Oleh: Hyukvie
Pacar satu sudah
biasa bagaimana jika dua? Pacar saying sudah biasa, bagaimana jika dia kasar?
Pacar pemerhati itu sudah biasa, bagaimana kalau sering cuek? Mungkin akan ada
yang menjawab semua pertanyaan itu biasa saja dan mungkin ada juga yang bilang
putusin aja tuh pacarnya dan cari lagi, dalam cerita ini akan mencangkup semua
pertanyaan itu. Kisah ini sendiri dialami oleh sahabatku yaitu Rika.
Rika
memiliki seorang pacar bernama Joni. Mereka sudah pecaran hamper 5 tahun, Rika
sendiri juga sudah dekat dengan keluarga Joni. Namun yang aku herankan adalah
sifat Joni, dia kasar. Joni kalau memanggil Rika boro-boro dengan kata sayang,
nggak, dia memanggil Rika selalu dengan panggilan kasar.
Namun
hubungan cinta Rika juga membingungkan sih, soalnya dia tidak hanya memiliki
satu kisah cinta, dia memiliki kisah cinta yang bermacam-macam untuk setiap
teman dekatnya. Rika memiliki banyak teman cowok yang super dekat dengan dia,
yang terkadang membuat Rika bingung menambatkan hatinya. Selain itu, aku juga
pernah mendengarkan kisah cinta Rika sewaktu SMA dari Rika sendiri. Dari
ceritanya dia pernah memiliki mantan-mantan yang beragam jenis, ada yang baik
dan juga ada yang protektif padanya. Dan yang paling lama dia pacaran adalah
dengan si Joni ini, aku sendiri sebagai sahabatnya bingung kenapa Rika bisa
betah sekali pacaran dengan Joni yang notabennya dia adalah orang yang kasar.
Yang
paling aku bingungkan dari hubungan cintanya dengan Joni adalah Rika menurut
sekali apa yang dikatakan oleh Joni, bahkan jika Joni meminta Rika kerumahnya
yang terbilang lumayan jauh Rika mau-mau saja, padahal nantinya dia belum tentu
diantarkan pulang oleh Joni yang berujung harus membolos kuliah. Aku dan Indah
sering menasihati Rika, yah tapi bagaimana lagi, kami juga tidak pernah
merasakan pacaran so kami tidak bisa memberikan nasihat yang banyak, dan
nasihat-nasihat itu juga percuma, karena kata Rika rasa cinta tidak dapat
dikalahkan oleh apapun. Serius?
Suatu
ketika, aku pernah bertanya pada Rika tentang keadaan hubungannya dengan Joni.
“Hai
Rika, bagaimana hubunganmu dengan Joni?” kataku saat bertemu Rika.
“Kami
sudah putus.” Jawab Rika dengan tenang.
“Putus?
Kok bisa? Serius?” tanyaku tidak percaya.
“iya,
dah dari dua hari yang lalu. Ya putus saja nggak ada alasannya.” Jawab Rika.
“Alhamdulillah,
cari lagi yang lebih baik. Hehehe. Bercanda, sabar ya.”
Saat
Rika bilang dia putus, ya jelas aku percaya kan yang menjalani hubungan mereka.
Akan tetapi anehnya dia masih saja telpon-telponan dengan Joni bahkan ketemuan.
Sebagai teman kosnya aku jadi bingung sendiri dengannya, bener nggak itu
kta-katanya.
“Rika,
katanya putus, kok masih ketemuan?” tanyaku memastikan.
“nggak
tahu bingung juga hehehe.” Jawab Rika dengan santai.
“nah
lo.”
“eh..
eh bentar ini gebetanku yang baru nelpon.” Kata Rika sambil berjalan keluar
kamar.”
“gebetan
baru?” tanyaku dan nurul bebarengan.
Selesai
telpon Rikapun masuk kekamar. Aku langsung bertanya padanya, “gebetan baru? Siapa
lagi?”
“Memey
udah tau kok.” Jawab Rika.
“kan
memey, kita kan belum tahu kakak.” Rayuku pada Rika
“namanya
Bio, dia anak Jogja.” Jawab Rika.
“Owhh,
wah semoga ini lebih baik ya disbanding yang dulu.” Kataku.
Belum
selesai kami mengobrol tiba-tiba handphone Rika kembali berbunyi. Ternyata itu
dari Joni, aku dan Indah bingung sebenarnya mereka putus tidak sih, lalu
bagaimana dengan si Bionya.
“Masih
sama Joni to kak?” tanya Indah pada Rika.
“hehehe,
nggak tahu nich.” Jawab Rika dengan santai.
“loh
la bionya udah tau tentang Joni?” tanyaku menyambung.
“Udah
donk, kan kita ketemu saat ada acara dirumah Joni.”
Rika
menceritakan awal pertama bertemunya ia dengan Bio. Kami hanya bisa tertawa,
soalnya jika cerita itu ditulis mungkin akan lucu plus aneh juga. Hubungan yang
aneh dan status yang cukup remang-remang. Dari saat itulah Rika seperti
memiliki dua kekasih, yang memang sebenarnya hanya satu yaitu Bio. Namun karena
Joni dan Rika belum mau saling melepaskan, ya akhirnya begitu dech dua cinta terbagi
dalam satu hati.
