-->

ARTI HIDUP

| 10:47 AM |


Tak ada yang spesial dalam menjalani hidup ini, tak ada kepastian. Tak ada sebuah kenyataan yang indah dalam menalani hidup ini yang katanya “ indah “. Hidup ini hanyalah sebuah topeng semata. Hanya bisa menetupi kekurangan. Tak ada yang pasti, itu hanyalah senyum dibalik tangis.

Hidup ini semata hanya menurut, mengiyakan, dan tak bisa berharap. Namun, dia yakin. Bahwa hidup ini adalah milik kita. Hanya dirinya sendiri yang bisa merubahnya. Jangan terpaku dengan orang lain. Turutilah kata hidupmi sendiri. Karena masa depan ada digenggaman tanganmu.

Dia, hanyalah seseorang yang menjadikan sebuah hidup tanda tanya besar, banyak pilihan, dan yang pasti tak tau ia akan kemana. Terkadang ia hanya pasrah menerima apa yang ada tanpa melawan dengan hasil tanpa tangisan dan tentunya di hati tak ada yang berharga. Tapi terkadang, ia memberontak dengan penuh air mata dan hasil yang belum pasti juga ia dapatkan. Air mata yang bercucuran yang hanya ia dapatkan. Namun, satu hal yang bisa ia dapatkan dari air matanya. Yaitu, rasa dihati yang tenang dan kebahagiaan yang nyata.

Sebagian hidupnya hanya terombang ambing tanpa arah dan tujuan. Tak  ada nahkoda untuk membimbingnya. Dan hanya rasa takut dan bersalah yang terus terngiang di benaknya. Ya... mungkin itulah yang disebut sebuah kata “ menurut “. Namun, tidak... Ketika ia bertemu seseorang

Sebuah nama yang dapat dipanggil Ve. Sekarang ia sudah dapat dibilang menjadi seorang yang lebih dewasa, karena umurnya sekarang sudah 19 tahun. Umur yang sudah matang untuk menentukan hidupnya sendiri. Namun, jika di pedesaan umur itu mungkin sudah mempunyai anak atau menikah ( ya, itulah kehidupan kampung ). Berdiri di lingkungan yang masih jauh dengan kata “Modern”. Yang tak bisa sembarangan ini itu. Dan orang tuanyalah yang menentukan segalanya. Dari dengan siapa ia harus berteman, sampai jodohnya kelak.

Orang tua pasti menginginkan anaknya hidup bahagia. Ya.. mungkin bisa dimengerti. Namun, orang tua juga perlu tahu. Berilah kehidupan yang nyata unutuk anakmu sendiri. Dan itulah yang belum Ve dapatkan. Dalam hidupnya, ia hanya menurut, mengiyakan, dan pasrah. Ia mungkin hanya sebuah boneka yang dapat dimainkan sesuka hati oleh si pemiliknya. Tak bisa menolak apalagi melawan. Ya... itluah hidupnya. Yang tak tau arah akan kemana. Sebuah kisah yang indah ingin ia gapai untuk menutupi hidupnya yang ada kini. Namun, kenyataannya dalam berbelas-belas tahun ia belun juga dapatkan.

Dalam penantiannya ia juga sudah mengupayakan untuk mencari siapa dan apa yang bisa merubah hidupnya kelak. Mencoba dan terus mencoba. Sampai ia di suatu saat bertemu dengan kata “cinta”. Mungkin itu hanya sebuah cinta monyet. Dan itu pasti dirasakan setiap orang. Tak kecuali Ve, ia juga bisa merasakan rasa itu dengan seseorang. Sebut saja ia Ocel. Yang tak lain teman waktu SMP dulu. Hari-harinya sedikit ada warna. Ocel seorang cowok yang tinggl di seberang desa Ve. Ia teman SMP dan merupakan cinta pertama Ve.

