Rp 50.000,- sudah termasuk Ongkos kirim ke seluruh Indonesia. '
.
PENGANTAR – PUTUS
Sebuah kalimat terindah yang mengantarkan lahirnya buku antalogi “PUTUS” ini
hanyalah senandung “Alhamdulillah” yang luar biasa dahsyat dan penuh keajaiban.
Berawal dari buku antalogi pertama dengan tema “Kenangan Terindah Masa Sekolah”
yang kemudian laris dengan sebutan KTMS, muncullah ide baru yang mengandung
decak kagum. Tema “PUTUS” yang mengambil kolaborasi antara cerita dan puisi
dengan percampuran yang menghasilkan karya-karya indah.
Sewaktu event ini pertama kali muncul, saya tiba-tiba teringat tentang sebuah
kisah yang mengharu biru. Siapa sich yang tidak pernah merasakan putusnya
cinta? Siapa yang tidak pernah menangis dimalam-malamnya karena sakit hati?
Saya rasa semua pernah mengalaminya. Entah apa pula yang membuat saya begitu
terlihat “kalap” hingga dihari itu pula saya membuat sebuah cerpen dengan tema
tersebut. Saya mencari-cari sebuah puisi yang pernah saya buat dimasa saya
merasakan putus cinta dan dihari itu pula saya mengirimkan karya saya. Saya
sempat terkejut ketika mengetahui bahwa judul cerpen saya berada dalam urutan
pertama pengiriman, padahal saya kira sudah banyak yang kirim, mungkin karena
saya terlalu bersemangat untuk membagi kisah saya.
Suatu proses yang menyakitkan namun begitu berharga untuk dilewatkan adalah
saat mengalami patah hati karena putus cinta. Bukan berarti rasa itu harus
dirasakan semua orang untuk bisa memahami tentang sebuah proses pendewasaan
diri ketika kita dituntut untuk ikhlas menerima kenyataan. Saya rasa sakit itu
akan mampu membuat kita semakin kuat dan menghargai rasa-rasa lain yang suatu
hari akan bertengger menggantikan sakit itu.
Buku ini bukan hanya harus dibaca bagi mereka yang pernah merasakan putus, buku
ini untuk semua orang yang belajar menghargai cinta. Untuk yang belum pernah
merasakan sakitnya, belajarlah mempertahankan rasa yang telah singgah dengan
indah dihatimu. Untuk yang pernah merasakannya, bangkitlah karena mentari esok
masih menunggumu untuk kembali bermimpi. Putus bukan berarti dunia telah
kiamat, putus adalah proses belajar.
Jadi, semoga karya-karya yang tampil dengan cantik dalam buku ini mampu
memberikan kebahagian lain yang indah dan penuh makna. Begitu banyak hal yang
hanya mampu kita raba namun tak mampu kita gapai karena kita terlalu takut
untuk percaya bahwa keajaiban hidup ini benar-benar nyata.
Salam keajaiban menulis!!!
Malang, 27 Juni 2012
Dwi
Ani Farida
(penulis dan pembaca)
(penulis dan pembaca)