Harapan Eli dan Rakhma
Selamat
pagi dunia....
Salam
hangat dari Tuhan buat para pelaku hidup melalui sinar sang surya. Tak mau
kalah pagi ini kita juga disambut oleh kerajaan awan yang begitu memukau.
Rupanya kerajaan awan begitu sibuk pagi ini. Terlihat dari balik kaca mataku
sosok ibu-ibu ayu bersanggul, kelinci yang sedang berkejaran, beberapa potong
arumanis sampai model rambut hakim di kerajaan inggris. Mungkin mereka akan menyelenggarakan
pesta musim kemarau tahun ini. Sekarang kita beralih dari kerajaan awan. Mulailah
pejamkan matamu. Mari kita nikmati angin akhir Juli pagi ini. Rasakan setiap
belaian angin yang menyentuh wajah kita, dengarkan iramanya yang mulai
menggugurkan daun jati satu persatu, dan ciumlah wangi sisa-sisa embun paginya.
Dan semua sambutan alam pagi ini adalah awal harapan manusia hari ini.
Kriiing....
Jam
wekker menyadarkankanku, yeah it’s time to journey in the life. Hidup adalah
petualangan, kita tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi pada kita besok,
satu jam, satu menit bahkan satu detik yang akan datang. Karena jika tuhan
menghendaki, seketika itu juga...cling... semua bisa berubah sesuai dengan
keinginan-Nya. Semua mimpi, cita-cita, cinta dan setiap harapanmu ada di
pelukan-Nya. Jadi ya, nikmati saja setiap kejuatan yang diberikan-Nya karena
Tuhan lebih tahu segalanya.
***
Jam
menunjukkan pukul 06.57. Oke satu menit saja aku terlambat aku akan ketinggalan
kereta. Langkahku ku percepat menuju stasiun. Seperti biasa jutaan manusia
terlihat lalu lalang dengan tujuan masing-masing. Percaya atau tidak jika kamu
mau memperhatikan dengan cermat wajah mereka masing-masing, kamu akan melihat
ada banyak notes pada jidat mereka. Seperti notes yang aku temukan pada tiga
orang yang berdiri didepanku.
“mampus
gue pasti mampir ke BK lagi!”,
“santai,
buat apa terburu-buru toh si bos paling terlambat”,
“bismillahirrohmanirrohimm...semoga
hari ini dagangan laris manis ya Allah”,
Mereka
memiliki harapan yang berbeda-beda terhadap keberadaan mereka sendiri di dunia
ini. Dimana nantinya harapan itu akan membawa mereka pada dua hal, ‘berarti’
dan tidak ‘berarti’. Seperti note terakhir yang aku baca pada jidat bapak
penjual kerupuk, terlihat sebuah harapan sederhana. Di mana dengan bacaan
basmalah tersirat kepercayaan yang besar akan laris manisnya dagangannya yang
diharapkan dapat menafkahi keluarganya. Iseng saja, mungkin seperti itulah
beberapa notes yang kutebak. Karena manusia itu ‘unik’. Dalam diri manusia,
tidak selamanya sesuatu yang tampak mampu menjelaskan sesuatu yang tidak
tampak, yaa hati. Dalam hati manusia secara tidak sadar terdapat pengharapan atas diri mereka masing-masing. Mungkin
kalau aku kumpulin setiap harinya akan menjadi sebuah cerita bersambung seperti
di koran yang kita tidak pernah tahu kapan akhirnya. Oh yaa, mungkin ada yang
berminat membaca note pada jidatku???
Tet
tot tet tot, suara penjual balon lewat..upss ternyata sms dari kakak ku.
From
Kak lily:
Sa,
di tunggu klien di kafe biasa. BURUAN!!!