Waktu SMP Ve dan Ocel tidak pernah akur, selalu saling mengusili. Itulah awal sebuah cerita cinta monyet. Yang dulu dari teman menjadi sebuah ikatan pacar. Namun, sebelum berpacaran dengan Ocel. Ia sudah menjadi pacar tetangganya. Sebut saja Almed. Jadi, intinya si Ve mendua. Setelah jadian dengan Almed, 1 bulan kemudian ia putus. Karena tidak merasa cocok dengan Almed. Kata yang bisa  katakan Ve via SMS “ Almed. Sebelumnya maaf. Sepertinya kita tidak bisa bersama lagi. Kita tidak ada kecocokan. Semoga kamu mendapat yang lebih baik dari aku.” Itulah sepatah kalimat yang bisa ia sampaikan. Mungkin dalam benak Almed, Almed sangat terpukul atau mungkin saja ia malah menangis.

Ya... siapa yang tau tentang rahasia hidup ini. Hidup ini yang kejam ataukah pilihan kita yang menuju kekejam itu. Itu semua yang ada hanya penyesalan. Dalam angan menuju kebahagiaan yang nyata, tak seindah yang dibayangkan. Seperti Ve dan Almed. Siapa yang tau tentang kisah mereka yang singkat.  Seperti cinta yang hanya lewat. Atau mungkin hanya kasihan belaka dalam menjalani hubungan itu. Penyesalan yang tiada akhir dalam hidupnya.

Mendua, kata yang tepat untuk Ve. Setelah kejadian itu, ia menjadi jauh dengan Almed. “ Maaf”. Kata yang bia terucap terus dengan penuh rasa bersalah.

Sore itu, sore terahir Ve bertemu dengan Almed. Dan akhirnya ia putus. Tak ada yang perlu disesali. Kalimat itu ters yang selalu diucp oleh Ve. Karena yang sudah terlanjur biarlah terlanjur. Beginilah adanya. Mengikuti arus yang ada. Berlarut-larut dalam penyesalan tiada guna. Hanya membuang waktu yang lebih penting telah menunggu kita.

Setelah putus, kini Ve telah menemukan tambatan hatinya yang lain. Yaitu Ocel. Hari-demi hari ia lewati dengan penuh riang. Namun semenjak beberapa bulan berlalu, sifat yang aslipun mulai terlihat. Dari sifat Ocel yang pecemburu, suka marah, dan matre juga mulai terlihat.  Terlihat dari yang dulu sukanya pengen ditelefon ataupun telefon tapi minta pulsa. “ Mi, bisa tumbaske pulsa dulu gak? Ntar aku ganti.” Kata yang sering muncul dari mulut Ocel. Jika Ve tidak mau mengirimi pulsa “ Gk cyank wi?” begitu yang Ocel katakan. Dan akhirnya Ve pasrah dan mengiyakan saja.

Malam itu, Ve menerima sebuah pesan SMS dari nomer baru “ Malem... lg ap? Ni q Edo. Masih ingat?”. Ve membalas “Emm. Oh ,iy q masih ingat kox. Qmu yang teman SMP tetanggaq kan?”. 

“ Ya. Bgus deh klau masuh ingat J .“

“ Iya donk, masak lupa. Qta kan gk lumayan sering berangkat sekolh bareng.”

“ Hehehe.. iy, dulu q yang boncengin qmu naek sepeda.”

Edo adalah teman lelaki Ve yang rumahnya dekay dengan rumahnya dan teman waktu SMP. Edo juga adik keponakan dari Onik, teman dekat Ve.

Percakapan itu mulai jauh-jauh dari mengenang masa dulu yang sering jalan bareng waktu berangkat sekolah. Dan tak jarang pula kumpul-kumpuk ala anak SMP yang masih lugu-lugu. Sampai membahas sekarang bagaimana, lanjutin di SMA mana, bercamda-canda ria. SMS itu terus berjalan. Dan tentunya sepengetahuan Ocel pacarnya. Mungkin dalam benak Ocel, Ve punya hubungan spesial dengan Edo. Ya... begitulah namanya anak ababil...

