Oleh: Aoi Rizky
“pernahkah kalian pikir orang baru kita
kenal akan menjadi sahabat kalian?”
pagi ini semuanya berkumpul dirumah q,
karena kami akan pergi jalan-jalan sesuai dengan yang telah kami rencanakan.
“eiittt,,, tunggu dido kemana?” tanya vivi.
“oh iya dia belum dateng nich, gimana donk
ra,,?” tanya q ke rara yang dari tadi tenang-tenang saja.
sebenarnya kami tidak sedang terburu-buru,
tapi kita sudah sepakat kumpul jam 10 kenapa dia gag nongol- nongol juga
sich,,,,
“kalau dia gag nongol dalam 5 menit, awas
kamu dido,,,” q geregetan sambil meremas-meremas tas kecil yang q bawa.
vivi dan rara juga mulai kelihatan gag
tenang nich nungguin 1 cowok yang gag nongol- nongol padahal kita udah nunggu
dia hampir setengah jam.
“dido niat ikut gag sich vi?” tanya q ke
vivi yang dari tadi celingukan
vivi menggeleng karena tidak tau
kepastiannya, “tapi dia bilang ikut pas q ajakin” jawab vivi
karena tidak sabar akhirnya rara mengirim
pesan untuk dido,,
to: dido
from : rara
do,, lagi dimana
kamu?, kita dah nungguin nich,,,,
setelah mengirim pesan tersebut rara
menoleh ka arah q dan vivi, sambil berkata “ kalo dido dateng nanti bakal q
jitak,,,” sambil cemberut.
q dan vivi berpandangan dan ketawa,, di
sela tawa kami ada seorang cowok yang berlari kecil dan berkata “ maaf ya, q
telat,,” dengan cengiran tanpa dosa.
“huh, akhirnya yang ditunggu datang juga,
kita hampir aja mau berangkat,,” kata q sambil berdiri. akhirnya kami pamit
pada orang tua q.
hari ini kami pergi ke pusat kota untuk
jalan-jalan ke mall yang bisa dibilang besar di kota kami. ketika kami sedang
berjalan kami mampir ke sebuah toko buku yang ramai sekali, dan senangnya kami
masih punya tempat untuk masuk dan melihat buku dengan tidak berdesakan. q dan
rara memilih untuk melihat-lihat novel,
vivi memilih buku pengetahuan umum, dan dido malah asik dengan komik.
kami bersahabat sejak kecil sampai sekarang kami sudah duduk di sekolah
menengah atas dan semoga kami akan terus bersahabat selamanya.
“ra, liat novelnya bagus ya?” tanya q ke
rara, eh rara ternyata gag dengerin dan dia udah asik dengan 2 novel yang akan
dia beli.
akhirnya kita udah ngantri di kasir buat
bayar novel, komik, dan buku pilihan masing-masing. setelah keluar dari toko
buku kita jalan buat cari tempat makan karena udah waktunya kita buat makan
siang. tapi sebelum itu tentu kita gag lupa untuk beribadah terlebih dahulu.
kita berempat berkeliling untuk milih
tempat makan, kita celingukan cari meja untuk duduk, akhirnya dapet ketika
jalan vivi dan rara didepan q dan dido ya karena jalan antara meja yang sempit.
q dan dido asik ngobrol, ehh tau-tau vivi
manggil “riz, dido, pada mau kemana?”
q dan dido langsung nengok kearah suara,
“loh” q kaget karena mereka berdua udah duduk manis dan q sama dido asih ajah
jalan. q dan dido berbalik untuk ke meja dimana ada vivi dan rara.
q mengeluarkan novel yang q beli tadi dan
membacanya sambil meunggu makanan pesanan kami datang. rara menarik novel yang
q baca “bagus gag nich riz?” tanyanya setelah merampas novel tadi dari tangan
q.
“q belum tau ra,,” jawab q sedikit kesal
“yach kx gag tau sich” sambl cemberut,
“rara sayang, q kan belum selesai baca jadi
q belum tau,” jawab q menghiburnya
“hmmm” jawabnya kecewa
“tapi kalo kamu penasaran coba baca
sinopsisnya, sekilas q baca tadi bagus,” jawab q lagi dan dia menurut.
“makanan datang, mari makan” seru dido yang
kalihatannya udah laper banget.
“kalian makan duluan aja” kata vivi, karena
minumnya belum nyampe ke meja.
ada cowok yang dateng dan bilang “maaf mbak
minumnya baru diantar, tadi saya salah antar” dengan muka bersalah.
“oh, makasih ea mas, lain kali jangan salah
lagi ea,,” kata rara
“ra, jangan gitu donk. makasih ea mas” kata
vivi
“ih, mbak nya kok manis banget kalo lagi
marah” kata cowok tadi sambil tersenyum.
kami semua tertawa kecil, kecuali rara yang
lagi di omongin langsung cemberut. akhirnya kita makan dech sampe kenyang,
setelah itu kita kekasir untuk bayar makanan kita.