Yup,
kakak ku super duper perfeksionis. Tak perlu dijabarkan seperti apa sosok
perfeksionis, bayangkan sendiri bagaimana seseorang yang mampu menghitung
jumlah debu yang menempel pada guci kesayangannya. Aku sendiri tak habis pikir
bagaimana bisa memiliki partner kerja se ‘unik’ dia. Tapi bagaimanapun pelangi
tidak akan “mejikuhibiniu” jika kuning tidak ada. Dan aku juga tidak pernah
bisa membayangkan bagaimana mas anton yang setenang malam bisa manampung jutaan
gemebyar hebohnya kakaku yang seperti bintang. Tak mampu terhitung “ini itunya”
kak lily. Saling melengkapi, mungkin itu harapan awal pernikahan mereka.
Sehingga Tuhan pun juga menghadiahi mereka gendis untuk melengkapi keluarga
kecil mereka. Sampai sekarang aku selalu salut pada perpaduan unik dua manusia
ini. Yah..keadilan Tuhan memasangkan manusia yang terkadang kalau di logika
dengan otak normalnya manusia tidak ada jawaban rasionalnya, karena itulah
takdir.
***
“selamat
pagi mas, mbak. Maaf membuat menunggu. Perkenalkan nama saya Senja Oranye panggil
saja Sasa. Saya dari Wedding Organizer Rainbow. Baik ada yang bisa saya bantu?”
Hahaha,
sudah bukan hal baru lagi seseorang meluangkan waktunya untuk “mlongo” meski
sedetik ketika mendengar namaku. Tapi inilah kenyataannya, namaku Senja Oranye
dan nama kakak ku lily putih. Jangan tanyakan kenapa seperti itu, karena apalah
arti sebuah nama. Seperti itulah jawaban dari bapak dan ibu kami. Tapi aku
yakin ada doa dan harapan tersembunyi dibalik nama kami. Seorang anak terlahir
ke dunia adalah atas doa-doa dari kedua orang tuanya. Tentunya dengan izin-Nya.
Lily Putih dan Senja Oranye adalah jawaban atas doa dan harapan mereka kepada
Tuhan.
To
Kak Lily:
Okee,
deadline akhir september. Garden party J
Satu
petualangan selesai, bersiap petualangan berikutnya. Satu alasan mendasar
mengapa memilih berpetualang di Wedding Organizer; mengantarkan kebahagiaan. Pernikahan
adalah gerbang kebahagiaan. Pernikahan adalah sebuah kehidupan baru bagi
manusia. Pernikahan merupakan momentum bersatunya dua anak manusia yang melebur
menjadi satu dalam sebuah ikatan suci agama. Mungkin tak pantas rasanya jika
seseorang yang belum menikah berfilosofi detail tentang pernikahan, yang
kuketahui sederhananya pernikahan adalah rumah harapan. Dan pesta pernikahan yang
berkesan dan indah ibarat pintu masuk rumah harapan tersebut. Di mana melalui
pintu itu akan mengantarkan kita pada kebahagiaan yang ada dalam rumah harapan
tersebut. Di dalamnya berjuta harapan dapat kita tulis pada setiap dindingnya
tentang cinta, kebahagiaan, anak dan sebagainya yang menjadi harapan setiap
pasangan yang menikah.
Okee
sekarang tinggalkan filososi yang amburadul ini. Aku beranjak untuk mengecek
catering pernikahan klienku minggu depan. Melangkah menyusur panasnya Jakarta
siang ini. Sepertinya Ibu Kota kini mulai gerah menampung milyaran manusianya.
Sebenarnya tak pernah ada yang Ibu Kota janjikan pada mereka, tapi sekali lagi
harapan lah yang membuat mereka sampai di sini. Tentunya harapan akan kehidupan
yang lebih baik, meski tak sedikit dari mereka yang malah menjadi ‘anak tiri’ Ibu
Kota. Inilah hidup, dan setiap jiwa-jiwa yang ada disekitarku kini memiliki hak
atas hidup mereka masing-masing.
***
“Assalamu’alaikum
bu Aisyah.. haloo gilang..”
