-->

Cinta yang Berujung Bahagia

| 8:16 AM |


Seorang gadis duduk disebuah taman dengan membawa sebuah laptop untuk mengerjakan sesuatu. Dalam laptop tersebut dia menulis sesuatu, yah dia menulis sebuah cerita. Sebut saja namanya Bunga, Bunga adalah seorang gadis yang cantik, periang dan  murah senyum yang berumur 21 tahun. 

Akan tetapi semua keceriaan itu berubah karena kejadian itu, yah kejadian yang amat sangat menyedihkan. Gadis cantik itu sedih karena kisah percintaannya yang tidak disetujui oleh kedua orang tua dari pacarnya. Akan tetapi gadis tersebut tetap sabar dan terus berusaha untuk mengejar cintanya. Orang yang sangat dicintai oleh gadis yang cantik tersebut anak yang baik, tampan dan baik hati pula sehingga dia terpikat kepadanya. Ya sebut saja pria itu Rahman. Keduanya saling mencintai. Mereka berusaha untuk meyakinkan kepada orang tua Rahman. Tapi usahanya belum juga berhasil. Ibu Rahman tetap berisi keras untuk tidak mengizinkan anaknya berhubungan dengan Bunga. Entah mengapa kedua orang tua Herman tidak  setuju. Alasannya sih karena Bunga berasal dari keluarga yang tidak jelas statusnya. Orang tuanya telah bercerai. Itulah yang menyebabkan mamanya tidak suka pada Bunga. 

Menurut mamanya jika kelak Herman menikah dengan Bunga rumah tangganya akan berantakan seperti kedua orang tua Bunga. Maka dari itu, mama Herman tidak menyetujuinya. Ya sebut saja mama Rahman adalah Fitri dan papanya adalah Hendra. Pak Hendra kini sedang berada di luar kota. Jadi Herman hanya hidup dengan mamanya saja di rumah. Sedangkan Bunga juga hanya tinggal dengan papanya saja. Hati Bunga kini terasa sakit karena hubungan dengan kekasih hatinya Rahman tidak disetujui mama Rahman. Begitu juga sebaliknya dengan Herman. 

Awalnya Bunga dan Rahman bisa saling kenal karena kuliah di Universitas yang sama, bahkan jurusannya juga sama. Keduanya saling berkenalan dan akhirnya menjadi dekat. Lama-kelamaan mereka saling mencintai dan menjalin cinta kasih.  Rahman dan Bunga pulang dari kuliah. Mereka jalan-jalan bersama dan akhirnya Rahman ngomong, “ Sayang aku kenalin yuk sama kedua orang tuaku. Aku pengen serius sama kamu.”

“Tapi sayang apa nggak terlalu cepat kalau aku dikenalin sama kedua orang tuamu?”, jawab Bunga

“Nggak sayang aku sangat mencintaimu. Aku pengen mama papa aku tahu kalau aku sudah punya pacar yang cantik sepertimu”, sahut Herman

“Gombal kamu ah, dasar ya lelaki memang pandai merayu”, jawab Bunga lagi

“ Memang benar kok kalau kamu cantik. Kalau kau nggak cantik mana ku mau,, hehehehe... ayo buruan”, jawab Herman

“ Ya ya sayang”, sahut Bunga lagi

(Mereka naik mobil dan bergegas untuk menuju ke rumah Herman dan akhirnya pun tiba di rumahnya dan keduanya pun turun dari mobil)

“ Ayo sayang kita masuk”, tawar Herman

 “Iya”, jawab Bunga

“ Silahkan duduk, aku mau panggil mama aku dulu”, suruh Herman

Bunga pun mengangguk

 (Herman berjalan dan mencari mamanya di dapur, di halaman, di kamar dan sambil berteriak-teriak)

“ Ma... Mama.... Ma.....”, teriak Herman

“ Ada apa sih anak mama teriak-teriak”, jawab Mamanya

“ Ada yang pengen ketemu sama mama tuh?”, kata Herman

“Siapa, Man?”, mamanya pun berfikir

“ Udah, pokoknya ayo ikut aku”, sambil menarik tangan mamanya

(Ketika sudah sampai di ruang tamu)