“duch, kenyang banget nich.” kata q,
“habis ini kita mau kemana nich?” tanya
vivi
dia kelihatan capek banget padahal kita
semuakan baru aja makan. akhirnya kita mutusin buat nongkrong ditaman kota,
tapi kita sempet beli beberapa camilan. kita duduk dibangku taman yang
membentuk persegi jadi kita bisa bercanda bareng. dido duduk sambil membaca
komik yang dia beli dan ternyata komik itu komik yang dia cari-cari jadi kita
(cewek-cewek) maklumin aja.
“rara manis” panggil q dengan senyum iseng
rara langsung melempar camilan yang dia
pegang sambil cemberut, q yang ngeliat ekspresinya langsung ketawa puas.
“udah dech riz, jangan usil gitu” kata
vivi, tapi dengan ujung ikut iseng dengan bilang “ntar rara ngamuk lo, saking
manisnya.”
denger vivi bilang gitu kita jadi ketawa
semua, dido juga ikutan padahal tadi dia kelihatan serius banget thu ma
komiknya.
“do, pinjem komiknya bentar donk?” pinta ku
ke dido. dido dengan seneng hati ngasih komiknya ke q dan dia pamitan ke kita.
“cewek, q tinggal bentar ya,, jangan pada kangen lho,,” pamit dido. dia memang
cowok satu-satunya diantara kita, tapi dia bisa nyambung dan enak untuk jadi
temen ngobrol, temen curhat, dan dia juga bisa jadi pelindung kita. tapi kadang
dia juga suka narsis kaya barusan.
“mau kemana kamu do?” tanya rara
“bentar, thu nemuin temen tadi dah
janjian.” jawab dido sambil jalan pergi.
“kemana sich thu dido, udah tadi dateng
paling lama, sekarang pergi duluan, huh” gerutu rara.
“ra, kamu dari tadi kok marah-marah terus?”
tanya vivi
“lagi kedatangan tamu bulanan ya ra?” q
ikut bertanya.
“gag kenapa-napa kok, gag lagi bulanan juga,”
jawab rara sambil senyum.
“gitu donk senyum, kan kelihatan manis,”
kata ku sambil tertawa, dan setelah itu
rara memukul lengan q dengan novel yang dia baca.
“maaf ra, duch kamu kalo marah-marah terus
cepet tua loh, mau?” goda q lagi, dan berhasil membuat dia kesal.
“eh, ngomong-ngomong thu dido nemuin
temennya dimana sich lama bener?” vivi buka suara.
“mana kita tau vi, dia gag bilang.” sahut
rara.
“wach ada yang kangen nich” jawab q sambil
senyum.
gag lama orang yang lagi di omongin nongol,
tapi dia gag sendirian.
“lama banget do?” kata q ketika dido
dateng.
“maaf ya sayang, tadi q beli minum dulu
habisnya haus banget,” jawab dido sambil naruh kantong plastik yang berisi
beberapa botol air mineral.
“oh iya, kenalin nich temen q,” kata dido. “namanya
satria.” sambil menunjuk temannya yang ikut duduk disebelahnya.
“hay semua,” sapa satria
“hay juga, q vivi,” sahut vivi sambil
berjabat tangan. “kenalin juga yang disebelah q ini namanya ririz, dan itu
rara.” katanya lagi memperkenalkan kami.
“wach, kalian thu kompak banget ya, sampe
nama ajah mirip-mirip gitu.” komentar satria.
“sebenernya gag gitu kok sat,” jawab q.
“thu nama panggilan kita buat satu sama lain padahal nama aslinya bukan itu.” q
menambahi.
“kalo gitu nama aslinya atau lengkapnya siapa?”
tanya satria lagi, dan kali ini yang jawab dido.
“nama asli vivi thu viona liliana, kita
tapi lebih suka manggil dia vivi biar lebih gampang gitu.” jelas dido.
rara angkat suara “kalo ririz nama aslinya
itu rizkia putri, dan kita slalu manggil dia ririz.” terang rara.
“kalo rara itu nama aslinya tiara amalia,
dan kita terbiasa manggil dia rara.” sambung vivi.
dan terakhir q yang jelasin nama dido,
“kita manggil dido kan karena namanya aditya nugroho, kamu tau kan?” tanya q
pada satria.
satria pun mengangguk, tapi masih terlihat
heran karena kami ngejelasin bukan nama kami sendiri. “lucu juga kalo
dipikir-pikir”, kata satria. dan kami semua hanya tertawa.
“nich do, komiknya udak kelar,” kata q
ngasih komik itu ke dido.
“kamu suka baca komik juga riz?” tanya
satria pada q
“hehe kalo ririz jangan ditanya sat,” jawab
rara. yang diikuti rasa penasaran satria.
“loh kok bisa gitu?” tanya lagi. kali ini
yang jawab vivi.
“ririz itu emang suka baca, jadi mau kokik
atau novel pasti dibaca sama dia.” vivi menjelaskan yang diikuti anggukan dari
satria.
