Tak ada yang spesial dalam menjalani hidup ini, tak
ada kepastian. Tak ada sebuah kenyataan yang indah dalam menalani hidup ini
yang katanya “ indah “. Hidup ini hanyalah sebuah topeng semata. Hanya bisa
menetupi kekurangan. Tak ada yang pasti, itu hanyalah senyum dibalik tangis.
Hidup ini semata hanya menurut, mengiyakan, dan tak
bisa berharap. Namun, dia yakin. Bahwa hidup ini adalah milik kita. Hanya
dirinya sendiri yang bisa merubahnya. Jangan terpaku dengan orang lain.
Turutilah kata hidupmi sendiri. Karena masa depan ada digenggaman tanganmu.
Dia, hanyalah seseorang yang menjadikan sebuah hidup
tanda tanya besar, banyak pilihan, dan yang pasti tak tau ia akan kemana.
Terkadang ia hanya pasrah menerima apa yang ada tanpa melawan dengan hasil
tanpa tangisan dan tentunya di hati tak ada yang berharga. Tapi terkadang, ia
memberontak dengan penuh air mata dan hasil yang belum pasti juga ia dapatkan. Air
mata yang bercucuran yang hanya ia dapatkan. Namun, satu hal yang bisa ia
dapatkan dari air matanya. Yaitu, rasa dihati yang tenang dan kebahagiaan yang
nyata.
Sebagian hidupnya hanya terombang ambing tanpa arah
dan tujuan. Tak ada nahkoda untuk
membimbingnya. Dan hanya rasa takut dan bersalah yang terus terngiang di
benaknya. Ya... mungkin itulah yang disebut sebuah kata “ menurut “. Namun,
tidak... Ketika ia bertemu seseorang
Sebuah nama yang dapat dipanggil Ve. Sekarang ia sudah
dapat dibilang menjadi seorang yang lebih dewasa, karena umurnya sekarang sudah
19 tahun. Umur yang sudah matang untuk menentukan hidupnya sendiri. Namun, jika
di pedesaan umur itu mungkin sudah mempunyai anak atau menikah ( ya, itulah
kehidupan kampung ). Berdiri di lingkungan yang masih jauh dengan kata
“Modern”. Yang tak bisa sembarangan ini itu. Dan orang tuanyalah yang
menentukan segalanya. Dari dengan siapa ia harus berteman, sampai jodohnya
kelak.
Orang tua pasti menginginkan anaknya hidup bahagia.
Ya.. mungkin bisa dimengerti. Namun, orang tua juga perlu tahu. Berilah
kehidupan yang nyata unutuk anakmu sendiri. Dan itulah yang belum Ve dapatkan.
Dalam hidupnya, ia hanya menurut, mengiyakan, dan pasrah. Ia mungkin hanya
sebuah boneka yang dapat dimainkan sesuka hati oleh si pemiliknya. Tak bisa
menolak apalagi melawan. Ya... itluah hidupnya. Yang tak tau arah akan kemana.
Sebuah kisah yang indah ingin ia gapai untuk menutupi hidupnya yang ada kini.
Namun, kenyataannya dalam berbelas-belas tahun ia belun juga dapatkan.
Dalam penantiannya ia juga sudah mengupayakan untuk
mencari siapa dan apa yang bisa merubah hidupnya kelak. Mencoba dan terus
mencoba. Sampai ia di suatu saat bertemu dengan kata “cinta”. Mungkin itu hanya
sebuah cinta monyet. Dan itu pasti dirasakan setiap orang. Tak kecuali Ve, ia
juga bisa merasakan rasa itu dengan seseorang. Sebut saja ia Ocel. Yang tak
lain teman waktu SMP dulu. Hari-harinya sedikit ada warna. Ocel seorang cowok
yang tinggl di seberang desa Ve. Ia teman SMP dan merupakan cinta pertama Ve.
