Senang
Menulis
Oleh: Meliana Levina Prasetyo
Sejak
kecil, saya senang sekali membaca berbagai bacaan, yaitu buku cerita, majalah,
buku ilmu pengetahuan, surat kabar, dan lain-lain. Setelah SMA, saya ikut psikotes dan ternyata saya berbakat di bidang
sastra dan dianjurkan untuk menjadi penerjemah cerita-cerita asing atau penulis
cerita anak-anak. Saya juga senang menulis puisi dan beberapa puisi saya
pernah dimuat di majalah dinding sekolah.
Ketika
saya kuliah S-1 Sastra Inggris di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, saya
bisa membantu adik saya yang masih SMA dalam membuat Karya Ilmiah Remaja (KIR)
tentang AIDS, mengarang cerita untuk tugas Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
dan mendapatkan nilai baik. Dalam mata kuliah Writing (Menulis) di kampus saya, mudah sekali
menulis sesuatu yang inspiratif dan berguna bagi orang lain. Saya juga pernah
menulis artikel-artikel inspiratif dan pernah dimuat di surat kabar Jawa Pos.
Setelah
saya lulus kuliah, saya bekerja freelance
di sebuah sanggar bernama Sanggar Seni dan Budaya BEKISAR VISION (Berkreasi
Untuk Kerukunan Insan Suku Agama Ras) sebagai pembuat TTS (Teka-Teki Silang),
angket, komik, dan menerjemahkan berbagai artikel dari Bahasa Inggris ke
Indonesia dan Bahasa Indonesia ke Inggris, serta membantu membimbing
skripsi dan tesis mahasiswa S-1 dan S-2 melalui pemilik persewaan komputer.
Di
facebook, saya
juga bergabung dengan berbagai komunitas penulis seperti IIDN (Ibu-Ibu Doyan
Nulis), Story Cake For Mom Preneur,
Belajar Menulis Gratis, Kerabat SPA,
Afsoh Publisher, Beranda Penulis, Kampung Writing
Revolution-Rumah Penulis, Pena Nusantara, dan lain-lain dan berteman dengan
beberapa penulis lainnya.
Setiap ada informasi tentang lomba
menulis dari komunitas-komunitas penulis tersebut, saya biasanya aktif
mengikuti audisi menulis dan sudah ada delapan belas tulisan saya yang lolos. Karena itu, saya ingin terus
mengikuti audisi menulis yang ada,
agar semakin banyak tulisan saya yang bisa lolos audisi. Saya berencana suatu saat akan
menghasilkan sebuah karya novel dan cerita-cerita anak yang bisa berguna bagi masyarakat,
penerjemah tersumpah yang bisa hidup mapan dengan terus mengembangkan bakat
menulis dan mengikuti berbagai pelatihan agar bisa meningkatkan karir dengan
baik
dan maksimal.
***
Biodata Penulis
Nama lengkap saya Meliana Levina Prasetyo, nama pena
Milevia.
Alamat saya di Bratang Binangun 19 Surabaya, nomor HP:
08563025695, 031-91663045, alamat e-mail
di facebook saya: milevia@plasa.com untuk akun facebook saya Meliana Levina Prasetyo, dan samsuddinacin@yahoo.com untuk akun facebook saya Meliana Levina Prasetyo
II. Saya lahir tanggal 22 September 1974, jenis kelamin wanita, dan pekerjaan
saya sekarang ini adalah freelance
translator dari Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris melalui rental
komputer dan writer TTS, angket,
komik melalui sanggar seni dan budaya. Saya lulusan S-1 Sastra Inggris
Universitas 17 Agustus 1945
Diary dalam
Hati
Oleh: Arinda Shafa
Di tingkat miliaran ide,
tak semua file tersusun rapi. Mereka
liar berloncatan, menggebu-gebu,
meminta dituangkan dalam bentuk tulisan, menuntut penyelesaian atas konflik, plot, penokohan, dan setting yang susah payah kubangun. Kadang,
perjalanan meracik cerita tak semudah yang dibayangkan. Sering kali aku
terjerembap pada pengetahuan yang tak lengkap atau terjebak pada ke simpang siuran yang tak
bertepi. Tak bisa mengakhiri cerita dengan mulus. Mentok!