“ra, lagi baca novel apa?” tanya satria
pada rara yang sejak tadi sibuk dengan novelnya.
“ini tadi beli ditoko buku, judulnya sih
menarik.” jawab rara.
“kamu suka baca juga gag?” tanya vivi pada
satria
“suka kok, tapi q lebih suka baca puisi,”
jawab satria sambil tertawa.
“serius gag tuh?” tanya rara penasaran,
tapi ikut tertawa.
“hehe gag juga, q suka baca dari kecil jadi
apa aja q baca termasuk koran.” jawabnya lagi membuat kami semua tertawa.
kamu gag akan pernah menyangka kalau orang
yang punya kesukaan sama pasti akan mudah akrab walaupun itu pertama kali
mereka bertemu bahkan baru saja berkenalan.
matahari udah mulai mengarah ke barat, jadi
kita memutuskan untuk pulang. kami pulang bersama karena satria akan menginap
dirumah dido. satria yang akan menyetir, jadi dido duduk disebelahnya dan kami
duduk dibelakang.
“duch, seneng ya hari ini kita bisa
jalan-jalan bareng.” raram mengawali pembicaraan
“iya nich, udah jarang juga kan kita
ngumpul seharian kaya gini,” q menimpali.
dido yang sedari tadi asik mengunyah ikut
angkat suara “ iya, kan terakhir kita ngumpul gini waktu kita ngerayain tahun
baru barengkan.” katanya minta kepastian.
“bener thu do,” jawab q membenarkan kata
dido.
“hmmm, ngumpul lagi kapan nich?” tanya
satria. dan kita semua kompakan menggeleng.
hari ini semuanya senang dan sesampainya
kita dirumah, bunda udah nunggu kita dengan makan malam yang pasti masakan
bunda semua. memang bunda q itu jago masak, jadi anak-anak betah dech dirumah.
“riz, bunda masak apaan?” tanya dido saat
turun dari mobil.
“katanya bunda masak sambel balado kesukaan
q,” jawab q, karena tadi bunda udah kasih tau.
“wach, asik nich, buruan sat nyetirnya, dah
laper nich” seru rara yang megangin perutnya.
“bunda?” panggil q ke bunda, tapi bunda gag
ngerespon. bunda kemana ya kx dipanggil dari tadi gag nyahut.
“masuk aja gimana?” kata q pada mereka, dan
kami semua masuk kedalam rumah. ternyata bunda lagi sibuk didapur nyiapin makan
malem buat kita semua.
“oh udah pada pulang,” sapa bunda saat kami
duduk di ruang tamu.
“iya bun,” jawab dido
“kok kamu manggilnya bunda do?” tanya
satria heran.
“emang kita manggilnya bunda, karena
bundanya ririz yang minta,” jelas vivi.
“terus kalo ma orang tua kalian juga gitu
juga?” tanyanya lagi.
“ea sama aja donk, kita sahabatan dah dari
kecil jadi kaya keluarga sendiri.” jawab rara
“ohhhh, gitu ya,” sahut satria berikutnya.
bunda muncuk dari ruang makan sambil berkata “ udah ngobrolnya nanti lagi,
sekarang kita makan malam dulu ya,” kemudian melangkah ke ruang makan.
kita semua mengikuti dibelakang bunda,
malam ini rara, vivi, dido, dan satria makan malam dirumah q. bunda ternyata
udah nyiapin cake buat kita untuk merayakan hari persahabatan kami berlima.
memang kami baru mengenal satria, tapi dia
adalah sepupu dido jadi kami putuskan kalo dia akan jadi sahabat kami seperti
dido. malam ini berlalu dengan cepat karena jam menunjukan jam 10 malam, rumah
kami memang tidak terlalu jauh karena 20 menit juga udah nyampe.
“sayang, q ma satria pamit dulu ya,” kata
dido sambil berdiri nyari bunda
“loh, kok udah mau pulang se do?” tanya
bunda
“udah malem bun, lagian mama udah nyuruh
pulang,” jawab dido sambil menyalami bunda. “bun, jangan sedih ya anak bunda
yang ganteng ini pergi dulu,” katanya lagi.
“duch, pede banget kamu do.” rara nyahut. q
dan vivi ikut mengangguk.
“ya udah pulangnya hati-hati ya do,” kata
bunda lagi
kita cuma nganter sampe depan pintu, dan
dengan kompak bilang “jangan kangen sama kita-kita ya do,” sambil tertawa. dido
dan satria juga ikut tertawa sambil melambaikan tangan.
hari ini kita seneng banget bisa ngumpul
seharian, dan buat sahabat aku semua terima kasih ya untuk hari ini karena q
gag akan ngelupain kalian, q sayang kalian kata q bersiap tidur terus kami
berpelukan dan terlelap dalam mimpi kami
masing-masing.
THE
END
PRAKTEK MENULIS WORKSHOP AFSOH PUBLISHER 2013