Geo. Air matanya tak kunjung berhenti, ketika ia mulai memasuki ruang sterilisasi Bandara Adi Sumarmo dan mengucapkan kata-kata perpisahan untuk beberapa waktu ke depan. Sandra dan Geo harus meneruskan kehidupan mereka sendiri-sendiri, sampai tiba saatnya nanti mereka dapat mewujudkan cita-cita dan bertemu dalam keadaan yang jauh lebih baik dari hari ini.
***
Mulai hari ini Sandra merasa berat karena jauh dari orangtuanya, apalagi jauh dari Geo. Mereka harus menjalani LDR (long distance relationship) atau biasa disebut pacaran jarak jauh. Baru sehari berpisah dengan Geo rasanya ia sudah kangen sekali, hampir tiap beberapa jam Sandra menelfonnya.
“Halo, selamat siang, bisa bicara dengan Panglima Jenderal Geo Sumiwa?” Sandra mencoba menggoda Geo dengan menyamarkan suara lembutnya lewat telfon.
“Iya, di sini Jenderal Geo, ada yang bisa dibantu?” balas Geo.
“Hahaha ... kamu tau aja kalau ini aku.”
Mereka berdua serasa kembali, meski jarak yang berjauhan mereka tetap bisa saling berkomunikasi setiap hari.
Keadaan berubah ketika Geo sudah mulai memasuki masa pendidikan, Geo di asrama dan dilarang keras membawa handphone. Mereka mulai sulit berkomunikasi, jangankan tiap hari, satu bulan pun belum tentu bisa. Keadaan saat berbanding terbalik, rasanya seperti ada pencucian otak dan ingatan, Geo banyak berubah. Ia mulai melupakan Sandra. Sampai tiba satu tahun mereka tanpa bertemu, dan Sandra hanya memantaunya dari facebook kekasihnya itu, Sandra selalu rajin mengirim pesan di facebook-nya tiap hari tanpa jeda, ia menceritakan kejadian-kejadian tiap hari di situ dan sayangnya tak ada satupun balasan. Sampai akhirnya Sandra menemukan komunitas wanita-wanita yang memiliki pacar taruna. Di situ mereka saling berbagi cerita suka duka dan Sandra mulai merasa ada yang aneh, mereka masih sering dihubungi setidaknya sebulan sekali, sedangkan Sandra selama satu tahun berlalu sama sekali tidak mendapat kabar darinya. Sandra semakin khawatir, lalu ia meminta nomor pacar temannya yang bisa dihubungi agar Sandra bisa berbicara langsung dengan Geo. Tak banyak yang Geo katakan, ia hanya bilang satu minggu lagi akan pulang dan meminta Sandra untuk menjemputnya. Sandra masih tetap berusaha berpikiran positif, mungkin itu adalah gaya dia yang terbentuk selama pendidikan. Geo pasti hanya ingin bersikap profesional dan ingin membuatku bangga sehingga ia memperlihatkan padaku bahwa dia memang benar-benar layak jadi polisi. Ya.. begitu pikir Sandra yang mencoba menenangkan diri.
Satu minggu berlalu tak sabar ingin bertemu akhirnya Geo datang juga, Sandra berdandan sangat cantik dan menjemputnya di bandara. Bahagia haru bercampur menjadi satu tatkala ia dihampiri oleh seorang pria tampan, gagah dan mengenakan seragam kebangsaan taruna yang membanggakan. Sungguh tak ada yang membahagiakan selain bisa bertemu dengan Geo, pacarnya saat itu. Rasanya Sandra ingin memukulnya karena tega sekali dia selama satu tahun tidak menghubunginya.
Pertemuan sebagai awal mereka bernostalgia ternyata berakhir nestapa, Geo berubah. Sandra pikir Geo hanya akting dan berpura-pura di depannya tetapi ia baru sadar bahwa dia benar-benar sudah berubah, bukan Geo yang ia kenal. Apa maksudnya dia bersikap dingin pada Sandra? Apa salahnya? Geo menatap mata Sandra perlahan dan terdiam.