Waktu SMP Ve dan Ocel tidak pernah akur, selalu saling
mengusili. Itulah awal sebuah cerita cinta monyet. Yang dulu dari teman menjadi
sebuah ikatan pacar. Namun, sebelum berpacaran dengan Ocel. Ia sudah menjadi
pacar tetangganya. Sebut saja Almed. Jadi, intinya si Ve mendua. Setelah jadian
dengan Almed, 1 bulan kemudian ia putus. Karena tidak merasa cocok dengan
Almed. Kata yang bisa katakan Ve via SMS
“ Almed. Sebelumnya maaf. Sepertinya kita tidak bisa bersama lagi. Kita tidak
ada kecocokan. Semoga kamu mendapat yang lebih baik dari aku.” Itulah sepatah
kalimat yang bisa ia sampaikan. Mungkin dalam benak Almed, Almed sangat
terpukul atau mungkin saja ia malah menangis.
Ya... siapa yang tau tentang rahasia hidup ini. Hidup
ini yang kejam ataukah pilihan kita yang menuju kekejam itu. Itu semua yang ada
hanya penyesalan. Dalam angan menuju kebahagiaan yang nyata, tak seindah yang
dibayangkan. Seperti Ve dan Almed. Siapa yang tau tentang kisah mereka yang
singkat. Seperti cinta yang hanya lewat.
Atau mungkin hanya kasihan belaka dalam menjalani hubungan itu. Penyesalan yang
tiada akhir dalam hidupnya.
Mendua, kata yang tepat untuk Ve. Setelah kejadian
itu, ia menjadi jauh dengan Almed. “ Maaf”. Kata yang bia terucap terus dengan
penuh rasa bersalah.
Sore itu, sore terahir Ve bertemu dengan Almed. Dan
akhirnya ia putus. Tak ada yang perlu disesali. Kalimat itu ters yang selalu
diucp oleh Ve. Karena yang sudah terlanjur biarlah terlanjur. Beginilah adanya.
Mengikuti arus yang ada. Berlarut-larut dalam penyesalan tiada guna. Hanya
membuang waktu yang lebih penting telah menunggu kita.
Setelah putus, kini Ve telah menemukan tambatan
hatinya yang lain. Yaitu Ocel. Hari-demi hari ia lewati dengan penuh riang.
Namun semenjak beberapa bulan berlalu, sifat yang aslipun mulai terlihat. Dari
sifat Ocel yang pecemburu, suka marah, dan matre juga mulai terlihat. Terlihat dari yang dulu sukanya pengen
ditelefon ataupun telefon tapi minta pulsa. “ Mi, bisa tumbaske pulsa dulu gak?
Ntar aku ganti.” Kata yang sering muncul dari mulut Ocel. Jika Ve tidak mau
mengirimi pulsa “ Gk cyank wi?” begitu yang Ocel katakan. Dan akhirnya Ve
pasrah dan mengiyakan saja.
Malam itu, Ve menerima sebuah pesan SMS dari nomer baru
“ Malem... lg ap? Ni q Edo. Masih ingat?”. Ve membalas “Emm. Oh ,iy q masih
ingat kox. Qmu yang teman SMP tetanggaq kan?”.
“ Ya. Bgus deh klau masuh ingat J
.“
“ Iya donk, masak lupa. Qta kan gk lumayan sering
berangkat sekolh bareng.”
“ Hehehe.. iy, dulu q yang boncengin qmu naek sepeda.”
Edo adalah teman lelaki Ve yang rumahnya dekay dengan
rumahnya dan teman waktu SMP. Edo juga adik keponakan dari Onik, teman dekat
Ve.
Percakapan itu mulai jauh-jauh dari mengenang masa
dulu yang sering jalan bareng waktu berangkat sekolah. Dan tak jarang pula
kumpul-kumpuk ala anak SMP yang masih lugu-lugu. Sampai membahas sekarang
bagaimana, lanjutin di SMA mana, bercamda-canda ria. SMS itu terus berjalan.
Dan tentunya sepengetahuan Ocel pacarnya. Mungkin dalam benak Ocel, Ve punya
hubungan spesial dengan Edo. Ya... begitulah namanya anak ababil...