“ Nah, ini Ma yang mau aku kenalin sama mama”, Herman berkata sambil terlihat bahagia

“ Siapa ini, Man?”, jawab mamanya

“ Oh aku Bunga tante, pacarnya mas Herman.”, sahut Bunga

“Oh pacarmu, Man. Orangnya cantik sekali....”, Bu Fitri kagum

 “Ya dong ma siapa dulu,,, Herman gitu.. Ya udah, mama dan bunga ngobrol-ngobrol terlebih dahulu ya, aku mau ke kamar sebentar”, kata Herman sambil berjalan menuju kamarnya.

“ Eh bunga ngomong-ngomong kamu bisa kenal Herman dari mana?”, tanya Bu Fitri

“Oh,aku kuliah di jurusan yang sama tante, bahkan aku sekelas sama Herman.”, jawab Bunga

“ Oh gitu, terus kamu di rumah sama siapa?”, tanya bu Fitri lagi

“ Aku tinggal sama papaku tante”, Bunga pun menjawab

“Terus mamamu dimana?”, Bu Fitri bertanya kembali

“ Papa dan mama sudah lama bercerai, Tan. Aku sekarang tinggal sendirian sama papa. Aku juga rindu sama mama tapi mama nggak mau tahu. Dia malah pergi bersama lelaki yang dia sukai. Kasihan papa aku”, kata Bunga

“ Ohhh,,, jadi kamu berasal dari keluarga yang tidak benar, keluarga yang berantakan gitu?”, jawab mama Herman

( Sejak itu mama Herman tidak suka sama Bunga. Beliau berfikir kalau anaknya kelak akan mengalami hal yang sama jika menikah dengan Bunga)

“Kok tante ngomong kayak gitu, apa maksudnya?”, tanya Bunga

“ Ya jelaslah.... keluarga yang nggak benar!!! Sekali nggak benar ya tetap nggak benar...”, Mama Herman berkata dengan ketus

“ Ya udah tante permisi” jawab Bunga dengan wajah yang sedih

(Setelah Bunga pergi tiba- tiba Herman muncul)

“ Lho Ma,,, Bunga mana?”, Herman kebingungan

“ Dia sudah pergi tuhhhh!!”, mamanya menjawab dengan wajah jutek

“ Kok mama gitu,, apa sih salah Bunga?’’, tanya Herman

“ Dia tuh berasal dari keluarga yang nggak benar, Man. Papa dan mamanya aja bercerai.. Mama malu, Man. Kamu jangan salah pilih orang deh. Mama nggak mau kalau kamu menyesal kelak”, Mamanya meyakinkan Herman

“ Aku nggak peduli, Ma. Kasihan Bunga. Aku sangat cinta kepadanya. Mau nggak mau mama harus merestui hubunganku dengannya.” Herman berkata dengan wajah sedih

“ Nggak, mama tetap nggak setuju. Makan tuh cinta kamu....”, jawab mama

(Herman kesal kepada mamanya dan akhirnya dia bergegas menuju kamarnya)

Ketika keesokan harinya Herman berangkat kuliah dengan wajah yang tidak enak. Dia juga tidak sarapan dan langsung saja bergegas menuju kampus. Ketika pulang dari kampus Herman langsung saja masuk kamar dan mengunci pintunya.

 “(Tok...tok..tok....) Nak, makan dulu sayang. Kamu dari tadi pagi kan belum makan?”  Suruh bu Fitri.

“ Saya nggak lapar Ma’’, sahut Rahman dengan nada yang lagi bete

“ Jangan gitu dong Nak, ntar kamu sakit lho”, jawab mamanya

“ Biarin,, biarin saya sakit sekalian Ma, biar mama puas”, jawab Herman

“ Ngomong apa sih kamu Man, buka pintunya dong sayang”, kata ibunya

“Aku benci sama mama, aku sudah terlanjur cinta kepada Bunga. Kenapa mama tidak merestui hubunganku dengannya. Tolong ngertiin aku dong, Ma. Plis...”, sahut Herman