Bu
Aisyah adalah catering di WO ku. Tak perlu diragukan lagi mengenai masakan janda
beranak satu ini yang 1000 % yummy. Beliau adalah ibu yang tangguh dan penuh
kasih sayang. Bu Aisyah, selalu membuatku rindu pada ibuku ketika aku melihat
beliau. Dan Gilang, dia adalah anak satu-satunya bu Aisyah. Dia menjadi anak
satu-satunya karena setelah melahirkan Gilang, rahim bu Aisyah terpaksa harus diangkat karena
ternyata ada tumor pada rahimnya. Gilang adalah anak yang istimewa, jika kita
punya dua kaki sehat yang masih bisa berjalan tetapi sering mengeluh padahal
kita bepergian naik mobil mungkin kita akan segera memasukkan muka kita pada
plastik bekas gorengan jika kita melihat gilang. Anak laki-laki tampan berumur
12 tahun itu menderita lumpuh layu sejak kecil yang membuatnya tubuhnya
terkotak dengan kursi roda. Tetapi jika kita lihat pada kedua matanya yang
bening, dapat kita lihat betapa berwarnanya hidupnya. Dia istimewa, dalam
keterbatasan di menuangkan semua warna perasaananya pada kanvas. Selain itu
musik kehidupan yang sesungguhnya dapat kita dengar melalui setiap alunan lagu
yang ia nyanyikan. Yaa, Gilang sangat istimewa. Semua lukisan dan nyanyiannya
adalah ketulusan harapan. Yaa harapan terhadap dirinya pada kehidupannya
sendiri dan tentunya sang ibu.
Oke
katering kelar. Lanjut ke petualangan berikutnya. Sambil terus berjalan
ditemani bayanganku yang selalu setia kususuri trotoar Jakarta siang ini. Aku
sedang malas menunggu bus yang kedatangannya kerap tidak pasti. Kuputuskan
untuk berjalan. Melihat bayanganku aku berpikir entah sudah berapa kali ya
bayanganku habis termakan senja tanpa jejak keberartian yang kutinggalkan.
Manusia
memang mendapatkan jatah waktu yang sama yaitu 24 jam dalam sehari. Tetapi
mereka kerap tidak sadar ternyata telah melewatkannya tanpa keberatian apapun. Memang
semua itu adalah pilihan mereka, pilihan untuk memilih perjalanan seperti apa
yang akan mereka lakukan untuk menghabiskan 24 jam mereka. Berjalan mengikuti
peta kehidupan yang sudah disediakan Tuhan, berjalan mencari jalan pintas atau
hanya sekedar berjalan mengikuti trotoar dan semau kaki melangkah. Manusia
bebas memilih. Tapi perlu diingat cepat sampai atau tidaknya kita dalam sebuah
perjalanan tidak selamanya membawa kita pada keberartian. Lebih dari pada itu
bagaimana kita menikmati setiap perjalanan yang kita lakukan adalah yang akan
membawa kita pada keberartian melewati 24 jam dalam hidup kita dan membuat kita
berbeda dari manusia lain.
Aku
masih terus berjalan menuju tempat florist langgananku. Aku memang lebih
banyak “wara-wiri” dibanding kakak ku
yang lebih sibuk berkutat di balik laptop dan buku sketchnya. Sejak kecil kami
berdua memang berbeda, tapi saling melengkapi satu sama lain. Ibaratnya kami
ini mozaik yang saling menutupi dan melengkapi agar gambar yang kita harapkan
dapat terbentuk dengan jelas. Kak lily yang cantik, pintar dan perfeksionis dan
aku yang... beginilah. Santai, terserah menilai seperti apa. Kubenarkan letak
kaca mataku yang kerap melorot akibat efek hidungku yang pesek. Dan tanpa
terasa aroma semerbak mawar, melati, sedap malam, crysan dan teman-temanya memenuhi
penciumanku.
“siang
Alex, gimana bunga buat acara wedding lusa?”