Selain dengan Edo, Ve juga sering SMs atau curhat-curhat dengan Indra dan sering tukar pendapat dengan Emil. Tetangganya juga dan teman dari Edo. Ve sering tukar pendapat tentang bagaimana dalam menjalani hidup ini dengan tenang. Tak jarang mereka mengomongkan tentang bagaimana cara memajukan desa kami agar tak tertinggal dengan desa yang lain. Dia pernah bilang “ Baru kali ini q menemui seorang cew yg peduli dengan hal yang besifat sosial.”

“ Mau bagmn lagi mas? Ini kan tanggungjwb kita sbg generasi yaang mendtang.. J

“ Aku salut, hehehe ..”

Ve selalu nyambung jika bertukar pendapat atau sharing  apa saja dengan Emil. Tapi terkadang juga Ve curhat dengan Indra . Namun, tak seakrab dengan Emil. Merka sering berhubungan via SMS. Dan tak jarang juga memunculkan rasa cemburu dibenak Ocel.

Rasa itu memunculkan berbagai masalah. Dan tak jarang juga sering mereka salah paham. Dan itu dianggap sepele oleh Ve. Namanya juga anak-anak di masa ababil. Tentunya ada masalah sedikit pasti jadi besar. Mungkin itu juga yang membuat hubungan Ve dengan Ocel menjadi agak renggang. Ditambah lagi Ocel yang jarang menghubungi Ve.

“ Maaf ea mi, untuk sementara kita jarang SMZn dulu. Hp q baru rusak.”

“ Iy pi... terseraah mau bagaimana.”

Jarang kontak dengan sang pacar, dan sering kontak dengan teman yang lainnya. Itulah yang dilakukan Ve. Mungkin itu dilakukan karena ia merasa kurang perhatian dari pacar dan keluarganya yang over. Harus ini dan itu. Semua terturuti. Membuat jenuh fikirannyaa. Tak ada teman untuk berbagi cerita tentang hidup ataupun keluarganya. Terpendam dalam-dalam disebuah hati yang kecil, itupun terbagi dengan yang lain.

Hubungan yang dulunya hanya sebataas teman lama dan seorang tetangga menjadi beubah ketika Edo menyatakan perasaannya.

“ Ve, semenjak kita saling kontekan. SMz saling mengejek, dan yang lainnya. Itu membuatku muncul perasaan yang lain dengnmu, seperyinya muncul benih-benih sayang.”

“ Maksudmu apa Ed? Q tak mengrti. “

“ Maukah kau jadi pacarq?”

Shock mungkin itu yang dirasakan Ve. Tak bisa berkata apa-apa. Dan hanya terdiam dengan seribu pertanyaan dalam benak. Cukup lama ia terdiam.

“ Ed, q belm bisa menjwbny. Beri q wktu.”

“  Ya, q bisa mengerti kok.. q tunggu jawabanmu J. “

Berulang-ulang Ve berfikir, apakah ini sebuah jawaban dari pertanyaannya untuk tidak terpuruk dalam keadaan yang dia alami. Disisi lain, ia berfikir bagaimana dengan Ocel nantinya. Berat rasa yang ia ambil untuk bersama. Namun, cinta pertamanyalah itu yang membuat berat hati meninggalkannya.

Termenung dan terus memahami apa sesungguhnya makna dari hidup ini semua. Mencari sebuah makna yang tersembunyi jauh hingga tak dapat dicari dengan mudah. Itu semua adalah rahasia hidup ini. Tak ada yang tau bagaimana kelak.

Hari berganti, tanpa Ocel maupun Edo. Yang ada hanyalah Wira.

Ya. Sekarang yang ada hanya Wira, yang temani hari-harinya. Yang bisa menasehati bukan hanya sebatas seorang teman laki-laki. Namun, lebih dari itu. Ialah yang menjadi kekuatan untuk Ve.

