KETIKA anda diliputi kemarahan dan tidak tahu harus berbuat apa, anda bisa berada dalam bahaya. Kemarahan adalah salah satu emosi terkuat. Ia bisa membuat pikiran anda lepas kendali dan anda akan memikirkan segala hal yang telah membuat anda marah selama bertahun-tahun. Anda akan berpikir tentang betapa tidak adilnya bahwa anda harus menerima perlakuan itu, betapa brengseknya orang-orang di sekitar anda, dan betapa memuakkan semua yang ada di sekeliling anda.
Yang terburuk adalah anda mulai berpikir untuk membalas dendam—dengan cara menyakiti orang yang telah mempermalukan anda, menyerang anda, atau melukai perasaan anda. Jika anda betul-betul melampiaskan dendam, anda akan berurusan dengan hukum. Jika anda tidak melampiaskannya, keinginan itu akan menghantui anda terus-menerus, dan yang akan menjadi korban seringkali adalah orang-orang terdekat anda sendiri. Dalam interaksi anda dengan mereka, anda akan menjadi petasan yang mudah meledak.
Tetapi bagaimana jika ada cara yang lebih baik?
Bagaimana jika anda bisa menggunakan kemarahan dengan cara yang positif? Bagaimana jika anda dapat menggunakan amarah untuk membantu diri sendiri meraih hal-hal yang anda inginkan? O, itu jelas lebih baik ketimbang membiarkan amarah mengendalikan anda.
*
Sesuai judul tulisan ini, kita akan menggunakan tulisan sebagai cara meditasi untuk mengatasi perasaan-perasaan negatif—dalam contoh ini kemarahan. Anda bisa menulis surat kepada diri sendiri. Itu akan menjadi meditasi sehari-hari yang menyenangkan.
Menulis surat kepada diri sendiri membantu anda mengungkapkan emosi secara jujur tanpa perlu khawatir terhadap reaksi orang lain. Tidak akan ada yang menilai anda atas apa yang anda sampaikan. Surat tersebut hanya urusan antara anda dan diri anda sendiri.
*
Dear Sulak,
Aku menulis surat ini untukmu karena aku tahu kamu sedang marah. Dadamu sesak. Napasmu tersengal-sengal. Pikiranmu kalut. Sejak kejadian itu sampai sekarang kamu masih memikirkan orang itu. Aku tidak akan menasihatimu. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku memahami situasimu, dan mungkin aku bisa membantumu menemukan cara untuk mengatasi kemarahanmu.
Mudah-mudahan kamu masih ingat apa yang pernah disampaikan ayah kita bahwa jika kamu marah, yang pertama kali perlu kamu lakukan adalah membasuh wajahmu dengan air. Jadi, lain kali jika perasaan itu muncul, ambil air dan basuh wajahmu. Setelah itu kamu bisa duduk dan menarik napas dalam-dalam, rileks, dan cukup merasakan saja keluar masuknya udara, merasakan dadamu mengembang dan mengempis.
Tentu saja kamu berhak marah. Kemarahan menandakan bahwa kamu normal, memiliki emosi yang lengkap dan semuanya berfungsi sempurna.
Tetapi kamu juga berhak menikmati pikiran tenteram. Orang lain boleh bertingkah apa saja, itu masalah dia dengan dirinya sendiri, dan kamu berhak menikmati ketenteraman pikiranmu. Dia menjadi baik atau menjadi buruk, itu urusan dia sendiri. Kamu memiliki urusan penting dengan dirimu sendiri.
Jika kamu sanggup memaafkan dia, maafkan. Jika kamu tidak sanggup, lupakan. Jika dia membencimu seumur hidup, itu masalah dia sendiri. Tetapi jika dia terus menekanmu, hadapi dia. Tatap matanya. Itu rahasia menghadapi monster: Tatap matanya. Dalam kasus semacam itu—maksudku jika dia menekan—kamu lari tidak akan menyelesaikan masalah. Dia akan terus memburumu.
Maka, hadapi dia dan tatap matanya.
Kurasa itu dulu. Besok aku menulis lagi, jika kamu belum bisa meredakan kemarahan. Aku akan senang hati membantumu menemukan cara untuk menjadikan pikiranmu tenteram. Itu milikmu yang paling berharga dan kamu berhak memelihara ketenteramannya.
Aku pamit. Jika kamu belum benar-benar lega, ingatlah bahwa aku menyayangimu, sebab aku bagian terbaik dirimu.
Salam,
Kembaranmu
*
Teman-teman, ini kelas baru yang akan dimulai Senin, 28 November 2022. Saya menamainya “Menulis sebagai Meditasi Sehari-hari”—kelas ini untuk siapa saja, dan dengan harga sangat murah agar lebih banyak yang berkesempatan mengaksesnya.
Di kelas ini saya memperkenalkan metode menulis surat kepada diri sendiri sebagai bentuk meditasi. Surat di atas adalah contoh bagaimana kita menyapa diri sendiri, bercakap-cakap dengan diri sendiri, untuk mengatasi satu bentuk emosi negatif.
Mungkin anda perlu menyapa diri sendiri. Ia orang paling dekat dengan anda, yang justru paling jarang, atau mungkin tidak pernah, anda sapa selama ini.
Kelas ini berisi 30 materi, yang akan dikirimkan melalui email setiap hari selama 30 hari. Untuk setiap materi, saya akan menyertakan contoh surat kepada diri sendiri, sebentuk percakapan akrab antara anda dan kesadaran anda (sebagaimana surat contoh di atas).
Surat-surat kepada diri sendiri itu akan mencakup topik-topik antara lain:
- Mengatasi kemarahan
- Mengatasi ketakutan
- Mengatasi kecemasan
- Mengatasi kesedihan
- Mengatasi trauma
- Mengatasi keputusasaan
- Mengatasi kebencian
- Mengatasi perasaan kehilangan
- Mengatasi situasi yang seolah-olah tanpa jalan keluar
- Mengatasi kemalasan
- Menyingkirkan penundaan
- Mendorong diri agar lebih produktif
- Menjernihkan pikiran
- Bahkan anda bisa bercakap-cakap dengan diri sendiri untuk membicarakan situasi kesulitan finansial, jika anda mengalaminya.
- Berterima kasih kepada diri sendiri
- Dan lain-lain
Pada bagian-bagian akhir, saya menyertakan materi “Mengubah kemarahan dan perasaan-perasaan negatif menjadi cerita”.
Kepada mereka yang tidak bisa mengikuti kelas-kelas saya sebelumnya dan mengatakan, “Saya ikut pada kesempatan lain, Mas. Saya harus nabung dulu,” saya berjanji membuat kelas yang semoga cukup ringan bagi mereka untuk bergabung.
Jika anda berminat, biaya untuk kelas ini hanya Rp150 ribu.
Sila transfer ke BCA no 566.006.9714 an. Eka Sulistyawati, atau Mandiri no 164.000.009.5804, atau ke BNI no 152.229.8041 an. A.S. Laksana.
Setelah itu, beritahukan:
Nama anda: ...
Alamat email: ...
Konfirmasikan ke Raya di no WA: 0813.2295.4123.
Mudah-mudahan kelas “Menulis sebagai Meditasi Sehari-hari” ini cocok sebagai persiapan anda menyambut tahun baru 2023.
Salam,
A.S. Laksana