Dengan
senyum lebar, kerlingan mata dan acungan jempol Alex aku sudah bisa menangkap
bahwa semua sudah beres. Aku berkeliling mengecek lagi bunga-bunga yang sudah
dipersiapkan Alex. Satu pemandangan yang selalu membuatku iri ketika berada di
florist ini yaitu kemesraan kakek frans dan nenek joice yang tengah merawat
kebun bunga mereka. Yaah, satu pasangan ini membuatku lebih iri dari pada semua
klien yang pernah aku tangani pernikahannya. Sungguh romantika yang tak pernah
berakhir meski senja telah memakan usia mereka. Layaknya memelihara bunga,
mereka saling menyemai, memupuk, menyirami dan merawat cinta mereka berdua.
Hingga tumbuh, bersemi, berbunga dan terus berbunga sebisa mungkin. Meski pada
akhirnya hukum alam tak dapat di tolak, kalau tiba saatnya mereka akan layu dan
mati. Namun terlepas dari itu semua, setidaknya mereka pernah menjadi bunga
yang indah untuk dikenang.
Tidak
munafik, pasti setiap insan yang bercinta di dunia ini ingin seperti kakek dan
nenek Alex ini. Berharap akan cinta abadi yang tidak hanya berhenti pada satu
masa tetapi senantiasa bersemi dari masa ke masa sampai maut memisahkan.
***
Sejenak
beristirahat dalam berpetualang. Ku belokkan kakiku ke coffe shop langgananku.
Secangkir kopi dan pie apel cukup untuk mengganjal perut dan pikiran yang
rasanya ingin bertualang kemana-mana agar “anteng” sebentar. Di tengah
menikmati harumnya kopi yang menenangkan dan manisnya pie apel yang menggigit,
mataku menangkap sosok yang kata memori dalam otakku bukanlah orang asing.
Yaa... dia adalah Marni teman kuliahku dulu.
Sekelebat,
memoriku menuju ke lima tahun silam ketika aku duduk di bangku kuliah. Marni. Seorang
mahasiswi kedokteran yang Jawa “medhok” dan juga penjaga perpustakaan kampus karena
saking seringnya dia mengunjungi perpustakaan. Dan perpustakaanlah yang juga
menjadi tempat perkenalanku dengan Marni. Dari situlah aku mengetahui bagaimana
mimpi seorang bocah desa yang ketika ditanya guru SD ataupun orang tuanya
“kalau besar mau jadi apa?”.... “Dokteer” menjadi nyata. Tak pernah sama sekali
terbayang olah Marni kalau kata-kata polosnya dulu kini menjadi nyata, melihat
Marni adalah bocah “ndeso” yang berasal dari keluarga pas-pasan di desa pelosok
daerah Kendal, Jawa Tengah. Orang tuanya hanyalah buruh tani. Tapi untuk
kesekian kalinya, kepercayaan akan mimpinya dan harapan mulia untuk memperbaiki
pelayanan kesehatan di desanya adalah yang membawanya sampai pada langkah
dimana Ia sekarang berpijak. Marni selalu percaya, bahwa tidak ada yang tidak
mungin kalau kita mau berusaha dan hasilnya kesempatan menjadi dokterpun
terbuka melalui beasiswa kedokteran yang diperolehnya.
Jelaslah,
kesempatan sebenarnya tidak datang tiba-tiba. Tapi disempatkan oleh diri kita
sendiri dan ketika kita tengah menyempatkan diri kita untuk berproses kreatif, ‘Tangan
Tuhan’ mengambil alih kendali dan mengubahnya menjadi “kesempatan” yang akan
mengubah jalan hidup kita jika kita mau cermat memanfaatkannya.
Sayang
kami hanya sempat berbincang sebentar, Marni harus langsung pergi mengejar
kereta ke Semarang karena dia harus segera pulang ke Kendal. Marni ke Jakarta
untuk mengurus beasiswa S2 kedokterannya yang rencananya akan dia lanjutkan ke
Negeri Paman Sam. Wow... salut aku dengan gadis jawa itu.