Selain dengan Edo, Ve juga sering SMs atau
curhat-curhat dengan Indra dan sering tukar pendapat dengan Emil. Tetangganya
juga dan teman dari Edo. Ve sering tukar pendapat tentang bagaimana dalam
menjalani hidup ini dengan tenang. Tak jarang mereka mengomongkan tentang
bagaimana cara memajukan desa kami agar tak tertinggal dengan desa yang lain.
Dia pernah bilang “ Baru kali ini q menemui seorang cew yg peduli dengan hal yang
besifat sosial.”
“ Mau bagmn lagi mas? Ini kan tanggungjwb kita sbg
generasi yaang mendtang.. J
“
“ Aku salut, hehehe ..”
Ve selalu nyambung jika bertukar pendapat atau sharing apa saja dengan Emil. Tapi terkadang juga Ve
curhat dengan Indra . Namun, tak seakrab dengan Emil. Merka sering berhubungan
via SMS. Dan tak jarang juga memunculkan rasa cemburu dibenak Ocel.
Rasa itu memunculkan berbagai masalah. Dan tak jarang
juga sering mereka salah paham. Dan itu dianggap sepele oleh Ve. Namanya juga
anak-anak di masa ababil. Tentunya ada masalah sedikit pasti jadi besar.
Mungkin itu juga yang membuat hubungan Ve dengan Ocel menjadi agak renggang.
Ditambah lagi Ocel yang jarang menghubungi Ve.
“ Maaf ea mi, untuk sementara kita jarang SMZn dulu.
Hp q baru rusak.”
“ Iy pi... terseraah mau bagaimana.”
Jarang kontak dengan sang pacar, dan sering kontak
dengan teman yang lainnya. Itulah yang dilakukan Ve. Mungkin itu dilakukan
karena ia merasa kurang perhatian dari pacar dan keluarganya yang over. Harus
ini dan itu. Semua terturuti. Membuat jenuh fikirannyaa. Tak ada teman untuk
berbagi cerita tentang hidup ataupun keluarganya. Terpendam dalam-dalam
disebuah hati yang kecil, itupun terbagi dengan yang lain.
Hubungan yang dulunya hanya sebataas teman lama dan
seorang tetangga menjadi beubah ketika Edo menyatakan perasaannya.
“ Ve, semenjak kita saling kontekan. SMz saling
mengejek, dan yang lainnya. Itu membuatku muncul perasaan yang lain dengnmu,
seperyinya muncul benih-benih sayang.”
“ Maksudmu apa Ed? Q tak mengrti. “
“ Maukah kau jadi pacarq?”
Shock
mungkin itu yang dirasakan Ve. Tak bisa berkata apa-apa. Dan hanya terdiam
dengan seribu pertanyaan dalam benak. Cukup lama ia terdiam.
“ Ed, q belm bisa menjwbny. Beri q wktu.”
“ Ya, q bisa
mengerti kok.. q tunggu jawabanmu J.
“
Berulang-ulang Ve berfikir, apakah ini sebuah jawaban
dari pertanyaannya untuk tidak terpuruk dalam keadaan yang dia alami. Disisi
lain, ia berfikir bagaimana dengan Ocel nantinya. Berat rasa yang ia ambil
untuk bersama. Namun, cinta pertamanyalah itu yang membuat berat hati
meninggalkannya.
Termenung dan terus memahami apa sesungguhnya makna
dari hidup ini semua. Mencari sebuah makna yang tersembunyi jauh hingga tak
dapat dicari dengan mudah. Itu semua adalah rahasia hidup ini. Tak ada yang tau
bagaimana kelak.
Hari berganti, tanpa Ocel maupun Edo. Yang ada
hanyalah Wira.
Ya. Sekarang yang ada hanya Wira, yang temani
hari-harinya. Yang bisa menasehati bukan hanya sebatas seorang teman laki-laki.