“ Bunga lagi Bunga lagi.. Ngomong apa sih kamu Man, sekali nggak ya nggak.”, teriak mama sambil marah

“ Tolong ma, bunga adalah gadis pujaanku”, jawab Herman

“ Mama nggak mau tahu. Mama udah cariin wanita pilihan mama yang pasti lebih baik dari si Bunga itu”, sahut mama

“ Wanita siapa lagi Ma, yang mama mau jodohin sama aku?”, Herman kesal

“ Ada pokoknya. Yang pasti keluarga terhormat dan kaya raya pula”, sahut mamanya lagi

“Mama keterlaluan”, jawab Herman

 “ Udah.. udah jangan bikin mama emosi.”

( Mama kemudian pergi dari kamar Herman. Beliau kesal dengan tingkah laku anaknya)

“ Ya Allah aku sangat cinta kepada Bunga. Tunjukkan jalan keluar yang baik ya Allah jangan pisahkan aku dengannya. Bukakanlah pintu hati mama hamba ya Allah” kata Herman dalam hati.

Sejak dikasari oleh Ibu Fitri, Bunga menjadi wanita yang sedih dan tidak ceria lagi seperti sebelumnya. Hatinya sangat hancur mendengar perkataan dari Ibu Fitri yang tidak lain mama Herman. Dia sangat kecewa. Dan saat itu juga dia memutuskan untuk tidak mau menemui Herman terlebih dahulu walaupun itu sangat berat baginya. Hari sudah esok. Bunga bergegas menuju kampus dengan membawa motor kesayangannya. Ketika sampai di kampus dia sudah ditunggui oleh Herman kekasihnya. Dia berusaha untuk terus menghindar dari Herman. Akan tetapi Herman tetap saja berusaha mengejar gadis pujaannya.

“ Sayang maafin aku ya”, kata Herman sambil memegang tangan Bunga

“ Jangan panggil aku sayang.”, jawab Bunga sambil menarik tangannya yang dipegang Herman

“ Jangan gitu... Maafin sikap mama aku ya”, sahut Herman

“ Maaf saja sih gampang”, jawab Bunga

“ Ya aku tahu. Tapi aku sangat mencintaimu Bunga. Aku tidak sanggup jika hidup tanpamu. Aku pengen kita sama-sama berusaha untuk meyakinkan orang tuaku. Kamu mau kan?”, Herman menatap Bunga sambil meneteskan air mata

(Bunga tidak kuat melihat tetesan air mata dari Herman. Dia pun juga tidak tahan dan akhirnya meneteskan air mata.)

“Aku juga sangat mencintaimu. Tapi, bagaimana cara meyakinkan mama kamu? Jelas-jelas beliau tidak suka kepadaku”, tanya Bunga

“ Kita sama- sama berusaha ya sayang.”, jawab Herman sambil memeluk Bunga.

“ Iya...” jawab Bunga

Ketika pulang dari kuliah Herman mengajak Bunga untuk mampir ke rumahnya lagi. Akan tetapi Bunga ragu. Dia takut kalau mama Herman marah-marah lagi. Herman berusaha meyakinkan dan menenangkan Bunga kalau semuanya akan baik-baik saja. Dan akhirnya keduanya sudah sampai di rumah.

“Assalamualaikum...”, omong Bunga

“Waalaikumsalam... Eh kamu Bunga. Mau apa kamu kesini?”, jawab bu Fitri ketus

 “Saya mau maen ke rumah tante tadi diajak mas Herman”, jawab Bunga

(Mamanya membuang muka di depan Bunga)

“ Ma, jangan gitu dong sama Bunga. Aku yang mengajaknya maen ke rumah dan aku mau nunjukkin kepada mama kalau Bunga merupakan wanita yang baik.”, Herman meyakinkan

“ Alah Man aku tidak percaya kepadamu. Mama sudah mempunyai pasangan pendamping hidup kamu. Ya tentu saja lebih baik lah dari pada si dia”, bu Fitri berkata sambil menunjuk ke arah Bunga

Mendengar perkataan dari mama Herman, Bunga langsung pergi. Dia sudah tidak kuat lagi dengan tingkah bu Fitri yang telah memojokkannya.