Astaga,
aku lupa harus bertemu dengan klien untuk fitting gaun pengantin mereka. Sesegera
mungkin aku meluncur dari keberadaanku sekarang. Pasangan yang akan kutemui
kali ini sangat spesial. Yaa...mereka adalah sahabatku sejak SMP. Dan sejak SMP
pula mereka terjebak dalam hal terabstrak tapi sangat konkrit di dunia ini...
cinta. Mereka adalah pasangan yang berani kalau menurutku. Mereka berani
menentang perbedaan yang ada. Kata mereka “hidup itu memang pilihan, tapi kalau
cinta kita nggak bisa milih. Jadi kalau memang dirasa benar cinta, perjuangin
terus sampai dapat”. Perbedaan yang mereka alami ibarat kata memang menjadi
jurang pemisah. Karena perbedaan ini menyangkut sebuah keyakinan, kepercayaan
akan apa yang diyakinnya. Agama. Manusia tidak bisa bermain-main dengan agama,
karena agama merupakan hubungan yang paling intim dari sebuah kehidupan. Yaa..hubungan
antara manusia dengan Tuhannya. Tapi sekali lagi cinta dan takdir mampu bekerja
sama dengan baik untuk mereka. Dengan kegigihan sang pria, Ia mampu meyakinkan
dan membangun jembatan yang kokoh sehingga mampu membawa sang perempuannya ke
tempat yang sama dengannya dan menghapus perbedaan yang ada. Kini perempuan
chines itu berada dalam dekapannya, pada jalan cinta ‘rahmatan lil alamin’.
Sederhana saja harapan dari cinta ini adalah dapat berpijak pada pijakan yang
sama dan saling membahagiakan satu sama lain, tentunya dengan cintaNya. Kata
mereka.
“hei
ekor kuda, kapan kau menyusul kami menikah. Lekas ganti kaos oblong, rompi
jeans, juga celana jeansmu yang sudah terluka itu. dan satu lagi sepatu ketsmu
yang warnanya bimbang itu dengan pakaian pengantin seperti yang kukenakan kini?
Hahaha”
***
Sampai
markas. Seperti biasa selang lima menit tiba kakak ku langsung “bla bla bla bla
bla bla...”. Dan cukup satu kata dariku “okee”. Kelar. Sekarang saatnya bobok
cantik. “kreek” pintu terkunci.
Aku
hanya bisa tertawa mengingat gurauan liana tadi. Hmm...menikah. “ Ahh kapan
pulang jelek, aku benci selalu rindu padamuL”.
Dan
saat seperti ini aku rindu pada satu sosok. Bahkan terkadang hingga rindu
dendam. Yaa pangeranku. Jojo. Tapi sudahlah, aku mengerti dia tengah sibuk
dengan kerajaan barunya. Dan ketika rindu itu mulai menjadi, menari dengan
waktu bersama bayangannya adalah obatnya. Jojo... dia tak cukup terwakilkan
oleh hanya sebuah kata. Karena dia adalah wujud dari semua kata dalam hati dan
pikiranku saat ini.
Aku rindu. Begitu rindu.
Dan sangat merindu.
Aku rindu. Benar-benar
rindu. Dan sungguh merindu.
Aku rindu. Rindu padamu.
Padamu kekasihku.
Aku rindu!
Jojo.
Rinduku adalah pengharapan keberadaanmu di sini. Aku percaya kerajaan yang
sekarang kau bangun adalah untukku. Tapi, senja tetap akan kehilangan keindahan
oranyenya jika matahari meninggalkannya.
Aku
selalu bermimpi layaknya seorang putri, bisa berdansa dengan pangeranku. Dimana,
pangeranku terlihat gagah dengan setelan jas dan kuda putihnya datang menghampiriku
yang telah siap dengan gaun putih dan mahkota bunga di kepalaku. Dengan iringan
musik romantis, kita berdansa. Menikmati setiap alunan nada-nada cinta. Dan di
bawah lampu kota kerajaan, pangeran
memintaku untuk menjadi satu-satunya tuan puteri pada kerajaan hatinya. Hahaha.