Beruntung aku memiliki
bukti otentik berupa diary kenangan
sejak SMP hingga kuliah. Meski tua, kotor, dan berdebu, diary itu mempunyai nilai dan sumbangsih
besar dalam proses menulisku, setidaknya untuk mengatasi mentok ide tadi.
Sebagai refreshing, kubaca-baca lagi
cerita zaman unyu-unyu itu sambil
tertawa tiada habisnya.
Namun, saat ini
aku tak lagi menulis diary seperti
zaman sekolah dulu. Malu, karena isi diary
kebanyakan hanya berisi kisah merah jambu. Dan kini, aku telah menikah. Tak
bijak rasanya menulis problematika kehidupan rumah tangga beserta unek-uneknya
dalam diary. Terlalu
berisiko
menyulut masalah.
Meski begitu,
aku punya diary dalam hati. Tempat
teraman menyimpan masalah dan mengubahnya menjadi lembaran naskah. Tempat terpribadi
untuk curhat dan mencampurnya dengan bumbu imajinasi. Ya, betapa ajaibnya
menulis. Ia adalah terapi hati agar tak stres menyikapi masalah. Ia adalah
ladang subur untuk berbagi dan menebar kebaikan lewat perantara kalam. Meninggalkan
jejak yang akan selalu dikenang sepanjang masa.
***
Biodata Penulis
Arinda Shafa adalah nama pena dari Arinda Sari. Alamat di Jln. Dewi sartika
Barat RT 10/3 Semarang-50021. Telah menulis tiga belas antologi cerpen dan
puisi. E-mail: arinda_shafa@yahoo.com. Nomor HP: 085726351451. Facebook: Arinda Shafa.
Writing is Miracle
Oleh: Ria Hidayah
Menulis memang benar-benar sebuah
keajaiban. Saat hal-hal yang tak tersampaikan oleh lisan, sebuah tulisan mampu
mewakili seluruh isi hati. Simfoni
kata yang mengalun melalui paragraf demi paragraf saling berpadu penuh
keharmonisan. Menulis berhasil membuat hati ini selalu tenteram. Cukup
menumpahkan segala macam yang dirasa pada sebentuk tulisan, perasaan bahagia
kian membahana, membuat angan yang terpatri menjadi penulis kian dalam pada
jiwa ini.
Menulis
memang benar-benar sebuah keajaiban. Saat hati berpraduga tak menentu, merusak
bahagia yang sempat tercipta, kuingin semua bahagia itu kembali terjejak di
hatiku. Dengan cara yang satu, menulis. Ya, menulis, mengungkapkan segala rasa
yang terendap di dalam dada, mengundang lara, hingga menjadi sebuah angan indah
yang membawa jiwa pada kebahagiaan tak terhingga.
Menulis
memang benar-benar sebuah keajaiban. Serumit apa pun pikiranku,
sesemrawut apa pun jalinan benang masalah yang berjalin satu dengan yang
satu tanpa aturan, menulis bisa menjadikannya sebuah karya indah dan memesona.
Menulis mampu membuat benang kusut nan semrawut tadi menjadi lebih berseni dan
sarat makna, menjadikannya suatu hal yang penuh manfaat.
Menulis
memang benar-benar sebuah keajaiban. Sungguh tak terhitung satu demi satu
keajaiban yang terjadi pada pribadi ini saat memilih sebuah langkah kecil, namun berefek
luar biasa besarnya. Kebahagiaan demi kebahagiaan datang satu per satu.
Menulis telah
menjadikanku seorang dengan pribadi percaya diri yang dewasa, semakin
mampu menatap serta memetik hikmah yang tak terlihat. Menulis
menjadikanku semakin bijak, semakin mampu berpikiran positif dengan terus berpijak pada
keyakinan bahwa hidup ini indah, rencana-Nya selalu indah dan menulis
benar-benar sesuatu yang amat indah.