“Hey ... kamu kenapa? Kamu tidak kangen sama aku?” tanya Sandra pada Geo.
Geo tidak menjawab, dia hanya minta maaf dan meminta status hubungan pacaran mereka berakhir, dan meminta Sandra agar tidak mengharapkan Geo lagi. “Sungguh tidak lucu jika kamu bercanda Geo,” tanya Sandra pada nya. Tetapi rupanya Geo tidak bercanda, ia menunjukkan cincin yang melingkar di jari manisnya. Dia sudah bertunangan dengan wanita lain. Sandra shock, sangat tidak percaya.
Air mata tak terbendung, badan Sandra serasa lemas tak berdaya. Ia mulai tersungkur di lantai dengan tatapan kosong seperti orang depresi. Geo mencoba perlahan mulai menjelaskan, Geo mengakui kesalahannya karena sudah menyakiti hati Sandra. Ia melakukan itu semua karena ia dipaksa oleh ayahnya untuk bertunangan dengan gadis anak rekan ayahnya yang notabenenya adalah sahabat ayahnya sejak ia berjuang di bidang militer. Ayahnya seperti berhutang budi dan sudah berjanji sejak Geo masih kecil mereka berjanji akan menjodohkan anaknya. Geo adalah anak yang sangat berbakti dan tidak berani menentang setiap keinginan ayahnya. Sandra tak bisa berkata apa-apa.
“Harusnya dari dulu aku tau diri siapa aku dan siapa keluargaku. Bodohnya aku seorang gadis biasa tetapi memimpikan seorang pangeran sepertimu yang sangat luar biasa,” gumam Sandra lirih dalam linangan air mata. Geo tak tega melihat keadaan Sandra, ia kemudian membopongnya mengantarkan Sandra pulang, dan hari itu adalah hari terakhir mereka bertemu karena dalam perjalanan setelah mengantar Sandra pulang, Geo mengalami kecelakaan dan meninggal dunia.
Beberapa minggu berlalu dan Sandra masih depresi dengan kejadian itu. Sandra sempat diopname selama satu minggu di rumah sakit. Sandra seperti kehilangan separuh jiwanya, tak ada semangat lagi untuk hidup. Rasa-rasanya ia lebih baik mati saja jika harus menanggung kesakitan itu. Sandra mulai putus asa. Tubuhnya semakin kurus karena ia kehilangan nafsu makan, keluarganya mulai mencemaskannya, sahabat-sahabatnya juga tak hentinya memberikan motivasi padanya, namun ia tetap seperti itu, lemah, pemurung dan cengeng. Serasa masih tertancap pecahan gelas yang setia melukai hatinya. Belum ada obat yang bisa menyembuhkannya sampai sekarang. Sandra tak tahu lagi harus bagaimana agar kesedihannya berujung. Hanya satu pintanya agar ia bisa hilang ingatan. Dengan hilang ingatan mungkin ia bisa memulai hidup yang baru. Begitu pikiran keputusasaannya. Sandra belum bisa mengikhlaskan Geo pergi meski ke pangkuan Illahi sekalipun.
“Ya Tuhan ... maafkan aku, maaf karena selama ini aku belum bisa menerima kenyataan yang Kau berikan untukku ... Maafkan aku Tuhan. Terima kasih Tuhan, dengan cobaan yang Engkau berikan ini membuatku sadar bahwa sesungguhnya tak boleh kita mencintai makhluk-Mu melebihi kecintaan kepada-Mu, teramat sakit ya Tuhan.”
Tiap hari Sandra sujud memohon kepada Tuhan, dan seiring dengan berjalannya waktu, Sandra mulai sadar dan bangkit dari kesedihannya, melanjutkan kehidupan baru dengan lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Sandra akhirnya menemukan obat dari segala obat yakni Tuhan.
TULISAN INI TERBIT DI BUKU ANTOLOGI MAAF
TERBIT 2013 @ AFSOH PUBLISHER
Tulisan Lainnya :
Maaf, Aku mencintaimu dalam Bisuku