****
Kami pergi jalan-jalan ke semarang, ini biasa
kami lakukan setiap malam ju’mat untuk melepas kepenakan dalam pikiran setelah
melalui hari-hari yang dipenuhi oleh tugas-tugas kuliah yang bejibun. Meskipun
esok hari masih ada kuliah, namun kami hanya dapat meluangkan waktu jalan
bersama pada hari itu sebelum dipisahkan dengan pulang kampung (pulkam).
Saat kami
jalan-jalan, tiba-tiba Rika mengajak kami kesebuah toko. Ternyata dia mau
membeli sebuah tempat kado, dia memilih tempat kado yang berwarna pink,
pokoknya lucu banget tempatnya.
“Buat siapa
kak?” tanyaku penasaran.
“Buat Bio.”
Jawab Rika nonsense.
“What! Bio?
Nggak salah?” tanyaku dan Indah dengan kagetnya.
“hehehe, iya,
dia memang suka pink.”
“Waduh… pacarmu
yang ini juga aneh ya, seorang pinky boy ternyata.” Kataku.
Siapa yang
mengira kalau ternyata pacar Rika yang baru ini adalah seorang pinkyboy, dan
hobynya juga cukup unik **(tidak disebutkan). Kata Rika sendiri Bio adalah anak
yang cukup lembut untuk ukuran cowok karena dia terdidik oleh orang tuanya
sejak kecil sebagai pribadi yang lembut, selain itu juga karena dia anak
laki-laki sendiri dari diantara kakak-kakaknya yang perempuan semua.
“Rik, kamu
mbeliin Bio kado sampai segininya. Sama Joni ndak sama?” tanyaku.
“hehehe, nggak.
Biasanya biasa ajha.” Jawab rika sambil cengingisan.
“Waduh, kasian
amat tu Joni, kali-kali dibeliin juga yang pink. Hahaha.” Godaku.
“Waduh kalau
Joni dikasih pink, bisa ngamuk tuh anak.” Jawab Rika.
“kadonya udah
beli?” tanya Indah.
“Udah, warnanya
juga pink. Hehehe.” Jawab Rika.
“ha??? Serius…
walahh.” Sahutku dengan tak percaya.
“dua rius
hehehe.”
Setelah dari
toko serba ada itu, kami kembali berjalan-jalan keliling Semarang, yang
akhirnya terhenti di Tugu Muda untuk niatan berfoto-foto narsis. Aku merasa
senang sekali bisa berfoto-foto malam hari dengn teman-teman, ya emang itu
biasa, tapi aku baru ngrasain jalan dan foto bareng teman-teman pada maam hari.
Setelah selesai bernarsis-narsis ria, kami memutuskan untuk pulang karena waktu
sudah menunjukkan pukul 8.45 PM.
Akhirnya kami
sampai di kos dengan selamat dan tak kurang suatu apapun kecuali uang dan
tenaga. Belum lama kami meletakkan pantat dikasur tiba-tiba ada HP bordering,
ternyata itu HP milik Rika, Rika keluar untuk mengangkatnya. Selang beberapa
waktu kemudian Rika masuk dan kayak orang gila dia girang banget, eh ternyata
si do’I mau datang, siapa lagi kalau bukan Bio.
“cie…. Oh ya
kak, aku lupa-lupa terus mau tanya ini. Bio sama Joni lumayan mana?” tanyaku
agak nyinggung.
“ya Bio donk,
dia itu tipe kamu banget dech.” Jawab Rika balik nyindir.
“Loh kok bisa.”
Tanyaku bingung.
“Iya donk, dia
itu tinggi putih dan lumayan lah. Aku pernah bilang lo, eh kalau ke kosku
hati-hati sama Ika, nanti di taksir lo. Hahaha.” Jawab Rika nyindir aku.
“ichh nggak,
makasih.”
Tapi aku juga
penasaran, bener nggak sih yang dibicarain ma Rika. Kalau benar ya baguslah,
berarti Rika bisa move on dalam memilih pacar, hehehe.
Pagi harinya,
beneran Bio datang. Tapi ya aku males banget mau liat sich, sibuk ngerjain
tugas juga. Namun saat aku keluar kamar, aku melihatnya, dan yaelah iya sih
tinggi tapi nggak dech, nggak tipe gua. Yah tapi untuk Rika itu lumayan lah
daripada Joni. Tapi emang benar sih dia pinky boy, soalnya pertama aku ketemu
dia, dia pakek kaos pink, hahaha.
Saat Rika
sedang bersama dengan Bio, tiba-tiba Joni menelponku. Yah tertebak dia memang
menanyakan dimana dan sedang apa Rika sekarang, aku bohong saja, untuk
kebaikan. Matinya aku ternyata bohongku sama bohongnya Rika beda, yah sudahlah,
aku juga nggak bisa bohong ini hehehe.
“Wah ini Joni
emang tahu saja dech, kalau setiap aku bersama Bio dia seperti tahu saja dan
langsung telpon.” Kata Rika heran.