Memang,
Writing is Miracle. And I love it!
***
Biodata Penulis
Ria Hidayah, lahir pada 26 Oktober 1990 di Kota Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Anak pertama dari empat
bersaudara pasangan Ridwan dan Yuniar ini sedang menyelesaikan jenjang S1 Prodi
Pendidikan Biologi Universitas Sriwijaya. Pernah mendapat juara harapan 1 lomba
karya tulis tingkat Prov. Kep BABEL saat duduk di kelas 2 SMA. Antologinya yang
sudah terbit, antara lain Kesaksian Alam, Pejuang Hati dan Cartoon Maniac. Domisili di Indralaya.
Bisa dihubungi via e-mail: r_ia_h@yahoo.co.id atau 085669581406. Alamat FB:
Muth El hadi. Blog: riahidayah.blogspot.com
Menulis bukan sekadar Menggoreskan Pena
Oleh: Elkanisa Mahdi
Menulis tak
hanya sekedar goresan pena dalam selembar kertas. Lebih dari itu, menulis bisa
menyenangkan hati, melegakan perasaan, dan memberikan hal-hal positif
lainnya. Salah satu keajaiban yang saya rasakan ketika mulai menulis adalah saya
mendadak merasa lega ketika sesuatu bernama ‘rasa’ berbentuk kesal, sedih,
marah, bahagia, semangat, dan malas sekali pun tertuang dalam selembar
kertas.
Menulis ibarat
teman yang selalu bisa mendengarkan curahan hati. Saya adalah tipe orang yang
sulit mengekspresikan rasa dengan lisan, sulit menceritakan masalah secara
langsung kepada siapa pun itu. Ya, menyadari hal itu, terinspirasi dari sebuah
tulisan yang saya baca lima tahun lalu
yang mengatakan, “Kau harus menulis
jika kau ingin eksis”.
Saya mulai
menulis dalam sebuah diary. Di
dalamnya saya tuangkan semua isi hati dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
keseharian saya. Rasa lega sangat terasa setelah saya memulai menulis diary. Saya merasa memiliki teman
curhat, buku dengan lembaran-lembaran kosong, dan sebuah pena
yang setia menggoreskan tintanya dengan perintah tangan.
Keajaiban
menulis juga saya rasakan ketika mengikuti sebuah organisasi di kampus, saya
masuk dalam departemen penerbitan. Saya lumayan aktif, walaupun hanya menulis
artikel untuk dipampang di mading organisasi kampus yang saya ikuti. Saya juga
pernah menulis untuk newsletter yang
dibuat oleh tim penerbitan dalam organisasi tersebut. Ya, lagi-lagi perasaan
lega dan senang yang terasa di dalam hati.
Penerimaan atas
tulisan saya sangat memotivasi dan menyemangati untuk tetap menulis. Tulisan
yang dihasilkan tak hanya goresan tinta pena, lebih dari itu, tulisan-tulisan
itu ibarat ilmu dan tambahan wawasan yang siap disantap otak, berperan sebagai
lisan bagi si bisu, dan suara indah bagi si tunarungu. Ya, menulis bukan sekadar menggoreskan
tinta pena. Lebih dari itu, menulis mewarnai hidup, menyenangkan hati, dan menenangkan
jiwa. Terpenting dari itu, menulis membuat kita
tetap hidup walaupun raga telah terkubur.
Keajaiban itulah yang saya rasakan
sejak mulai menggemari dunia tulis-menulis. Menulis, bukan sekadar menggoreskan pena. Menulis,
sahabat dalam sendiri, manfaat dalam keterbatasan dan membuat kita tetap hidup
saat kelak kita mati. Tetap menulis, tetap hidup, tetap
merasakan bahagia. Semangat!
***
Biodata Penulis
Perkenalkan,
nama pena saya Elkanisa Mahdi. Nama asli saya Laila Kamilan. Jika ingin
bersilaturrahmi dan menjalin persahabatan, bisa hubungi saya lewat akun facebook: http://www.facebook.com/eLKa.AfifaH
atau akun twitter @elkaafifah.