“Bunga, jangan pergi.. Mama sangat keterlaluan”, Herman berusaha mengejar Bunga tapi dilarang mamanya

Setelah beberapa hari, sejak kejadian itu Herman tidak pergi kemana-mana. Dia frustasi dengan tingkah laku mamanya. Kuliah saja tidak pernah dan makan pun jarang. Dia hanya mengurung diri di kamar. Sampai pada akhirnya dia sakit.

“Herman sayang, makan Nak”, suruh bu Fitri

Herman hanya diam saja dan tidak menjawab ucapan mamanya.Mendengar anaknya tidak menjwab omongannya, tiba-tiba dia membuka pintu kamar anaknya. Setelah masuk ke dalam kamar beliau langsung shock ketika melihat Herman pucat dan badannya panas.

“Ya ampun sayang kamu kenapa?”, bu Fitri panik

“Kenapa, Ma. Mama masih mempedulikanku. Bukannya mama egois hanya mementingkan diri mama sendiri”, jawab Herman

“ Bukan.. maksud mama......”perkataannya dipotong Herman

“Sudahlah ma. Aku benci sama mama”, sahut Herman  

(Melihat kondisi anaknya, Bu Fitri menangis.)

 “Yuk kita ke dokter sayang.”, suruh mama

“Tidak, aku tidak butuh dokter yang kubutuhkan hanyalah Bunga”, jawab Herman

Bu Fitri semakin tidak kuat dan tanpa berfikir panjang dia merestui hubungan anaknya dengan Bunga. Beliau tidak mau terjadi apa-apa dengan Herman, putra semata wayang. Beliau sangat sayang kepada anaknya.

“Ya sudah saya merestui hubunganmu dengan Bunga. Mama sadar kalau kamu lebih penting dan segala-galanya sayang”, kata mama

“Beneran Ma, serius?”, Herman kegirangan

“Iya sayang”, jawab mamanya lagi

Setelah Herman sembuh dari sakitnya, dia langsung berangkat kuliah dan sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Bunga gadis pujaannya. Ketika sampai di kampus dia mencari Bunga kemana-mana tapi tidak ketemu. Dia bingung harus mencari kemana. Sampai akhirnya Bunga muncul dari perpustakaan. Herman pun mendekatinya.

“Sayang aku mau ngomong sesuatu sama kamu”, Herman memohon

“Ngomong apaan lagi sih, aku sudah capek dengan semuanya. Aku sudah nggak sanggup hadapi semua ini.”, jawab Bunga

“Ssstttttt...... Jangan ngomong seperti itu. Mamaku sudah setuju Bunga dengan hubungan kita.”, Herman berkata sambil senyum

Bunga menjawab sambil kaget, “ Lho kok bisa?”

“Itulah. Jika kita sudah ditakdirkan untuk bersatu pasti ada jalan keluar.”, jawab Herman

“Aku sangat senang mendengar ucapanmu.”, jawab Bunga sambil memeluk Herman

“Akupun begitu sayang”, sahut Herman



Akhirnya pun mereka hidup bahagia. Kini kesedihan tinggallah kenangan. Yang ada hanyalah kebahagiaan semata bagi mereka berdua. Ya itulah kisah yang saya buat sobat. Mudah-mudahan bermanfaat ya. Dan semoga kita dapat mengambil hikmah dari cerpern tersebut. Sampai disini dulu ya sobat.. sampai ketemu lagi di lain cerita... Hehehehehe 


SELESAI











BIODATA


Nama : Mursidah

TTL : Pati, 5 Maret 1994

Alamat : Ds.Wirun RT.02/01 Kec.Winong - Pati

Hobbi : mendengarkan musik

Email : mursidah94@yahoo.co.id

Pekerjaan : pelajar/ mahasiswa

Motto : Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin

ANTOLOGI BUKU : TIDAK ADA COVER
KELOMPOK 11 MAHASISWA UNNES - 
WORKSHOP MENULIS DAN MENERBITKAN BUKU - 2013 
BERSAMA AFSOH PUBLISHER  

GENDAM NUSANTARA 919

Back to Top