Mimpiku memang terlalu picisan, efek dari kerap mendongeng untuk gendis,
keponakanku. Tapi aku berharap mimpi itu akan menjadi nyata, bahwa kelak memang
akan ada sesorang yang benar-benar menjadi satu-satunya cinta untukku dan
menjadikan aku satu-satunya cinta untuknya. Aku percaya itu dan aku terus
berharap pada mimpi-mimpi itu.
“Oh...senja
oranye, lekas bangun, cepat bangun dari mimpimu, bangun, bangun, bangunlah jojo
ada di sini”
Jojo.
Ada di sini. Jojo....astaga aku tertidur lagi. Sesegera mungkin ku kumpulkan
nyawa dalam tubuhku. Dan sekarang Jojo ada di depan mataku, yaa dia pulang. Dia
ada di sini...
“
Sasa, sadarlah. Bengong aja. Lekas berbenah, tidak malukah kau bertemu dengan
tamu agungmu dengan tampang kucelmu itu?” ledek kak Lily padaku.
“Jojo,
pangeran jelekku” tanpa basa-basi kupeluk jojo. Yaah aku begitu rindu pada
manusia yang satu ini. Tatapan hangat matanya, senyum misteriusnya, benar-benar
aku merindunya. Setelah 2 tahun lamanya Eiffel telah menahan Jojo ku disana. Rinduku
tak sia-sia. Karena rinduku kini menjadi nyata. Jojo ada disini. Dipelukanku.
Dan kau adalah harapan dari rindu-rinduku selama ini.
Untuk
kesekian kalinya, harapan adalah kekuatan terbesar manusia untuk meraih apa
yang diimpikanya, sehingga mimpi mereka bukan hanya sekedar mimpi. Lebih dari
pada itu harapan akan mimpi-mimpi akan membangun kepercayaan pada diri manusia
secara tidak langsung. Karena harapan adalah dasar kepercayaan manusia akan
sesuatu yang diimpikannya akan terwujud dan didapatkannya. Harapan memang
berbentuk abstrak, tapi sebagian manusia meyakininya dengan penuh dan
membuatnya nyata melalui usaha dan doa.
“dan sejatinya harapan
dasar dalam kehidupan manusia adalah bahagia”
(Eli
Hidayati)
Mimpiku
Bersamamu
Berdiri
kudisini
Menikmati indahnya
sang mentari
Menyambut hariku pagi
ini
Membawa semangat dalam diri
Berdiri kudisini
Menatap
indahnya hari ini
Teringat pada
harapan diri
Yang kutulis pada pohon mimpi
Sinarnya mengingatkanku akan dirimu
Sosok kawan yang
slalau ada untukku
Memberikan
dukungan dan semangatmu
Dalam senang maupun dukaku
Mengenalmu adalah kekuatan bagiku
Kekuatan untuk
bermimpi setinggi langit biru
Memilikimu
memberikan harapan bagiku
Harapan mewujudkan mimpiku bersamamu
Alur cerita kita membawaku pada mimpiku
Mimpi yang sama
sepertimu mengukir cerita cintamu
Berharap itu dapat
menjadi satu
Dalam perjalanan cerita yang baru
Banyak mimpi yang kuciptakan
Banyak cerita
cinta pula yang kau ukirkan
Dalam diri yang
menjadi sebuah harapan
Harapan yang slalu ingin kuwujudkan
Menyusuri putihnya pantai Bandengan
Menyusuri Dieng
dan Bromo dengan eksotisnya pemandangan
Mendaki lawu
dengan tanah tandus berbatunya
Tersaji pula alam mistis yang siap
menunggu kita
Di Semeru dengan tanjakan cintanya
Keindahan danau
ranukumbolo yang ingin menjadi saksi kehadiran kita
Bukit penyesalan
Rinjani yang menunggu kita
Danau Segara anak
yang menunggu sapaan dari kita
Sampai merbabu dengan tanjakan frustasinya
Satu mimpi menjadi nyata
Dengan segala
kemungkinan yang ada
Berharap tak
terhenti disana
Untuk menggapainya
dengan penuh asa
(Nurrakhma
Dwiyani)