“hahaha,
mungkin kamu dipasang penyadap kali,” ejekku.
“mungkin aja,
nggak tahu, aku saja heran.” Kata Rika.
****
Dua hari
setelah itu, aku dan Rika bertemu lagi di kos setelah mudik.
“hai kak,
gimana pulangnya? Bawa apa saja?” tanyaku kurang kerjaan.
“Aku nggak jadi
pulang kok,” jawab Rika dengan cengingisan.
“ha?? Nggak
jadi pulang? Kenapa?” tanyaku heran.
“Aku dari
kemarin itu dirumahnya Joni.”
“yaelah, aku
memang selalu heran sama hubungan kalian.”
“boro-boro
kamu, aku saja juga heran, abu-abu pokoknya. Hehehe.”
Obrolan demi
obrolan yang terjadi padaku dan Rika, semakin membuatku sangat mengenal
sahabatku itu. Yah meskipun aku hanya mengenalnya dari sisi lainnya, tapi itu
sudah cukup untuk membuatku tahu seperti apa sahabatku itu.
Suatu ketika
aku, Rika dan Indah sedang berbincang mengenai masa depan, yang jujur membuatku
geli sendiri. Perbincangan yang terkadang memberikan khayalan semata. Tapi
perbincangan itu juga membawa tawa diantara kami. Seperti biasa Indah selalu
menjadi korban pembullian kami. Daftar nama laki-laki seperti tertata rapi yang
kami lontarkan untuk dipasangkan padanya. Yah meski dia bakal nolak
mentah-mentah semuanya, yah itu hanya candaan-candaan untuk saling lebih akrab.
Namun kini tiba saat pertanyaan tertuju untuk Rika.
“kak, kamu
dimasa depan mau nikahnya sama siapa? Jonikah atau Bio?” kataku sedikit
menggodanya.
“ya jelas donk
Joni. Hahaha. La dia o’ yang udah membicarakan masa depan sama aku. Yah meski
kalau sama Bio nantinya jadinya bagus juga, tapi gimana ya, Joni kan suamiku
hahahaha.” Jawab Rika dengan bercanda.
“suami… hahaha,
yah kita nunggu undangannya aja.” Kataku.
“oh ya besok
mau pada pulang?” tanya Indah keluar
dari topic pembicaraan.
“aku pulang.”
Jawabku tegas.
“aku nggak
pulang, tapi ada rencana pergi.” Jawab Rika.
“pasti kerumah
Joni, ya kan.” Tanyaku.
“kata siapa,
nggak ya. Sabtu aku ke tempat Bio, minggu kerumah Joni. Hehehe.”
“walah…”
sahutku dan Indah bersamaan.
“eh jangan
lupa, ingetin aku ya. Besok aku mau bawa mawar buat Bio.”
“mawar? Ada
juga biasanya cowok yang ngasih mawar ke cewek, ini kenapa malah kebalik?”
“hahaha, ya
nggak apa donk. Khusus untuk caraku begitu. Hehehe.”
“ok dech.
Sipps.”
Emang benar
banget, Rika pergi dengan membawa mawar yang ia petik didepan kos kami. Dia
meluncur ke kos Bio yang ada di Jogja. Tapi aku heran sekali, kenapa dia
bela-belain untuk pergi jauh banget untuk menemui cowoknya, kenapa tidak
cowoknya yang menjemput. Rika memang terlalu berkorban buat cowoknya atau
memang dia itu terlalu keras kepala.
Malam harinya,
lagi-lagi disaat Rika sedang bersama dengan Bio, Joni menelponku. Sengaja tidak
aku angkat, karena aku tidak mau terus membuat keterangan palsu. Males juga sih
harus bohong mulu hehehe. Aku juga terkadang bingung sama Joni, dia tahu saja
kalau Rika sedang bersama Bio, padahal sebelumnya Rika tidak pernah membritahu
Joni sama sekali. Tapi Bio juga sih, dia tidak berani tegas, dia terlalu lembut
untuk menghadapi Joni yang keras. Kasian Rikanya juga ya kalau kayak gitu,
hehehe.
Yaitulah Rika
pada akhirnya dia terjebak dalam dua hati yang berlainan kepribadian. Namun dia
seperti tak memiliki rasa lelah, harus menemui mereka secara bergantian,
ditempat yang berbeda dengan jarak yang tak hanya sejengkal. Padahal tubuhnya
terhitung kutilang (Kurus, Tinggi, Langsing), namun semangatnya yang dibutakan
cinta seakan tak pernah membuatnya lelah sama sekali.
Cinta Rika yang
tak tahu apakah dia akan memilih warna pink atau abu-abu sebagai pasangan
hidupnya, atau bahkan aka nada warna lain yang mengisi hatinya kelak, itu akan
menjadi pilihan baginya. Itulah sahabatku Rika, sahabatku yang cintanya
dipenuhi warna yang berbeda, setiap cinta memiliki warna yang berbeda dan kini
dia dihadapkan antara pink dan abu-abu yang menyelimuti hatinya.
THE END
PRAKTEK MENULIS WORKSHOP AFSOH PUBLISHER 2013