Namun, lebih dari itu. Ialah yang menjadi kekuatan untuk Ve.
Kini sekarang ia hanya terpaku dan fokus bagaimana
cara untuk menjalani hidup ini. Tentunya dengan sejuta harap nan indah yang
berakhir dengan kata “ Ya”.
Kata itulah yang ingin Ve inginkan dalam hidupnya.
Fokus untuk masa depan. Berjuang untuk menggapai
angan, tentunya itu tak mudah. Itulah tantangan hidup ini untuk mencari sebuah
arti hidup itu sendiri.
Pastinya dengan Wira, Ve akan menjalani hidupnya.
Mungkin dari perjalanan hidupnya itulah yang
menjadikan Ve mengerti, bagaimana ia harus memaknai arti hidup.
Kini Ve bisa merasakan, bagaimana arti hidup
sesungguhnya. Dia. Ya... Hanyalah dia yang bisa menyadari arti hidup ini
sesungguhnya. Hidup ini perjuangan, jangan lelah tuk menjalaninya. Apalagi
muncul rasa putus asa. Tak ada guna. Hidup ini adalah anugrah. Bersyukur,
itulah yang selalu Ve ucap. Bersyukur bahwa hidup ini adalah sebuah kisah yang
akhirnya kan menuju indah. Meski yang terjadi selalu ada masalah atau bahkan
perpecahan. Itulah hidup, siapa yang tau. Seperti Ve. Tak tau jika jalan
hidupnya kini menjadi sebuah kisah perjalanan panjang nan penuh rintangan.
Semua ingin merasakan apa itu hidup yang sejatinya.
Ketika hidup sudah di depan mata dan mulai akrab dengan kita. Sebuah hidup akan
bersahabat dengan kita jika kita mau menerimanya dengan lapang dada.
Semua hal dalam pemikiran kita hanyalah fiksi. Dari
fiksi itu kita tentu saja mempunyai apa yang menjadi keinginan kita. Ya...
itulah motivasi untuk kita. Akan menjadi lebih baik, ataukah menjadi buruk.
Semua tergantung pada diri dan hati ini. Hati yang membimbing kita. Dan hati
pula yang menentukan, mana jalan hidup kita yang harus ditempuh.
Masalah, pasti semua ada. Keluarga, teman, lingkungan maupun
kekasih atau orang terdekat kita. Itu tergantung bagaimana cara kita memaknai
hidup kita yang sejati. Dan selalu angan yang positif tanpa asa.
Tak ada yang tak mungkin dalam menjalani hidup ini,
karena ada Tuhan yang selalu bersama disetiap langkah yang kita buat. Dan
yakin, jika suatu saat nanti angan kita kan jadi kenyataan.
Mungkin itulah arti hidup sesungguhnya, yaitu hidup
ini adalah diri kita sendiri. Dalam artian, bagaimana cara kita memaknai hidu
ini. Ya itulah arti dari hidup itu sendiri.
Sepenggal kisah dalam sepenggal kata, semua ada untuk
dimengerti bukan hanya untuk fariasi dalam menalani hidup ini.
BIODATA
Nama Lengkap :
Evy Nursannah
Panggilan :
Evy
TTL :
Grobogan, 26 Mei 1994
Alamat Rumah : Ds. Teguhan, dkh. Blado RT 05/06, kec. Grobogan, kab.
Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah.
Alamat Kos : Asrama Mahasiswa PGSD
Jalan Beringin Raya 15, Ngaliyan,
Semarang
Facebook : evyephik/ evyn53@yahoo.co.id
E-Mail : evynursannah@rocketmail.com
Hobby :
- Mencari sesuatu yang gak penting, tapi penting untuk dipelajari
-
Membaca
Tulisan ini terbit dalam Antologi Buku : Kesaksian Kerikil hidup
terbit di Afsoh Publisher - 2013
Penulis merupakan peserta workshop menulis dan menerbitkan Buku - Afsoh Publisher
tulisan dalam Antologi ini :
Awal Kuliah di Unnes