Kini sekarang ia hanya terpaku dan fokus bagaimana cara untuk menjalani hidup ini. Tentunya dengan sejuta harap nan indah yang berakhir dengan kata “ Ya”.

Kata itulah yang ingin Ve inginkan dalam hidupnya.

Fokus untuk masa depan. Berjuang untuk menggapai angan, tentunya itu tak mudah. Itulah tantangan hidup ini untuk mencari sebuah arti hidup itu sendiri.

Pastinya dengan Wira, Ve akan menjalani hidupnya.

Mungkin dari perjalanan hidupnya itulah yang menjadikan Ve mengerti, bagaimana ia harus memaknai arti hidup.

Kini Ve bisa merasakan, bagaimana arti hidup sesungguhnya. Dia. Ya... Hanyalah dia yang bisa menyadari arti hidup ini sesungguhnya. Hidup ini perjuangan, jangan lelah tuk menjalaninya. Apalagi muncul rasa putus asa. Tak ada guna. Hidup ini adalah anugrah. Bersyukur, itulah yang selalu Ve ucap. Bersyukur bahwa hidup ini adalah sebuah kisah yang akhirnya kan menuju indah. Meski yang terjadi selalu ada masalah atau bahkan perpecahan. Itulah hidup, siapa yang tau. Seperti Ve. Tak tau jika jalan hidupnya kini menjadi sebuah kisah perjalanan panjang nan penuh rintangan.

Semua ingin merasakan apa itu hidup yang sejatinya. Ketika hidup sudah di depan mata dan mulai akrab dengan kita. Sebuah hidup akan bersahabat dengan kita jika kita mau menerimanya dengan lapang dada.

Semua hal dalam pemikiran kita hanyalah fiksi. Dari fiksi itu kita tentu saja mempunyai apa yang menjadi keinginan kita. Ya... itulah motivasi untuk kita. Akan menjadi lebih baik, ataukah menjadi buruk. Semua tergantung pada diri dan hati ini. Hati yang membimbing kita. Dan hati pula yang menentukan, mana jalan hidup kita yang harus ditempuh.

Masalah, pasti semua ada. Keluarga, teman, lingkungan maupun kekasih atau orang terdekat kita. Itu tergantung bagaimana cara kita memaknai hidup kita yang sejati. Dan selalu angan yang positif tanpa asa.

Tak ada yang tak mungkin dalam menjalani hidup ini, karena ada Tuhan yang selalu bersama disetiap langkah yang kita buat. Dan yakin, jika suatu saat nanti angan kita kan jadi kenyataan.

Mungkin itulah arti hidup sesungguhnya, yaitu hidup ini adalah diri kita sendiri. Dalam artian, bagaimana cara kita memaknai hidu ini. Ya itulah arti dari hidup itu sendiri.

Sepenggal kisah dalam sepenggal kata, semua ada untuk dimengerti bukan hanya untuk fariasi dalam menalani hidup ini.

 


BIODATA

 

Nama Lengkap           : Evy Nursannah

Panggilan                    : Evy

TTL                             : Grobogan, 26 Mei 1994

Alamat Rumah           : Ds. Teguhan, dkh. Blado RT 05/06, kec. Grobogan, kab. Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah.

Alamat Kos                : Asrama Mahasiswa PGSD

Jalan Beringin Raya 15, Ngaliyan, Semarang

Facebook                    : evyephik/ evyn53@yahoo.co.id

E-Mail                        : evynursannah@rocketmail.com

Hobby                         : - Mencari sesuatu yang gak penting, tapi penting untuk dipelajari

-        Membaca

Motto Hidup               : Do the best J

Tulisan ini terbit dalam Antologi Buku : Kesaksian Kerikil hidup 

terbit di Afsoh Publisher - 2013
Penulis merupakan peserta workshop menulis dan menerbitkan Buku - Afsoh Publisher

tulisan dalam Antologi ini :
Awal Kuliah di Unnes

GENDAM NUSANTARA 919

Back to Top